Kondisi Maya tiap hari semakin buruk. Walaupun segala upaya telah dilakukan, baik dengan diet mengurangi garam dan olahraga ringan secara teratur, tetapi kondisinya semakin turun.
Saat mendapatkan berita ini dari perawat yang menjaga Maya, Leo yang terlanjur kembali ke Washington DC untuk memenuhi janji ke ayahnya, segera kembali dan meminta izin kepada sang ayah untuk diberi waktu tambahan. Walaupun sepertinya tidak mungkin akan dikabulkan.
"Aku tak percaya padamu. Kau pasti akan menggunakan kesempatan ini untuk kabur lagi dariku." Sang ayah tak mau lagi tertipu oleh Leo. Beliau tak mau memberi izin kepada Leo.
"Ayah, kumohon beri aku waktu empat bulan lagi." Leo memohon dengan sangat. "Setelahnya aku akan benar-benar kembali dan tak akan pernah pergi lagi darimu."
Namun, memohon kepada Tuan William Warren sama saja memohon kepada batu. Tak akan pernah hatinya tergerak oleh keinginan Leo yang tulus untuk menolong Maya. Tuan Warren hanya tahu untung dan rugi. Bukan hal selain itu.
Karena itulah, Leo memikirkan cara terbaik untuk bisa kabur dari ayahnya. Dia pun menelepon seseorang yang dia kenal untuk membantunya.
"Clara, bisakah kau datang ke rumahku malam ini?" tanya Leo dengan suara datar.
Wanita di ujung telepon bersorak kegirangan karena yang menelepon adalah Leo–pria yang dia cintai. Dia menyanggupi seketika dan menuruti semua perintah Leo untuk berdandan dengan sempurna.
Namun, betapa kagetnya Clara saat sampai di rumah Leo. Ternyata Leo memintanya untuk merayu sang ayah, William Warren, yang begitu dingin, bertolak belakang dengan kepribadian Leo sendiri.
"Leo, ini tidak adil! Kukira kau yang akan aku layani, bukan ayahmu!" rengek Clara yang kini sudah begitu cantik dan menggoda dengan skimpy dress warna merah menyala.
"Kau sudah menerima uangku, bukan? Kalau menolak, menurut perjanjian, kau harus mengembalikan lima kali lipat." Leo menjawab dengan datar sambil mengemasi barang-barangnya ke dalam tas.
Akhirnya, Clara tak punya pilihan. Malam itu, setelah William Warren pulang dari kantor, dia dan Leo berpura-pura bercanda ria di ruang tengah. Leo sengaja mengundang Clara karena dia tahu bahwa ayahnya sering sekali melirik gadis itu.
Malam itu, saat Leo berpura-pura tidur, Clara menonton film dewasa sendirian di ruang tengah. Hal ini tentu saja mengundang perhatian Tuan Warren yang telah lama tak menyentuh wanita. Tuan Warren yang tahu bahwa Leo menjebaknya, tetap tak berkutik menghadapi pesona seorang Clara yang manis. Bahkan, dalam benaknya, dia rela melepaskan putranya sekali lagi demi mendapatkan semalam bersama Clara. Bagi Tuan Warren, itu semua adalah barter yang manis.
Dengan alasan yang saling bertemu dan menguatkan, malam itu Leo lolos dari sang ayah tanpa perlawanan berarti dari para bodyguard penjaga. Memang, hanya Tuan Warren yang bisa mengungguli kemampuan Leo. Sedangkan pria hebat itu sedang menikmati malamnya bersama wanita belia pujaannya. Matanya gelap tertutup keinginan yang lama terpendam. Keinginan yang kini dia curahkan sepenuh hati untuk bersenang-senang bersama bidadarinya.
Siapa yang tahu, malam ini akan menjadi cikal bakal hal lain yang tak akan pernah Leo sangka sebelumnya. Tak ada yang menyangka bahwa Tuan Warren tak akan pernah bisa melepaskan Clara setelah malam ini.
Dengan senyuman penuh kemenangan, Leo melenggang, meninggalkan rumah yang kini terasa panas karena penyatuan asmara yang bergelora di kamar utama. "Selamat bersenang-senang, Ayah! Aku akan kembali kalau urusanku sudah selesai."
Sesampai di mansion keluarga Wilson, Leo mendapati kondisi Maya yang sudah tidak lagi bisa dikatakan baik. Hanya igauan lemah yang keluar dari bibirnya yang pucat. "Selamatkan bayiku .... Utamakan mereka ...."
Kalimat sederhana yang sangat menyayat hati Leo. Dia tak sanggup menatap Maya sambil mendengarkan rintihan yang menggambarkan seluruh penderitaan wanita itu saat ini.
"Mengapa tak segera kamu bawa Maya ke rumah sakit, Annie?" protes Leo dalam bisikan.
"Beliau tidak mau dibawa ke rumah sakit. Saya pun bingung sekali. Karena itulah saya menelepon Tuan!" jawab Annie, perawat Maya, yang ketakutan karena khawatir disalahkan.
Leo pun akhirnya membopong Maya dan membawanya ke rumah sakit tanpa menunggu lebih lama lagi. Dia takut kondisi Maya yang sekarang tak bisa ditolerir dan tindakan yang diminta dokter kandungan harus segera dieksekusi.
Bagi Leo, keselamatan Maya adalah yang utama. Namun, dia tak memiliki hak apa pun atas wanita itu. Dia bukanlah suami Maya. Bukan pula keluarganya. Tak berhak dia memutuskan apa pun atas kesehatan Maya.
Hanya Maya sendiri yang berhak untuk menentukan nasibnya dan nasib anak-anaknya. Leo hanya berharap satu hal. Agar Maya mengutamakan logika daripada perasaannya.
"Kondisi Anda buruk sekali. Saya sangat menganjurkan untuk melahirkan bayi-bayi itu demi keselamatan Anda sendiri," ujar dokter William yang kini tampak sangat serius. Beliau tak mau memberi harapan kepada Maya untuk memikirkan ulang keputusannya. Bagaimanapun juga, nyawa ibu adalah yang utama.
"Apakah mereka akan selamat?" tanya Maya dengan nada datar.
"Karena kembar, ukuran mereka pasti akan sangat kecil. Apalagi yang perempuan. Kami tentu akan berusaha menyelamatkan mereka. Tapi yang jelas, prioritas kami adalah keselamatan Anda," jelas Dokter William apa adanya. Karena keadaan sudah mendesak, dia tak ingin lagi menyembunyikan semua kenyataan dari Maya.
Maya hanya menatap ke arah dokternya dan Leo dengan tatapan hampa. Tak ada senyum maupun tangis. Dia lalu membuang muka ke samping dan memikirkan apa yang telah dia perbuat selama ini hingga dia mendapatkan masalah yang sangat berat. Air mata yang sedari tadi menggenang pun, kini mengaliri pipi lembut Maya.
Dokter William yang tak sanggup menyaksikan pemandangan tersebut akhirnya memilih untuk pergi setelah meminta Leo untuk membicarakan hal ini dengan Maya baik-baik. Tak ada lagi aura keceriaan yang membayangi ketiga orang di kamar rawat inap tersebut.
"Maya, apakah ini semua sudah final?" tanya Leo kepada Maya. "Aku tak bermaksud mengatakan hal yang buruk. Tapi, ada banyak cara untuk mendapatkan bayi. Kamu bisa adopsi. Atau kamu bahkan bisa mencoba lagi untuk mendapatkan bayi lagi nanti."
Maya memandang Leo dengan tatapan tak percaya. Dia tak menyangka Leo akan mengatakan hal itu. Walaupun dia membenci Adam, tapi bayi-bayi ini tak bersalah.
"Maksudku, kau masih begitu muda, Maya! Kau bisa menikah lagi dengan pria yang kau cintai dan mencintaimu. Kalian bisa menikah dan terlepas sepenuhnya dari bayang-bayang Adam." Leo hanya berusaha menanamkan logika kepada Maya. Namun, Maya menerima perkataan Leo dengan hal lain.
"Jadi, maksud kamu, aku harus membuang bayi ini karena ayahnya yang bejàt?"
"Maya, aku tid—"
"Leo, aku tahu. Bayi-bayi ini lahir karena kepalsuan dan ambisi Adam serta kebodohanku ...." Maya menatap Leo dengan tajam. "Namun, kehadiran mereka nyata Leo. Mereka anak-anak yang berada di rahimku. Anak-anakku!"
"Maya, jangan—"
"Kepalsuan cinta Adam tak akan mengubah apa pun. Mereka tetap nyata, Leo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Simpanan Suamiku (TAMAT)
RomanceBacaan untuk pembaca dewasa. Anak kecil jangan baca. Tolong patuhi. Hanya untuk 18+. *** Adam menikahi Maya karena perjodohan kedua orang tua mereka. Dia terpaksa memperlakukan Maya dengan baik agar tidak kehilangan warisan. Namun, siapa yang sangka...