History #14

4 0 0
                                    

Bel sekolah berbunyi, para murid SMA Aksara sudah berhamburan keluar dari kelas. Saling berdesakan menuju gerbang dan terdengar riuh keramaian yang khas. Raiya dan Alea sangat menghindari akan hal tersebut, daripada berdesakan lebih baik menunggu sekitar 10-15 menit berlalu, maka jalan akan tidak sepadat sekarang.

Raiya POV

Aku memandangi orang-orang yang berlalu lalang di depan kelasku, rasanya tidak ada habisnya barisan ini. Alea pun masih setia menunggu sampai jalanan ke gerbang tidak ramai. Tidak lama kemudian notifikasi pesan masuk bunyi dari handphoneku.

Kring ... Kring ... Kring ...

Kualihkan pandanganku pada layar dan tertera nama "Senior Ngeselin" di sana. Siapa lagi kalau bukan Bara, entah kenapa aku menyimpan nomor telepon dia dengan nama tersebut, pengin aja.

From : Senior Ngeselin

Udah balik belum?

Tumben. Ada apa tiba-tiba nanya kayak gini? Tanyaku dalam diri.

To : Senior Ngeselin

Masih di depan kelas, kenapa?

Send.

Tidak lama kemudian notifikasi pesan masuk berbunyi lagi.

From : Senior Ngeselin

Jangan pulang dulu, gue ke situ.

Aku hanya membaca chat tersebut, masih bertanya-tanya dalam hati ada apa. Apakah ada sesuatu yang terjadi untuk penampilan besok? Tapi apa hubungannya dengan Bara, bukannya udah ada kakak asuh yang handel. Aku pun memberitahu Alea agar menemaniku sampai Bara datang. Alea pun menyetujuinya.

"Mau ngapain emang dia?" tanya Alea.

"Gue juga gak tau, dah tunggu aja bentar.".

Dan benar saja, tidak sampai limat menit terlihat Bara datang seorang diri. Sesampainya di depanku, langsung menyodorkan sebuah paperbag. Sebelum menerimanya, aku pun bertanya padanya.

"Ini apa?" tanyaku.

"Terima aja dulu," jawab Bara.

Setelah menerima paperbag tersebut, aku melihat apa isi di dalamnya. Ternyata ada cake dan beberapa camilan makanan. Aku pun mengucapkan terima kasih pada Bara dan setelah itu berlalu hingga pulang ke rumah masing-masing. Karena besok adalah penampilan PBB dan variasi, maka hari ini tidak boleh banyak kegiatan dan capek. Dari situlah membuatku dan Alea pulang ke rumah lebih awal dari biasanya.

Beberapa menit setelah pertemuanku dengan Bara, kini aku telah sampai di rumah. Tidak sepi seperti biasa, pintu utama terbuka lebar. Aku berpikir ini Ibu yang sudah ada di rumah duluan. Dan benar saja, saat aku mengucapkan salam beberapa detik kemudian terdengar suara Ibu dari dalam.

"Assalamu'alaikum ..."

"Wa'alaikumussalam, eh udah pulang Nak?" tanya Ibu.

"Udah, Bu. Oh iya ini ada makanan dari temen, Ibu pasti suka sama ini," ujarku sembari meletakkan paperbag pemberian Bara di atas meja ruang tamu.

"Wah apa nih isinya, siapa yang ngasih? Temen apa temen?" goda ibu.

"Temen, Bu ..."

"Temen deket ya sampai kasih kayak gini segala?" Ibu semakin menggodaku. Seolah ia tau apa yang sedang aku pikirkan sekarang. Ibu sangat memahamiku tentang jalinan sebuah asrama dengan orang lain. Tapi memang sampai saat ini aku belum ada hubungan spesial dari siapapun, jadi ya biasa aja.

"Enggak juga, biasa aja sih."

Mendengar jawaban santai dariku, ibu pun terkekeh. Aku tau maksud dari respon ibu barusan, tapi ya sudahlah aku tidak ingin memikirkam terlalu dalam. Aku pamit menuju kamar untuk membersihkan badan dan pergi istirahat sebentar sebelum melanjutkan aktivitas yang lainnya.

Raiya POV End

♡♡♡

Hari Sabtu adalah hari yang paling ditunggu-tunggu seluruh anggota Paskibra SMA Aksara. Hari ini calon anggota angkatan 6 telah bersiap menampilkan pertunjukkannya masing-masing. Setiap kelompok diberi waktu kurang lebih 10-15 menit untuk menampilkan PBB beserta yel-yel tiap kelompok. Banyak pasang mata kini tertuju pada acara yang akan diadakan di lapangan. Meski ini acara anak Paskibra, tentu saja murid yang lain pasti tau dan bisa melihat penampilan mereka karena acaranya di lapangan.

"Gimana udah siap semua?" tanya Bara.

"Siap sudah!" jawab seluruh anggota yang ada di depan Bara.

"Baik kita masih nunggu juri dari angkatan perintis dulu ya. Rileks dulu rileks, jangan panik. Tenang ... pada deg-deg an ya?" tanya Bara.

"Siap iya, Kak!" jawab salah satu orang di barisan tersebut.

"Tidak apa itu wajar, ini pertama kalinya bagi kalian bukan? Saya pun juga gitu dulu, tremor, takut tapi harus tetap semangat dan percaya pasti kita bisa!"

Semua orang di barisan tersebut tentunya tergugah semangatnya dari perkataan Bara. Harus semangat, apapun alasannya, apapun rintangannya. Tidak boleh menyerah dan putus asa. Kalau capek ya istirahat, gak boleh dipaksa. Pengin sambat dan ngedumel pasti ada rasa tersebut di sebagian orang-orang di barisan tersebut.

Gak ada yang melarang kalau merasa capek dan ingin sambat. Wajar jika manusia merasakan lelah akan apa yang ia sedang jalani. Istirahat itu boleh, boleh banget asalkan jangan lupa untuk bangkit lagi, jangan sampai di titik keputus-asaan.  Manusia memang selalu punya cara mereka sendiri untuk menyembuhkan luka.  

Lelahmu yang kurasakan saat ini pasti memiliki banyak makna. Perjuanganmu saat ini baru di pintu gerbang masuk, bisa dibilang belum ada apa-apanya. Lelahmu dalam penantian, lelahmu menuntut ilmu, lelahmu latihan setiap hari tidak akan sia-sia. Ubah lelahmu jadi lillah, jangan menganggap bahwa lelah itu adalah sesuatu masalah yang besar. Ketika lelahmu itu bisa memberikan manfaat dan berkah dalam hidup maka kamu tidak akan merugi. Lakukan segala aktivitas dengan ikhlas karena Allah SWT, sederhana bukan?  Namun tak banyak yang mampu melakukan.

Namanya juga manusia pasti tidak akan terlepas dari yang namanya "sambat dan mengeluh" tapi kita harus "Tetap semangat dan selalu bersyukur". Apapun usaha dan pergorbanan yang telah kita lakukan pasti akan membuahkan hasil.

Kalau emang lagi capek ya istirahat, tapi jangan lupa untuk bangkit. Lakukan semuanya dengan ikhlas dan jangan lupa selalu tersenyum. Menyemangati dirimu sendiri tentunya, karena kalau bukan dari diri kamu sendiri siapa lagi? Musuh terbesar kita adalah ya diri kita sendiri.

Waktu yang telah kita lalui untuk latihan itu sangatlah berharga. Tenaga dan energi yang dikeluarkan juga bukan hanya untuk main-main dan berharap hari ini penampilan para anggota bisa maksimal dan membuahkan kesenangan tersendiri pada setiap orang.

Raiya yang satu kelompok dengan Awan pun juga merasa gugup. Gelisah memikirkan penampilan mereka nanti akankah bisa memukau para senior atau justru akan terasa membosankan. Berharap latihannya selama kurang dari satu minggu ini bisa ia tampilkan dengan maksimal dan yang terbaik.

"Tenang, Rai. Jangan khawatir kita pasti bisa," kata Awan yang sepertinya menyadari raut wajah Raiya.

"Sip sip. Bismillah yok bisa yok pasti bisa lah!" jawab Raiya. Kemudian ia pub memberikan semangat juga kepada anggota yang lain.

Dari kejauhan Bara melihat apa yang Raiya lakukan, hal itu membuatnya tersenyum dan berniat menghampiri Raiya dan memberikan semangat juga padanya.

History Balin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang