Dua bayi, lelaki dan perempuan yang berpelukan di ruang NICU itu berukuran sangat kecil. Yang lelaki beratnya 656 gram, sedangkan lainnya 533 gram. Banyak selang menempel di tubuh kecil mereka demi memperjuangkan detak jantung keduanya.
Kulit mereka begitu keriput. Begitu kurus seperti hanya tulang dan kulit tanpa selapis daging pun. Bila orang berkata bahwa bayi sangat lucu, pemandangan yang disaksikan mata hijau pria kekar yang mengamatinya dari kaca luar ruangan tidak demikian. Mereka berdua jauh dari kata lucu. Seperti alien. Seperti bukan manusia.
Kesedihan masih belum bisa lepas dari hati Leo. Melihat mereka berdua membuat Leo teringat akan sang ibu yang telah berjuang mempertahankan nyawa mereka. Usaha telah dilakukan sebaik mungkin walau hasilnya tak sempurna, seperti yang diinginkan oleh semua pihak.
"Maya, mereka akan berterima kasih padamu suatu hari nanti," bisik Leo dengan suara yang bergetar hebat karena menahan air mata.
"Paul, Freya .... Jadilah kalian anak yang baik! Bertahan hiduplah agar pengorbanan ibu kalian tidak sia-sia," bisik Leo lagi penuh haru.
Leo tak tahu kepada siapa lagi dia harus mengadukan kesedihan hatinya saat ini. Di tangannya terdapat sebuah surat yang Maya tinggalkan untuk Adam. Leo berencana untuk menemui Adam nanti bersama Pengacara Lee.
"Maaf, anak-anak. Aku ingin membesarkan dan mengasuh kalian bersamaku. Tapi ibu kalian mempunyai rencana lain. Aku menyayangi kalian berdua ...."
Leo melambaikan tangan dari kaca pembatas ruang NICU. Tentu saja dia tahu bahwa kedua makhluk mungil itu tak akan mengerti apa yang dia katakan dan lakukan. Hanya saja, entah mengapa dia tetap ingin mengajak mereka berkomunikasi. Mungkin, karena sadar karena hal itu akan sedikit menjadi penghibur lara hatinya.
"Tuan Warren, apakah Anda bisa sekarang?" tanya Pengacara Lee yang muncul tiba-tiba.
Leo pun mengangguk dan mengajak Pengacara Lee untuk segera berangkat menemui Adam. Hati Leo berkecamuk dengan perasaan tak menentu–penuh keraguan. Namun, dia membulatkan tekad untuk menunaikan semua keinginan Maya dan mempercayai intuisinya sebagai seorang wanita sekaligus seorang ibu.
Sesampai di tempat Adam, Leo dan Pengacara Lee memberitahukan apa yang terjadi. Hal ini membuat Adam tak tahu harus mengatakan apa. Walaupun dia tidak memiliki perasaan sayang kepada Maya, tetapi berita tentang Maya tetap saja membuat hatinya merasa tak menentu.
"Bacalah!" Leo menyodorkan sebuah amplop berisi surat yang ditulis tangan oleh Maya untuk Adam.
***
Hi Adam,Bila kau membaca suratku, ini berarti Tuhan sudah memanggilku. Terima kasih karena kamu masih sudi untuk membacanya walau hubungan kita berdua berakhir dengan begitu buruk. Aku tahu kau tak akan pernah berpikir positif tentangku. Apa pun itu.
Adam, aku tahu kau sangat mencintai Sabrina. Cinta kalian begitu murni dan tak terpisahkan. Maafkan aku yang tanpa sadar telah menjadi penghalang cinta kalian selama bertahun-tahun lamanya. Pasti kalian begitu membenciku, tanpa pernah aku menyadarinya.
Aku tak ingin menyalahkan siapa pun atas kejadian yang menimpaku dan kalian akhir-akhir ini karena semua orang pasti merasa punya alasan untuk membenarkan tindakannya. Hanya saja, ingatlah akan satu hal. Rahasia bagaikan bom waktu yang siap meledak kapan pun tanpa kita ketahui dengan pasti.
Manusia adalah makhluk yang memiliki hati dan akal. Bukan robot. Ajaklah mereka bicara dan memecahkan permasalahan yang kamu hadapi. Pasti hasilnya akan jauh lebih baik daripada mengelabui dan menyimpan rahasia.
Aku sadar. Yang kualami saat ini adalah takdir. Karena itulah, aku menerima semuanya dengan pasrah. Menikahimu dan bercerai. Hamil olehmu tanpa pernah kau sayangi dan kau perhatikan.
Namun Adam, satu hal yang ingin aku tekankan. Walaupun anak-anak kita lahir dari sandiwaramu dan kebodohanku, tapi keberadaan mereka nyata. Mereka darah daging kita. Sudah selayaknya mereka juga mendapatkan cinta yang sama dariku dan darimu walau kita tak bersama.
Aku tahu, kau menghamiliku karena ancaman Paman Paul. Namun, meski engkau terpaksa, tapi kau bermaksud membuat mereka ada dan hadir di dunia ini, bukan? Kau berniat menjadi seorang ayah untuk mereka. Kau memang membuatku menjadi ibu dari anakmu.
Untuk itu, kumohon rawatlah anakmu, Adam! Berikan mereka cinta seorang ayah, karena mereka tak bisa mendapatkan cinta seorang ibu. Jangan biarkan mereka menjadi yatim piatu hanya karena egomu, Adam.
Tolong bicarakan hal ini dengan Sabrina. Aku tahu, pasti akan sangat berat bagi Sabrina untuk mencintai mereka. Jangan paksa istrimu untuk mencintai anak kita. Cukuplah dengan tak menyakiti mereka dan perlakukan keduanya dengan adil sebagaimana dia memperlakukan anak orang lain yang tak dia kenal.
Aku tidak cukup bodoh untuk meminta Sabrina mencintai anakku sebagaimana dia mencintai anaknya sendiri.
Mengenai warisan, Sabrina telah mengataka semua yang kau rasakan dan alami selama ini. Aku pun meminta maaf karena lagi-lagi aku menjadi penghalang bagimu untuk mendapatkan warisan Paman Paul. Namun, aku tak bisa mengkhianati Paman Paul dengan memberikan warisan ini padamu karena beliau juga punya alasan yang tak bisa aku katakan. Karena itulah, semua harta ini tetap aku berikan ke anak-anak di bawah pengawasan Leo dan Pengacara Lee.
Sebagai gantinya, aku akan memberimu kesempatan kedua, Adam.
Aku akan mempekerjakan kamu sebagai CEO Wilson Group dan kau akan memperoleh gaji dari dari pekerjaanmu. Ingat, aku akan meminta Leo dan Pengacara Lee sebagai pengawas kinerjamu. Kau tetap akan bisa dipecat bila tidak bisa bekerja dengan baik.
Namun, aku percaya padamu, Adam. Selama aku menjadi sekretarismu, aku tahu benar bagaimana kau berusaha melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Apalagi, bila kau tahu itu adalah milik anak-anakmu. Aku yakin sebagai seorang ayah, kau tak akan ingin menghancurkannya.
Aku minta maaf karena menitipkan kedua anak ini kepadamu tanpa bisa membantu apa pun. Semoga mereka tak menjadi beban bagimu. Ajarkan mereka untuk menjadi anak mandiri yang tidak mengandalkan warisan. Didiklah mereka agar menjadi pribadi yang tangguh dan jujur.
Terakhir, aku mendoakan kebahagiaan untuk anak-anak, untukmu, Sabrina, dan anak-anak kalian. Semoga cinta kalian abadi hingga maut memisahkan.
Love, Maya
***
Tangan Adam gemetar selesai membaca surat Maya. Matanya berkaca-kaca oleh genangan air mata. "Dia menyebutkan anak-anak? Lebih dari satu?" tanya Adam kepada Leo dengan suara gemetar.
"Kembar. Lelaki dan perempuan. Paul dan Freya," jawab Leo sambil menelan ludah, menahan agar air matanya tak mengalir.
Melihat mata Adam yang seolah tak percaya bahwa Maya menamai mereka dengan nama kedua orang tuanya, Leo pun manambahkan, "Maya yang memintaku memberi nama demikian."
Adam mengangguk perlahan. Hatinya masih tak menentu. Apa yang akan dia jelaskan kepada Sabrina nanti? Namun, dia sadar bahwa sekarang ini bukan saatnya memikirkan hal seremeh itu. Maya telah tiada. Tak seharusnya Sabrina mempermasalahkan siapa yang lebih Adam cintai dan utamakan.
"Aku ingin melihat Paul dan Freya," ujar Adam kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Simpanan Suamiku (TAMAT)
RomanceBacaan untuk pembaca dewasa. Anak kecil jangan baca. Tolong patuhi. Hanya untuk 18+. *** Adam menikahi Maya karena perjodohan kedua orang tua mereka. Dia terpaksa memperlakukan Maya dengan baik agar tidak kehilangan warisan. Namun, siapa yang sangka...