27. Kepergian Tuan Paul

2.8K 145 0
                                    

Keesokan hari setelah pemeriksaan kehamilan, Leo membawa seorang perawat wanita untuk menemani dan mengontrol kondisi Maya. Leo pun lebih sering mengunjungi Maya saat dia selesai dengan urusannya.

"Mengapa kau repot-repot membawa perawat kemari? Kurasa, aku tak akan mampu membayar gajinya." Maya memprotes tindakan Leo yang menurutnya berlebihan. "Aku masih bisa sendirian. Jangan khawatir!"

"Maya, izinkan aku melakukan sesuatu untuk kamu. Bila tak ada yang menemanimu, aku sendiri yang akan menemanimu selama 24 jam. Apa kau mau?" Leo bersikukuh agar Maya mau menerima bantuannya.

Maya memukul pelan dada Leo yang berotot karena baginya candaan Leo sama sekali tak lucu. Dia kemudian tersenyum dan mempersilakan Leo masuk untuk minum kopi dan makan snack buatannya.

"Aku membuat oat cookies! Kau mau coba?"

"Dengan senang hati," jawab Leo yang memang menyukai apa pun yang Maya pernah sajikan untuknya.

Leo belum mengatakan apa yang Dokter William jelaskan padanya mengenai kondisi kehamilan Maya. Dia khawatir Maya justru akan panik dan memperburuk kondisinya. Karena itulah, Leo ingin melihat perkembangan kondisi Maya dalam beberapa hari ke depan.

Leo memandangi Maya yang tampak bersemangat. Pastilah kabar ada bayi kembar di perutnya membuat wanita muda itu sangat bahagia. Leo yang sangat jarang melihat senyuman Maya setelah perceraian, merasa tak ingin mencabut kebahagiaan wanita itu dengan mengatakan berita buruk dari dokter.

"Hmm, ini lezat sekali," puji Leo sungguh-sungguh.

Maya tertawa dan menimpali pujian Leo dengan kelakar, "Ini resep cookies untuk wanita hamil. Ternyata kau suka juga!"

"Well, mungkin aku merasa ikut hamil."

Mereka berbincang ringan sampai hari mulai agak siang. Tak lama kemudian, Leo berpamitan. Namun, tepat saat dia membuka pintu, Leo terkejut mendapati Pengacara Lee sudah berdiri di depan.

"Ada yang harus saya sampaikan kepada Nona Maya Reinhart," ujar Pengacara Lee dengan wajah sangat serius.

Leo tak jadi pamit. Dia khawatir Pengacara Lee akan menyampaikan kabar yang membuat Maya tak enak hati. Jadi, pria itu menemani Maya untuk mendengarkan kabar yang akan disampaikan sang pengacara.

"Tuan Paul Wilson baru saja meninggal datu jam yang lalu," ujar Pengacara Lee menyampaikan berita besarnya dengan wajah belasungkawa.

Maya dan Leo tak bisa mengatakan apa pun. Selama ini kesehatan Tuan Paul memang buruk. Dokter pun mengatakan bahwa beliau tak bisa bertahan lebih lama lagi.

Maya pun menangis, "Mengapa tak ada yang memberitahuku lebih awal?"

"Maaf, kejadiannya sangat mendadak. Semua hanya bisa fokus untuk melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan beliau," jawab Pengacara Lee sambil menunduk.

"Apa ada yang memberitahu Adam?" tanya Maya saat teringat kerabat Tuan Paul yang tersisa.

Pengacara Lee menggeleng lemah. "Tuan Paul dan Tuan Adam sudah memutuskan hubungan kekeluargaan. Kami dilarang untuk memanggilnya lagi ke rumah beliau untuk keperluan apa pun."

"Ini konyol! Bagaimana mungkin hubungan ayah dan anak bis—"

"Maaf, Nona. Saya hanya diminta untuk memberikan surat dari Tuan Paul kepada Anda." Pengacara Lee memotong amukan Maya seraya menyodorkan amplop biru muda berisi berlembar-lembar surat yang tebal.

Maya pun membaca perlahan surat dari Tuan Paul yang isinya penuh kejutan untuk siapa pun.

***

Untuk Maya,

Anak dari sahabat terbaik yang sudah aku anggap sebagai anak sendiri.

Mungkin, selama ini kamu bertanya-tanya, mengapa aku terkesan menganaktirikan Adam. Jawabannya adalah sederhana. Adam memang bukan putraku.

Istriku, Freya, sangat cantik. Adik tiriku menyukainya. Dia bahkan memaksa Freya untuk melayani keinginan bèjatnya. Freya putus asa dan hampir mengakhiri hidupnya. Namun, aku berhasil mencegah hal itu dan berjanji menerima Freya apa adanya.

Petaka hadir kembali saat Freya hamil. Aku mandul. Jadi, ayah si bayi sudah pasti adalah adikku. Hari-hari kami seperti neraka. Sulit sekali menerima Freya apa adanya dengan adanya anak itu. Apalagi Freya tak sanggup bila harus menggugurkan bayinya. Aku begitu tertekan, bahkan hampir mengakhiri hidup.

Saat itu, datanglah ayahmu, sekretaris yang sudah sangat dekat denganku. Dia mencegahku melakukan hal bodoh dan memintaku untuk menjadi pria sejati yang bertanggung jawab kepada keluarga. Dia yang menyadarkanku bahwa bayi di kandungan Freya tak bersalah. Ayahmu juga yang mengingatkan betapa Freya sangat mencintaiku.

Akhirnya, aku pun menguatkan batin untuk menghadapi pahitnya kenyataan. Hubungan dengan Freya membaik. Hanya saja, aku tetap tak bisa tulus menyayangi bayinya. Freya pun mengetahui hal itu dan dia berusaha memaklumi.

Freya tak memaksaku untuk mencintai Adam. Dia hanya memintaku merahasiakan identitas Adam yang sebenarnya. Dia tak ingin membuat perasaan Adam terluka.

Begitu juga saat kami merencanakan warisan. Freya mengusulkan akan memberikan pada Adam bila dia bersedia menikah denganmu, karena dia tahu aku sangat menyayangimu seperti anakku sendiri. Bila tidak, Freya membebaskan akan nasib anaknya. Dia sangat berharap bahwa Adam bisa mandiri tanpa mengandalkan warisan dariku.

Itulah sebabnya, mengapa aku memilihmu untuk menjadi pewarisku. Aku menyerah dengan kelakuan Adam yang biàdab, sebagaimana ayahnya. Dia memang tak pantas mendapatkan wanita sebaik dirimu.

Maafkan aku, Maya. Seharusnya, aku tak pernah memintamu menikah dengan Adam. Seharusnya, kau menikahi pria yang juga mencintaimu. Seharusnya, aku menyadari bahwa sesuatu yang dipaksakan tak akan pernah berakhir dengan baik.

Karena itulah Maya. Izinkan aku memberikan semua hartaku kepadamu. Sebagai rasa terima kasihku kepada ayahmu dan dirimu yang telah setia menjadi penyemangat hidupku selama ini. Maafkan aku yang tidak sering menghubungimu karena rasa malu yang tak tertahankan karena telah membuatmu menderita.

Aku mendoakan kebahagiaan untukmu. Semoga, kau bisa bertemu dengan pria yang mencintaimu dengan tulus.

Setulusnya,
Paul Wilson

***

Maya menutup surat dari Tuan Paul dengan linangan air mata. Dia merasa bersalah karena sempat menghakimi Tuan Paul atas kebijakannya untuk menjodohkan dirinya dengan Adam. Ternyata, beliau pun memendam kesedihan yang lain selama ini.

"Apakah Paman Paul meninggalkan surat untuk Adam?" tanya Maya ke Pengacara Lee yang langsung dijawab dengan gelengan.

Maya tersenyum simpul. Dia mengembuskan napas panjang, lalu berkata, "Baiklah, aku mengerti. Apa yang harus aku lakukan?"

Selanjutnya Pengacara Lee membantu Maya mengurus semua dokumen pengalihan semua harta Tuan Paul. Leo menemani Maya untuk mengurus semua proses sambil mengamati perkembangan kondisi sahabat wanitanya itu. Dia memastikan Maya tidak ikut campur mengurus pemakaman Tuan Paul.

Leo pun membantu Maya untuk pindah dari apartemen kecilnya ke mansion mendiang Tuan Paul. Dia benar-benar memastikan agar Maya tidak kelelahan.

Berita tentang meninggalnya Tuan Paul dan siapa pewaris dari harta beliau menyebar cepat ke seluruh kota lewat media. Tentu saja hal ini mengagetkan banyak pihak. Tak terkecuali Adam dan Sabrina.

"Tidak mungkin!" Adam memekik tak percaya. Dia harus mengetahui kepergian sang ayah lewat media. Lebih buruk lagi, Maya adalah pewaris tunggal dari harta sang ayah. Tadinya, Adam mengira ayahnya tak akan tega dan menyisakan sebagian untuknya.

Sabrina yang ikut geram pun berkata, "Adam, apa kau yakin bahwa Maya tidak memanipulasi semua ini?"

Istri Simpanan Suamiku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang