History #3

46 7 30
                                    

Seseorang terbaring di tempat bernuansa putih, wajahnya begitu damai, dirinya membutuhkan banyak istirahat. Terlihat seorang cowok sedari tadi berdiri di sampingnya, sembari memperhatikan wajah yang selama ini dirindukannya.

"Gue kangen sama lo Rai," ujarnya sembari tersenyum.

Terdengar suara pintu terbuka, muncul seorang perempuan dengan menenteng beberapa bungkus makanan.

"Astaga Raiyaa!" teriaknya dan langsung menghampiri Raiya yang terbaring lemas.

"Rai sakit kok gak bilang-bilang! Jagi gini kan, gue ngrasa jadi temen yang gak becus."

"Raiya butuh istirahat," ujar seorang cowok yang sedari tadi di dalam ruangan itu.

"Lo siapa?" tanya Alea.

"Dia pingsan tadi di jalan," jawab cowok tersebut.

"Ya udah gue tinggal, jagain Raiya baik-baik. Dan satu lagi, jangan bilang Raiya kalau gue yang bawa dia ke sini." sambung cowok tersebut dan segera pergi meninggalkan Raiya dan Alea.

"Siapa sih tuh cowok," gumam Alea.

♡♡♡

Perlahan, aku mulai membuka mata. Pandanganku tidak jelas, semua yang kulihat tampak kabur.

"Rai udah bangun?" kudengar suara yang tak asing bagiku. Setelah beberapa saat pandanganku tajam, ternyata suara itu adalah suara Alea.

"Lo sakit apasih? Bagian mana yang sakit? Kepala? Mata? Udah minum obat? Atau ..."

"Udah Lea, gue gak apa-apa. Santai aja kali," ucapku berusaha menenangkan Alea.

"Kenapa gak bilang sih kalau lo sakit,"

"Gue gak mau bikin orang lain khawatir apalagi lo," jelasku pada Alea.

Suasana pun menjadi hening, Alea mengambilkan makanan untukku sebelum minum obat. Selama beberapa hari aku pun istirahat di rumah, orangtua tak membolehkanku untuk beraktivitas. Waktu itu sempat aku nekad berangkat ke sekolah, karena aku tak enak dengan teman sekelas mengenai pensi yang akan ditampilkan. Namun, aksi kaburku itu gagal karena ternyata ayah belom berangkat bekerja. Alhasil vokalisnya pun diganti, aku meminta maaf kepada teman sekelas. Tak enak rasanya jika kita sudah diberi kepercayaan, namun tiba-tiba kita sendiri yang mengkhianati kepercayaan itu.

Kini aku duduk bersandar di kasur kamar, yang kulakukan hanyalah menonton tv atau sekedar mendengarkan musik. Tepat 3 hari aku tak berangkat sekolah, sepi rasanya. Di rumah pun sendirian, tak ada saudara yang menemani.

Samar-samar aku mendengar suara keributan di depan rumah.

"Yuhuu spada!"

"Selamat sore,"

"Ada orang?"

"Raiya!"

"Sut bertamu di rumah orang pakai tata krama kali,"

"Iye maap,"

"Ulangi!"

"Raiya! Selamat sore!"

Siapa sih berisik banget. Gumamku dalam hati.

"Iyaa bentar!" teriakku.

Tubuhku sudah mulai sembuh, aku berjalan membukakan pintu. Tadi ibu pamit belanja, alhasil aku sendirian di rumah.

History Balin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang