19. Pembalasan

2.6K 98 0
                                    

Leo memukul Adam bertubi-tubi tanpa ampun. Kini dia sudah berada di atas Adam, menduduki pahanya, dan mencengkeram kerah Adam. Wajahnya yang beringas tak bisa menampakkan ekspresi lain selain kemarahan. Kemudian, sekali lagi, dia memukul Adam hingga hidung dan bibirnya mengeluarkan darah segar.

Sementara itu, Sabrina hanya bisa menjerit-jerit meminta Leo menghentikan perbuatannya. "Leo! Hentikan! Atau aku akan memanggil polisi."

"Panggil saja dan aku akan mengumumkan kebejatan kalian kepada dunia!" tantang Leo tak peduli. Dia kemudian melayangkan lagi pukulannya ke muka Adam.

Adam yang memang tak mempunyai kemampuan bela diri yang baik seperti Adam, hanya menjadi bulan-bulanan saja. Apalagi kondisi tubuh yang kelelahan, membuat dia tak mampu memberikan perlawanan sedikit pun kepada Leo. Dia hanya mengerang tanpa tahu mengapa dia dipukuli dengan sadis.

"Leo! Hentikan! Adam bisa mati!" seru Sabrina tak bisa lagi menahan kecemasan. Kondisi Adam terlihat sangat buruk. Tak mungkin bertahan beberapa saat lagi. "Kau bisa masuk penjara!"

Leo pun menghentikan sejenak aksi brutalnya. Sabrina benar, Adam saat ini terlihat tak berdaya. Dengan kasar, Leo melepaskan Adam dan mendorongnya menjauh. Pria yang mengamuk itu menatap Sabrina dengan tatapan dingin. "Kau selamat karena dirimu wanita! Sungguh, kalau saja kamu lelaki, nasibmu pasti tak akan berbeda dengannya!"

Sabrina terdiam ketakutan mendengar penuturan Leo. Dia tak mengerti mengapa pria itu tiba-tiba mengamuk. Apa yang sebenarnya Leo ketahui? Apakah ini ada hubungannya dengan Maya? Apakah mereka saling kenal?

"Siapa dia?" tanya Adam lemah kepada Sabrina. Melihat Sabrina hanya termangu, Adam beralih menghadap Leo, "Siapa kamu?"

***

Sabrina, Adam, dan Leo kembali masuk ke ruangan Adam. Sabrina mengobati luka Adam dengan peralatan dan obat-obatan seadanya. Suasana hening karena semua jawaban Sabrina mengenai jati diri Leo tidak ada yang membuat Adam tenang.

"Jadi, dia mantan kekasihmu ...." Adam mengulangi lagi penjelasan Sabrina.

"Jangan lupa tambahkan penjelasan bahwa kita dulu sangatlah dekat," celetuk Leo yang membuat Adam dan Sabrina mendelik bersamaan.

"Apa maksudmu?" tanya Adam memicingkan mata.

"Leo, hentikan! Itu semua sudah berlalu!" cegah Sabrina.

"Aku ingin tahu, Sabrina! Aku harus tahu!" Adam menahan Sabrina yang ingin mencegah Leo untuk memberikan penjelasan lebih lanjut.

"Kami sangat dekat. Melakukan apa pun yang kalian juga laku—"

"Stop!" Sabrina memotong penjelasan Leo dengan sangat panik. Namun, Adam sudah lebih dari mengerti bagaimana kedekatan Leo dengan Sabrina dulu.

Senyuman sinis di bibir Leo menyiratkan kepuasan. Dia merasa bahwa Adam harus tahu bahwa cinta Sabrina tidaklah innocent. Walaupun Leo tahu bahwa Adam sudah memahami karakter Sabrina luar dalam, pria pirang itu yakin bahwa lelaki mana pun akan tetap cemburu bila tahu kekasihnya pernah tidur dengan pria lain.

Leo bukan tipe orang yang "kiss and tell", tetapi saat ini dia sangat ingin menyakiti Adam dan Sabrina luar dalam sebagai balasan akan perlakuan mereka berdua terhadap wanita sepolos Maya. Kemarahan Leo sudah tak bisa ditahan lagi. Baginya, kedua makhluk laknat di hadapannya harus merasakan balasan yang setimpal.

"Jadi, kau memukuliku karena cemburu?" tanya Adam dengan tatapan datar.

Leo Ingin menjawab tidak. Namun, hasrat isengnya membuatnya mengatakan hal yang berlawanan. "Ya, aku ingin mendapatkan dia kembali." Leo melirik Sabrina yang mendelik dengan tatapan sinis. "Sabrina, pilihlah aku! Bukankah pria ini sudah beristri?"

Adam mengepalkan tangan. Dia ingin meninju Leo. Tapi, dia sedang tak ingin mendapatkan serangan balik yang lebih brutal dari sebelumnya. Karena itulah, dia memutuskan untuk membalasnya dengan perkataan pamungkas, "Asal kamu tahu, Sabrina adalah istriku yang pertama. Kami menikah di hadapan Tuhan walaupun tanpa dokumen pernikahan resmi. Dia adalah satu-satunya istri bagiku. Aku tak pernah menganggap istriku yang lain sebagai istri yang sesungguhnya. Itu hanya pernikahan di atas kertas!"

Hening. Sabrina tersentuh atas perkataan Adam yang membelanya. Sedangkan Leo hanya termenung, tetapi perlahan, bibirnya menyunggingkan senyuman mencurigakan.

Leo pun berdiri, berjalan meninggalkan kantor Adam dengan malas. Sesampainya di dekat pintu, Leo berbalik, menatap Adam dan Sabrina lekat-lekat. "Tanyakan pada istri pertamamu, apakah dia pernah meminta dipuaskan oleh pria lain selain suaminya beberapa hari setelah pernikahan kalian?" Leo tertawa terbahak-bahak. Dia kemudian meninggalkan pasangan suami istri yang kini bersitegang dengan perasaan puas.

Pembalasan pertama telah Leo lakukan tanpa sepengetahuan Maya. Leo tak ingin mengadu domba pasangan suami istri walaupun dia tahu salah satunya melakukan kesalahan. Namun, kasus Sabrina berbeda. Dia tak ingin Sabrina berbuat seenaknya sendiri.

Leo membanting pintu dan berlalu pergi. Meninggalkan Adam dan Sabrina dalam keadaan yang seburuk-buruknya.

"Sabrina ...." Adam berbisik pelan dan kini memusatkan perhatian pada wanita yang seharusnya sangat dia kasihi. "Bisakah kau menjelaskan semua ini?"

Mulut Sabrina ternganga. Isi kepalanya berusaha berpikir cepat agar tidak gegabah dalam memberikan keterangan kepada Adam. Jangan sampai semua perkataannya menjadi bumerang yang bukan membelanya, melainkan berbalik arah hingga mengenai lehernya sendiri.

"Aku ... memang mencoba beberapa kali untuk menjalin kasih dengan pria lain. Salah satunya adalah Leo. Tapi itu semua kulakukan saat aku sedang putus denganmu. Apa aku salah?" Sabrina berusaha membela diri sebaik-baiknya. Beberapa hubungan sebenarnya dia lakukan saat masih bersama Adam. Namun, tentu saja dia tak akan sejujur itu mengatakan pada Adam.

"Hubungan kita seperti tidak ada harapan. Aku seringkali tak tahan harus menjadi kekasih gelapmu selama bertahun-tahun." Sabrina mengungkapkan kekecewaannya yang terdalam dengan jujur. Memang tak ada wanita yang ingin menjadi kekasih simpanan walaupun jelas-jelas sang pria mengatakan bahwa dia mencintainya.

"Aku tak menanyakan itu." Adam menyandarkan diri ke sandaran punggung sofa, berharap bisa membantu menopang beban berat yang ada di hatinya. "Apakah kau berhubungan dengan Leo setelah pernikahan kita?"

Adam yang tadinya menatap kosong ke langit-langit, kini memalingkan wajahnya untuk menatap Sabrina. Dia ingin melihat langsung bagaimana reaksi Sabrina saat menjelaskan apa yang sedang dia tanyakan. Namun, sayangnya, reaksi Sabrina tak sesuai dengan yang Adam inginkan.

Wanita berparas cantik itu memalingkan muka dari tatapan suaminya. Dia meremas-remas telapak tangan dan membuka mulut agak tergagap, "Saat itu ... aku benar-benar kecewa karena harus berbulan madu secara rahasia. Kau dan Maya begitu mesra, berbulan madu seperti layaknya pasangan suami istri yang sesungguhnya."

Sabrina menjilat bibir, tampak semakin bingung dengan apa yang hendak dia jelaskan lebih lanjut. "Kau ingat, 'kan? Saat itu aku meminta cerai. Aku ...."

"Cukup! Jangan teruskan!"

"Adam! Aku tidak benar-benar melakukannya! Aku hanya mabuk, tetapi tidak melakukan sampai sejauh itu!"

Adam berdiri dari sofa lalu bergegas meninggalkan Sabrina. Dia tak menghiraukan seruan wanita yang berusaha memanggil agar dia kembali dan mendengarkan penjelasannya.

Tentu saja hal ini membuat Sabrina kebingungan. Dia sungguh tak ingin Adam pergi hanya karena kesalahan yang tak benar-benar dia lakukan. Dia memang bersalah, tapi tak jadi melakukan sampai sejauh itu, bukan? Leo berhenti sebelum semua terjadi.

Sabrina berpikir keras. Apa yang kira-kira akan membuat Adam memaafkannya? Apa yang akan membuat Adam tidak mencampakkannya?

Anak! Seru Sabrina dalam hati.

Dia mengecek kalender menstruasi dan mendapati bahwa dirinya tidak datang bulan sama sekali. Senyuman Sabrina merekah. Apakah dia hamil?

Saat perjalanan pulang, Sabrina menyempatkan diri untuk membeli tes kehamilan pribadi di apotek ... dan betapa bahagianya dia saat melihat dua garis merah yang mengkonfirmasi dugaannya. Dia benar-benar hamil ....

Istri Simpanan Suamiku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang