35. Ayah (TAMAT)

9.1K 180 15
                                    

Adam memandangi kedua makhluk kecil yang ada di hadapannya dengan linangan air mata. Begitu kecil dan rapuh. Mereka membutuhkan selang-selang bantuan untuk hidup.

"Anak-anakku ...." Kata-kata yang Adam bisikkan dengan penuh perasaan, membuat Leo merasa keputusan Maya untuk menyerahkan bayi-bayinya kepada ayah kandungnya adalah pilihan yang tepat.

Darah lebih kental daripada air. Begitulah. Adam pun menyayangi kedua anaknya karena mereka adalah darah dagingnya sendiri.

"Dia begitu bahagia saat mendengar bahwa dia mengandung anak kembar. Aku pun begitu. Sampai-sampai aku mengumpat betapa beruntungnya dirimu," jelas Leo mengenang saat-saat Maya bersorak mengetahui jenis kelamin bayinya. "Seandainya saat itu dia hamil dengan pria yang tulus mencintainya, pasti akan sangat membahagiakan. Tahukah kau perasaan Maya saat melihat kau dan Sabrina bergembira saat tahu jenis kelamin bayi kalian?"

Adam menelan ludah. Dia mendongakkan kepala ke atas mengingat semua perlakuan buruknya terhadap Maya.

"Namun, kebahagiaannya sirna saat dokter mengatakan dia mengidap pre-eklampsia yang parah. Walaupun aku sudah berusaha menjaganya, kondisinya memburuk. Penyakitnya berkembang cepat dalam beberapa hari. Kondisi Maya begitu buruk saat hamil, dokter memintanya untuk melahirkan bayinya–lebih tepatnya seolah menggugurkan karena ukuran bayinya begitu kecil. Saat itulah, aku merasa bayi kembar bukanlah sesuatu yang lucu dan menggemaskan. Seandainya tidak kembar, mungkin Maya akan bersedia melakukan operasi saat bayinya sudah menginjak lima bulan atau lebih agar dia tak semakin menderita," cerita Leo panjang lebar.

Air mata Adam mengalir semakin deras. Dia tak menyangka Maya rela mempertahankan anak dari seorang ayah sepertinya. Orang yang hanya berniat menggunakan mereka untuk mendapatkan harta warisan.

"Aku ingin sekali memaksanya dan memalsukan dokumen persetujuan bahwa dia bersedia menempuh operasi untuk melahirkan anaknya. Namun, aku tak tega bila teringat betapa Maya sangat mencintai mereka walaupun mereka bukanlah anak yang lahir dari cinta kasih tulus dua manusia." Leo melanjutkan lagi ceritanya. Dia ingin sekali memberitahu Adam kondisi Maya yang sesungguhnya.

"Jangan salahkan aku yang marah saat Sabrina dengan egoisnya menemui Maya yang sedang memperjuangkan bayimu. Bisa-bisanya dia memberitahu Maya tentang kalian yang juga menderita dan menyalahkan Maya. Cintamu dan Sabrina tentu tak salah. Tapi cara kalian yang tolol membuat semua lebih kacau dari yang seharusnya." Leo menggigit bibirnya karena geram. Walaupun dia tahu ini semua bagian dari takdir, akan tetapi perasaan marahnya pada Adam dan Sabrina belum bisa hilang sepenuhnya.

Adam menutup muka dengan kedua tangannya. Dia tahu, betapa seharusnya dia mengambil langkah yang lebih baik dari awal. Seharusnya dia berkata terus terang kepada ayahnya bahwa dia mencintai orang lain selain Maya. Namun, dia justru memilih jalan belakang dan berpacaran sembunyi-sembunyi karena tak mau ayahnya marah.

"Apakah kau tahu, mengapa perusahaan asuransi kesehatan mengizinkanmu menggunakan asuransi sampai akhir tahun?" Leo menghadap Adam. Bibirnya membentuk cibiran pada pria di hadapannya. "Maya memungut kartu asuransi milikmu dan Sabrina yang terjatuh, kemudian menanyakan apa yang sebenarnya terjadi kepada petugas administrasi. Dia memakai uang pribadinya untuk melunasi premi asuransi kalian sampai akhir tahun."

Mata Adam terbelalak mendengar perkataan Leo. Setelah perlakuan buruknya yang menuduh Maya mencelakai Sabrina saat itu, Maya justru menolongnya dengan sembunyi-sembunyi. Bibir Adam terbuka hendak mengatakan sesuatu. Namun, tentu saja tak ada yang terucap karena sadar betapa posisinya saat ini adalah pecundang.

Leo tersenyum simpul, mengolok Adam dalam hati. Maya memang selalu baik. Dia tak pernah tega membiarkan orang lain kesulitan tanpa berusaha membantu. Dia teringat pertemuan dengan Maya yang membawa sekardus biskuit serta susu untuk anak jalanan. Air mata Leo pun menetes kembali saat teringat bagaimana Maya rela menjadi tameng peluru baginya.

"Maya tak ingin mengkhianati Paman Paul. Oleh karena itu, dia memakai uang pribadi untuk membantumu. Kalau tidak, dia pasti sudah memberikan semua harta ini kembali padamu. Aku tahu pasti bahwa dia tak membutuhkannya," jelas Leo lagi, membungkam mulut Adam dengan sempurna.

Namun, perasaan lain tiba-tiba muncul dalam diri Leo. Sisi gelapnya ingin membuat Adam lebih menderita lagi dari yang seharusnya. Leo ingin sekali Adam tahu bagaimana posisi dia yang sebenarnya dalam permasalahan ini.

"Hei, apa kau tak penasaran mengapa ayahmu bersikeras menolak memberimu warisan?" bisik Leo kemudian dengan nada bengis dalam setiap kata yang dia ucapkan.

Adam pun merasakan tanda bahaya dalam dirinya berbunyi. Apakah yang akan dikatakan Leo padanya sesuatu yang buruk? Ataukah sesuatu yang lebih mengenaskan?

Leo pun mengambil sesuatu dari saku jasnya. Dia menyodorkan sebuah amplop kepada Adam. "Ini surat Tuan Paul kepada Maya. Sebenarnya aku tak ingin memberikan ini padamu. Namun, entah mengapa aku ingin sekali kamu membacanya."

Leo menatap Adam dengan tatapan dingin. Adam pun ragu-ragu menerima surat itu. Namun, tetap saja dia mengambil kertas itu dari tangan Leo.

"Tentu saja kau boleh membacanya atau tidak membacanya. Lagi pula, surat itu bukan untukmu. Aku saja mencuri baca karena penasaran ingin tahu apa isinya."

Kedua lelaki rupawan itu kini tampak seperti anak sekolah bandel yang mencuri soal ulangan dari ruang guru. Adam bimbang apakah dia akan membukanya atau tidak. Namun, di sisi lain, Leo berhasil membuatnya penasaran tentang isi surat tersebut.

Leo menepuk bahu Adam dengan sangat pelan. Dia tak ingin mempermalukan Adam dengan menungguinya membaca surat Tuan Paul untuk Maya. Dia sadar, pastinya tak seorang pun ingin orang lain mengetahui hal tersebut. Apalagi setelah semua perbuatan yang telah Adam lakukan selama ini.

Leo menyingkir dari tempat Adam setelah berpamitan. Setelah Leo pergi, Adam pun membuka surat Tuan Paul dan membacanya dengan seksama. Dia hendak menjerit saat mengetahui isinya. Untunglah, Adam masih teringat dia berada di rumah sakit.

Kaki Adam tak mampu lagi menahan beban berat tubuhnya serta kenyataan bahwa dia bukanlah anak kandung Tuan Paul, melainkan anak dari orang yang selalu dia panggil Paman Liam, adik Tuan Paul. Adam jatuh berlutut ke lantai rumah sakit yang dingin. Hatinya tersayat dan terluka.

Adam menyesali semuanya. Mengapa selama ini semua merahasiakan hal ini darinya? Jika dia tahu sejak awal, pastilah dirinya tak akan mati-matian mengharapkan warisan Tuan Paul.

Walaupun Tuan Paul mencintai ibunya, tetapi cinta itu tak sanggup membawa Tuan Paul untuk mencintai dirinya tanpa syarat. Cinta yang bersyarat. Fasilitas akan dia dapatkan dengan aturan main tertentu sesuai yang ditetapkan oleh pemberi fasilitas.

Namun, mengingat semua yang telah dia dapatkan sejak kecil dari Tuan Paul, Adam merasa berterima kasih. Dia akan memberikan yang terbaik sabagai balas Budi kepada Tuan Paul.

"Ayah, aku akan menjaga perusahaanmu dengan baik dan profesional sebagaimana kau menjagaku dari kecil hingga dewasa." Adam berbisik pelan dalam kekecewaan yang masih pedih.

Dia sadar, dirinya selama ini bukanlah anak yang baik bagi Tuan Paul. Selalu merepotkan dengan berbuat ribut baik di rumah maupun sekolah. Belum lagi yang dia lakukan dengan memaksakan Sabrina untuk menjadi sekretaris. Melakukan hal-hal yang tidak profesional di kantor, bahkan mengacaukan perusahaan dengan membuat kabur beberapa klien potensial.

Kini Adam mengerti. Mengapa Maya memilih untuk memintanya merawat kedua anaknya. Karena pada dasarnya hanya dialah yang bisa memberikan cinta tanpa syarat kepada mereka. Maya tak ingin masalah seperti Tuan Paul dengannya terulang di masa depan.

"Maya .... Terima kasih ...," gumam Adam sambil mengamati lagi kedua bayi kembar mereka, "terima kasih karena telah melahirkan bayi kita. Aku berjanji, akan menjaga mereka dengan sepenuh hati. Aku janji akan memberikan mereka cinta seorang ayah."

(TAMAT)

*Nantikan chapter epilog, ya!

Istri Simpanan Suamiku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang