"Udahan nangisnya, bentar lagi mau tampil kan?"
Raiya menjawab dengan anggukan, Bara membantu membersihkan sisa air mata di pipi Raiya. Terjadilah peristiwa saling tatap di antara keduanya. Jantung Raiya berdegub dengan kencang, ia bingung dengan apa yang ia rasakan barusan.
"Jadi cewek itu gaboleh cengeng, harus kuat."
Perkataan Bara barusan membuat Raiya seakan tersadar, dia sedang menyindir dirinya. Sontak ia pun menepis tangan Bara.
"Gak usah nyindir, namanya juga takut mau gimana lagi," jawab Raiya ketus. Bukannya berbaikan, keduanya justru bertengkar.
"Astaga gue gak nyindir, cuman bilangin aja," bela Bara. Padahal perkataannya barusan tidak bermaksud untuk menyindir Raiya. Ia berusaha menghibur tapi sepertinya usahanya gagal.
Raiya pun masuk ke dalam toilet yang lain untuk mencuci muka. Ia tidak mau yang lain tau jika barusan ia menangis. Sebelum masuk ke dalam ia berbalik memandang Bara.
"Kenapa lagi?" tanya Bara.
"Tungguin bentar jangan ditinggal," jawab Raiya. Mendengar perkataan dari Raiya barusan membuat Bara terkekeh. Barusan sikapnya judes tapi tidak mau ditinggal, membuat Bara gemas dengan Raiya.
"Iya udah sana basuh dulu tuh muka, jelek abis nangis."
"Biarin!" Setelah mengatakan hal itu, Raiya langsung menutup pintu toilet.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka sejak tadi. Ia menghela napas melihat kedekatan Bara dan Raiya, ditambah lagi adegan yang tidak lama terjadi. Ia bisa melihat jika mereka adalah pasangan yang cocok. Tapi dalam hatinya tetap merasa khawatir, khawatir jika Bara hanya menjadikan Raiya sebagai pelampiasan saja.
Dan di sisi lain hatinya tentu sakit melihat orang yang ia cintai berpelukan dengan orang lain. Tapi ia juga tidak bisa berbuat banyak karena Raiya sendiri pun sampai sekarang belum mengingat sepenuhnya tentang dirinya. Ya, siapa lagi kalau bukan Aksa yang ada di sana. Ia tadi juga ikutan khawatir saat mendengar berita bahwa Raiya belum kembali dari toilet.
Jika ditanya apakah dirinya khawatir, tentu saja sangat khawatir. Tapi setelah ia sampai di lantai dua, justru terjadi adegan yang tidak pernah terbayangkan dalam benaknya. Sesaat mendengar suara pintu didobrak ia langsung menghampiri suara tersebut dan disuguhi dengan pemandangan yang membuat hatinya tidak baik-baik saja.
♡♡♡
Raiya sudah kembali ke lapangan dan bergabung bersama kelompoknya. Semua pasang mata melihat ke arah Raiya yang datang bersama dengan Bara. Banyak dari mereka yang tidak suka dengan kedekatan Bara dengan Raiya, tapi banyak juga dari mereka yang mendukung. Namanya juga manusia pasti ada yang suka dan ada yang tidak.
Sekembalinya Raiya ia berusaha untuk bersikap baik-baik saja. Dan tak menghiraukan tatapan dari orang-orang di sekitar, ia langsung masuk ke barisan yang udah bersiap untuk tampil. Tidak ada waktu untuk menjelaskan kejadian barusan.
Saat penampilan PBB, semuanya berjalan dengan lancar. Tibalah di saat bagian variasi, Raiya terus berusaha tetap tersenyum. Bara yang melihat saja mengetahui jika Raiya terlihat memaksakan senyuman tersebut. Bara memahami akan hal itu, tapi ia tetap berharap penampilan Raiya bisa maksimal sampai selesai. Ia pun sangat menunggu variasi yang ditampilkan kelompok "Soekarno".
Yang ditunggu-tunggu telah di depan mata, variasi yang ditampilkan kelompok Raiya dan Awan sangatlah mengejutkan dan menyentuh hati. Berbeda dari yang lain, mereka memilih menampilkan sajak puisi disertai dengan paduan suara menyanyikan lagu nasional, gugur bunga. Di sini Raiya mendapatkan bagian bernyanyi, ia mulai bernyanyi dengan penghayatan yang sangat dalam. Lagu gugur bunga membuat para penonton terhipnotis dan ikutan bernyanyi.
Dan pada bagian akhir variasi mereka ditutup dengan teriakan semangat.
"S O E K A R N O .... Mantap!"
Riuh tepuk tangan mendominasi seluruh lapangan, penampilan yang menakjubkan menjadi penutup acara pada sore hari ini. Tidak sia-sia ternyata latihan kurang dari satu minggu membuahkan hasil. Seketika semuanya lupa akan kejadian menghilangnya Raiya sebelum tampil. Fokus mereka kini pada evaluasi penampilan yang dilakukan oleh para juri dari senior atas.
Setelah evaluasi selesai, seluruh anggota diperkenankan pulang ke rumah.
"Ingat pengumuman tadi. Habis ini pulang langsung pulang! Gak usah mampir-mampir! Besok jam 6 pagi harus sudah sampai di sekolah. Mengerti?"
"Siap, mengerti."
"Baik untuk mengakhiri kegiatan hari ini berdoa mulai."
Semuanya berdoa dengan ciri khas paskibra SMA Aksara, dengan sikap tegak sempurna lalu menepuk paha bagian kanan dua kali lalu kepala menunduk ke arah bahu kiri. Kemudian berdoa sesuai instruksi. Jika sudah selesai, maka dilakukan gerakan yang sama yaitu menepuk bahu kiri dua lali dan sikap kembali siap sempurna.
"Tanpa penghormatan! Balik kanan bubar jalan!"
"We ... are ... paskibra!" suara itu terdengar seirama.
Pasukan pun bubar jalan dan beranjak pulang ke rumahnya masing-masing. Sebagian dari mereka ada yang kembali ke dalam kelas untuk mengambil tas mereka. Raiya yang memasuki kelas disusul oleh Alea di belakangnya. Betapa terkejutnya mereka saat melihat Hasan yang masih ada di dalam.
"Astaghfirullah lo ngagetin gue aja San!" pekik Raiya.
"Ngapain lo jam segini masih di sini?" tanya Alea.
"Iya woy ngapain? Gak ada kerjaan ya lo," sambung Raiya.
"Ya suka-suka gue lah mau ngapain. Kalian udah selesai paskibnya?" tanya Hasan.
"Udah, kenapa emang?" tanya Raiya balik.
"Gak apa-apa, udah yok pulang!" ajak Hasan.
"Lah nih anak nungguin kita ternyata?" tebak Raiya.
"Mau bareng pulang apa gak? Gue bawa mobil,"
"Tumben lo pengertian sama kita, gue jadi curiga," ujar Alea.
"Buruan sebelum gue berubah pikiran," setelah mengucapkan hal itu Hasan langsung beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kelas. Raiya dan Alea yang melihatnya pun langsung menarik tas mereka dan menyusul Hasan yang sudah jauh di depan mereka.
"Hey San! Tungguin kita!" teriak Raiya.
Mereka berdua mempercepat langkah agar bisa menjangkau Hasan. Saat tiba di parkiran, Raiya tidak sengaja berpapasan dengan Aksa. Ia pun menyapa dan tersenyum kepadanya tapi tidak ada respon. Justru Aksa berlalu begitu saja dari hadapannya.
"Lah si Aksa kenapa?" heran Raiya. Biasanya Aksa seperti ini, jika ia sapa pasti akan dengan senang hati membalasnya.
Lagi ada masalah kali ya. Batin Raiya.
"Woy Rai! Bengong aja terus, jadi bareng kagak?" terika Hasan dari dalam mobil.
"Jadilah!"
Mendengar teriakan dari Hasan, Raiya bergegas menyusul Alea dan Hasan yang sudah masuk duluan ke dalam mobil. Mereka berdua duduk di bangku belakang, sontak Hasan pun berdecak kesal.
"Kalian kira gue supir?" sindir Hasan dengan muka kesal, hal itu membuat Raiya dan Alea terkekeh.
Alhasil Raiya menyuruh Alea untuk duduk di depan bersama Hasan. Akhir-akhir ini ia memang menebak-nebak dengan tingkah Hasan yang berbeda. Dan kali ini mungkin tebakannya benar, Hasan menyukai Alea. Beberapa kali saat di kelas tidak sengaja ia memergoki Hasan sedang memperhatikan Alea.
Ternyata seorang Hasan sedang dimabuk asmara. Batin Raiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
History Balin
Teen FictionTentang sebuah rasa, kekeluargaan, kebersamaan, perjuangan dan sebuah mimpi bersama.♡ Cover by @ttmdesignart