25. Setelah Bercerai

4.7K 163 1
                                    

Leo keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk yang dibelitkan terlalu rendah di bagian pinggang. Badannya yang atletis memang akan memaksa setiap kaum hawa untuk memujanya. Pemandangan itu semakin indah dilihat tatkala dia tampil dalam keadaan masih segar dan basah setelah badannya terguyur shower.

Leo meraih ponsel dari nakas yang dari tadi berbunyi. "Elise, kau pikir ini jam berapa? Tak bisakah kau menelepon lebih siang?" sapa Leo tanpa menggunakan kata sapaan. Begitulah gaya bicaranya ke kakak perempuan semata wayangnya.

"Ayah menanyakan kapan kau akan pulang. Bukankah semua keinginanmu sudah kami penuhi?" tanya suara wanita di ujung telepon.

"...."

"Hei, jawablah! Aku sudah tak tahan dengan omelan ayah!" desak Elise tak sabar.

"Kau tahu, bukan? Aku masih belum memastikan apakah dia benar-benar Imogen atau bukan." Leo menjawab dengan malas permintaan kakaknya yang sangat cerewet.

"Leo! Imogen sudah meninggal dan kau tak mungkin mendapatkannya di mana pun!" Elise mulai tak sabar dengan segala dalih yang Leo utarakan.

"Baiklah! Baiklah! Aku akan pulang pekan depan. Okay?"

Tentu saja, jawaban Leo membuat kakaknya merasa puas dan berhenti mengomel. Setidaknya, untuk sementara.

Dunia ini kadang sangat lucu. Ada orang yang ingin mendapatkan semua dari sang ayah seperti Adam, tetapi ada pula yang sebaliknya.

Leo adalah salah satunya. Dia kabur dari rumah untuk mencari jati dirinya sendiri agar bisa lepas dari pengaruh dan bayang-bayang sang ayah. Berbagai alasan dia kemukakan, salah satunya adalah mencari saudarinya yang hilang–Imogen. Padahal, alasan sebenarnya hanya satu. Dia tak mau terlibat dengan bisnis ayahnya.

Sebagai satu-satunya anak lelaki, sang ayah lebih menginginkan Leo untuk menjadi pengganti dibandingkan dengan Elise. Sang ayah menganggap, bila suatu hari Elise menikah, menantunya akan berusaha mengendalikan dan menguasai perusahaan. Tentu akan berbeda bila Leo yang memegang kendali.

Sayang, Leo sangat tak berminat dengan semua itu. Dia lebih ingin hidup tanpa bayang-bayang sang ayah. Dia ingin hidup sebagai Leonardo Warren. Bukan kehidupan beruntung sebagai Tuan Muda Warren yang sudah tersemat di dahinya semenjak kecil.

Namun, semua tekadnya luntur tatkala dia ingin membebaskan Maya dari kepalsuan Adam. Dia terpaksa meminta bantuan keluarganya untuk menggunakan pengaruh keluarga Warren yang berkuasa agar bisa mengalahkan Adam dengan telak.

Mau tak mau, sebagai gantinya, Leo harus memenuhi keinginan sang ayah agar dia kembali ke rumah dan menggantikan posisi Tuan Warren di perusahaan. Dia harus menjalani takdirnya. Jalan hidup yang dia pilih demi menyelamatkan Maya.

Leo terlihat menekan tombol ponsel dan menelepon seseorang yang memiliki nama panggilan Lovely. "Pagi, Maya! Aku akan menjemputmu pukul sembilan, okay?"

***

Sepekan setelah perceraian dengan Adam, Tuan Paul dan pengacara Lee menemui Maya untuk penyerahan seluruh harta Tuan Paul padanya. Tentu saja Maya kaget akan hal ini.

'Jadi, Paman Paul tidak memberikan warisan kepada putranya? Pantas saja Adam mati-matian menipuku. Pastilah warisan ini tujuannya.' Kesadaran yang menghantam Maya membuatnya semakin merasa dipermainkan oleh Adam dan Tuan Paul.

Akhirnya, Maya memutuskan untuk menolak dengan halus. Akhirnya, Tuan Paul pun mengalah, beliau hanya minta Maya mengizinkannya untuk memberi tunjangan hidup sampai bayinya nanti cukup besar dan Maya bisa bekerja sendiri. Maya pun menerima hal itu dengan terpaksa karena memang hal tersebut yang dia khawatirkan. Dia berencana untuk segera mandiri agar tidak merepotkan Tuan Paul lagi.

"Kamu gadis yang baik. Sama seperti ayahmu." Hanya itu kata-kata terakhir yang Tuan Paul kemukakan sambil memeluk ibu dari cucunya erat. Isak tangis beliau menyiratkan luka dalam yang Maya bahkan tak tahu apa penyebabnya. Saat itu, Maya hanya bisa membalas dengan elusan di punggung Tuan Paul. Dia dengan tulus berharap masalah Tuan Paul dengan Adam segera selesai.

Sejak perceraian dengan Adam, Maya tak mau lagi tinggal di apartemennya yang lama. Dia tempat lama, hampir setiap saat dia teringat dengan Adam dan semua kepalsuannya. Karena itulah, dia memilih apartemen di tempat baru yang cukup untuk dia tinggali bersama anaknya nanti.

"Kamu masih kepikiran Adam?" tanya Leo membuyarkan lamunan Maya.

Tenggorokan Maya tercekat karena merasa dipergoki telah berbuat kesalahan. "Tentu saja tidak!" ... dan tentu saja, jawaban Maya bohong.

Kepalsuan Adam begitu menyakitkan bagi Maya. Namun, di saat yang sama, Maya baru menyadari betapa dia sangat mencintai Adam selama ini. Pengkhianatan Adam terasa jauh lebih menyakitkan bagi Maya karena ternyata perasaannya kepada Adam begitu dalam.

Leo mengamati Maya yang kini membuang muka ke luar jendela, memilih untuk mengamati jalanan yang sudah cukup ramai. Iba menghinggapi hati Leo saat dia melihat jari manis kiri Maya yang kini tidak tersemat cincin kawin. Mau tak mau, bayangan Leo kembali ke saat Maya dalam bahaya, berusaha melindungi cincin pernikahannya dari penjahat yang dia temui saat liburan beberapa bulan lalu.

Sesampai di rumah sakit, Leo dengan gaya gentleman membukakan pintu mobil untuk Maya. Hal ini membuat Maya kadang merasa diperlakukan berlebihan oleh orang yang baru saja dia kenal.

"Leo, aku bukan seorang ratu!" protes Maya sambil menatap Leo dengan tatapan jenaka.

"Setiap ibu adalah ratu," jawab Leo tak mau kalah. Dia pun menuntun Maya menuju bagian pemeriksaan kehamilan untuk kontrol bulanan.

Leo tahu, pasti berat bagi Maya menjalani kehamilan tanpa kehadiran sosok suami. Karena itulah, sebagai sahabat yang baik, Leo memutuskan untuk menemani Maya sampai bayinya lahir ... menjadi pengganti kehadiran sosok ayah bagi si bayi walau tanpa terikat ikatan pernikahan ... walau tanpa ada rasa cinta di antara Leo dan Maya.

Pastilah rasanya tak akan sama dengan ditemani seorang suami. Namun, setidaknya, Leo ingin meringankan beban Maya.

Hari ini, adalah hari yang seharusnya bahagia bagi Maya karena dia akan melihat jenis kelamin si calon bayi. Leo mengalihkan pembicaraan dengan hal yang lebih menceriakan.

"Kamu ingin anak laki-laki atau perempuan?" tanyanya dengan antusias berlebihan.

Leo yang bukan seorang ayah dan tentunya belum pernah mengharapkan untuk menjadi seorang ayah, berusaha menjadi sosok ayah pengganti. Dia bingung bagaimana harus bersikap. Yang dia tahu dalam film, si ayah bertanya demikian sambil mengelus dan mengecup lembut perut sang ibu yang tengah membesar. Sesuatu yang tak mungkin Leo lakukan.

Tentu saja gaya Leo yang kaku dan tidak natural membuat Maya gemas. Namun, dia menghargai usaha keras sahabat barunya itu dengan penuh rasa syukur. Bila tak ada Leo yang menemaninya, pastilah saat ini Maya akan merasa semakin merana.

"Aku ingin anak perempuan. Yang mirip denganku tentunya." Maya menjawab dengan jujur. Senyuman hanya membayang tipis di wajahnya.

"Kalau ternyata laki-laki?"

"Aku ingin dia juga mirip denganku!"

Keduanya lalu tertawa terbahak-bahak. Jelas saja Maya tak ingin anaknya mirip Adam. Itu akan membuat Maya semakin merasa tersiksa mengingat sang anak nanti hanya akan mendapatkan perhatian dan kasih sayang darinya saja.

"Namun, bila ternyata dia tidak mirip denganku, tentu aku akan tetap menyayanginya." Kini, senyuman tulus merekah di wajah Maya, membuat hati Leo damai menatapnya.

Keduanya lalu melanjutkan perjalanan ke bagian kehamilan dan betapa terkejutnya Maya karena mendapati pemandangan yang tidak dia inginkan. Sepasang suami-istri yang membuat hidup Maya tidak berjalan sebagaimana diimpikan setiap wanita.

"Wah, akhirnya aku menang! Dia perempuan!" Sang istri bersorak girang sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit.

Sang suami pun tak kalah senang. Dia mengelus dan menciumi perut istrinya seraya berkata, "Semoga nanti dia secantik kamu!"

Tentu saja, beberapa meter dari sepasang suami-istri itu, ada seorang wanita yang berdiri mematung. Matanya menatap nanar pemandangan yang membuat hatinya sakit dan tersayat. Air matanya pun, tanpa sadar mengalir pelan membasahi pipi. Hatinya bertanya kepada Tuhan, mengapa hidup seberat ini yang harus dia jalani ....

Istri Simpanan Suamiku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang