Kilauan cahaya mengusikku, aku pun berusaha membuka mataku. Samar-samar kulihat dua cowok tertidur di sofa, pandanganku belom sepenuhnya jelas. Aku berusaha untuk bangun, namun tak sengaja aku menjatuhkan sesuatu hingga menimbulkan suara yang membangunkan mereka.
"Raiya," teriak mereka bersamaan, pandanganku tidak bisa menangkap mereka dengan jelas.
"Siapa ya?" tanyaku sembari berusaha bangun dari tidur.
"Rai jangan banyak gerak dulu, lo harus istirahat." Dia pun membantuku bangun. Lama-lama pandanganku sudah mulai jelas, ternyata mereka adalah Awan dan Aksa. Bagaimana aku bisa ada di sini, seingatku aku berada di ruang music dan Aksa menghampiriku.
"Ini jam berapa?" kulihat Awan mengecek handphonenya.
"Udah jam 4. Kok lo lama banget sih pingsannya, khawatir kita. Tadi Alea, Syifa, dan temen-temen yang lain sempet ke sini. Tapi sekarang mereka udah ke bumi perkemahan."
"Yaudah ayo kita nyusul," ujarku lalu bangkit, namun mereka berdua mencegahku.
"Rai, sebaiknya lo gak usah ikut Asam Basa dulu deh. Gue khawatir lo bakalan kenapa-kenapa di sana," larang Aksa.
"Ish gue gak kenapa-kenapa. Udah ah gausah pada lebay, ayo berangkat." Aku pun pergi meninggalkan mereka berdua. Barang-barang bawaanku ternyata sudah berada di dekat pintu, syukurlah aku tak usah capek-capek mengambilnya di kelas.
"Ini kalian yang bawa ke sini? Makasih." Aku langsung nyelonong pergi meninggalkan mereka yang kelihatannya kaget dengan sikapku.
"Langsung sehat tuh anak," ujar Awan.
Ketika beberapa langkah aku pergi, teringat akan satu hal, naik apa aku ke sana ya. Aku pun kembali menemui mereka, dan kulihat mereka masih berdiri seperti patung.
"Eh, gue nebeng kalian ya," mereka pun berjalan menyusulku, tanpa kusangka mereka berdua menarik kedua tanganku. Tas bawaanku pun telah berpindah ke tangan mereka.
"Ish apa-apaan kalian ini," aku meronta mencoba melepaskan tangan Awan dan Aksa.
"Udah diem." Kata Aksa.
"Biasa aja dong nariknya, sakit nih." Seketika mereka berdua melepaskanku dan meminta maaf. Mereka berusaha membantuku berjalan, katanya aku ini belom sepenuhnya sembuh. Lebay sekali mereka, aku ini sudah sehat bahkan untuk sekedar berjalan pun aku masih sanggup.
Aku terus berjalan meninggalkan mereka, saat menuruni tangga langkah kupercepat. Mereka terus memanggil namaku dan memperingatkanku untuk hati-hati. Apa apaan mereka ini, dikira aku anak kecil apa ya. Tanpa kusadari ternyata tali sepatuku terlepas dan aku terjatuh.
"Aaaaaaa," teriakku. Aku memejamkan mata. Aku merasakan ada yang aneh, kenapa aku gak merasakan sakit. Padahal aku terjatuh dari tangga, tunggu. Aku merasa ada seseorang yang mendekapku. Aku pun membuka mataku dan betapa kagetnya aku melihat Bara yang ada di depanku. Malu. Perasaan yang kini kurasakan, aku pun bangkit dari dekapannya dan refleks mendorongnya.
"Maaf Kak." Aku merutuki diriku sendiri. Terdengar langkah dan teriakan Awan dan Aksa menyusulku.
"Lo gak apa-apa kan?"tanya Aksa.
"Kenapa teriak?"tanya Awan.
"Makanya kalau jalan itu hati-hati,"nasehat Bara.
"Untung tadi ada gue, kalau gak gatau deh nasib lo sekarang," sambung Bara.
"Dari tadi gue sama Awan kan udah bilang Rai. Lo ini belom pulih, masih aja ngeyel." Sahut Aksa.
"Iyya gue minta maaf sama kalian, udah ngrepotin daritadi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
History Balin
Teen FictionTentang sebuah rasa, kekeluargaan, kebersamaan, perjuangan dan sebuah mimpi bersama.♡ Cover by @ttmdesignart