History #4

50 7 25
                                    

Buana seakan bersahabat denganku hari ini, nabastala pagi membuatku candu untuk memandangi. Tetesan embun, semilir anila, aroma alam membawaku dalam kenyamanan.

Kulangkahkan kaki memasuki pekarangan sekolah. Suasana belom terlalu ramai, hanya beberapa murid yang berlalu lalang. Tanpa sengaja aku melihat sebuah benda terjatuh dari tas seseorang yang berjalan di depanku. Segera kuambil benda tersebut lalu berlari memanggil seseorang tersebut.

"Hey tunggu!" teriakku namun seseorang itu menghiraukan panggilanku. Aku pun mempercepat langkahku dan menyentuh pundaknya.

"Eh,"

"Maaf, apa ini punya lo?" tanyaku sembari melihatkan sebuah gantungan kunci.

"Eh ya terimakasih, Alhamdulillah kamu temuin, kalau tidak ... bakalan bingung aku kalau sampai hilang."

"Tadi gue panggil lo nya gak noleh,"

"Iyakah? Maaf aku pakai headsheet,"

"Pantesan, btw kelas berapa lo?" tanyaku padanya.

"10 Mipa, kamu?"

"10 Bahasa salam kenal, panggil aja Raiya," ujarku sembari menjabat tangannya.

"Salam kenal kembali, aku Ira."

"Barengan aja lagian gedungnya sama kan," ajakku pada Ira.

"Hm ya udah,"

Tak banyak pembicaraan antara aku dan Ira, teman baru. Lagipula sedari tadi dia selalu fokus sama buku yang dia bawa. Ramah, satu kata yang aku jabarkan buat dia. Sebelum berpisah, terlihat senyuman terulas di wajahnya. Aku pun membalas senyumannya dan bergegas menuju kelas.

Sesampainya di kelas ternyata Alea sudah duduk manis di bangku. Sebuah ide jail terlintas dalam fikiranku, kulangkahkan kaki perlahan berniat untuk mengagetinya. Namun aksiku gagal karena Hasan terlebih dahulu mengagetiku.

"Raiya!"

"Astaga! Hasaaan!" teriakku lalu memukulinya.

"Sakit Rai,"

"Biarin!"

"Kenapa sih pagi-pagi ribut," tanya Alea.

"Tau tuh!" jawabku asal.

"Dih gitu," jawab Hasan.

"Bodo," akupun meninggalkan Hasan.

"Oh ya Le, jadi ikut ekstra apaan lo?" tanyaku pada Alea.

"Ada deh,"

"Lo mah gitu, bikin penasaran. "

"Nanti juga tau, lo sendiri?"

"Gue sih sebenarnya gak yakin, tapi ya sudahlah terlanjur,"

♡♡♡

Tak percaya dengan diriku sendiri, sempat bimbang namun akhirnya hati telah memilih. Alea sempat tak menyangka jika aku ternyata memilih ekstra yang sama dengannya. Sudah kutebak jika dia akan ikut Paskibra, begitu juga dengan keputusan yang kuambil.

Kini aku, Alea dan murid yang lain dikumpulkan di lapangan basket, kita semua keluar kelas ditengah pelajaran. Setelah mendengar pemberitahuan tentang nama murid yang mengikuti ekstra paskibra, kita semua langsung digiring keluar.

Di sini kita semua langsung dites melakukan gerakan PBB dasar, dengan sistem pemilihan dan sebagian dari kita bakalan tersingkirkan.

"Baik, selamat siang semuanya." Sapa senior yang berdiri di depan.

"Perkenalkan nama saya Andra mewakili Paskibra SMA AKSARA, saya  mengucapkan terimakasih atas partisipasi kalian di sini. Tujuan kami mengumpulkan kalian adalah ingin melihat kemampuan kalian, untuk event terdekat adalah upacara kemerdekaan. Untuk itu kami mohon kerjasama kalian, jika kalian benar-benar serius tunjukkan yang terbaik. Mengerti!"

History Balin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang