part 14

2K 99 0
                                    

🔥HAPPY READING🔥

"MAS ADIT-!!"

"KA–"

•••

"Kalina-?!" Ucapnya sedikit terkejut, untuk apa wanita itu datang kemari?

Wanita berpakaian ketat itu mulai menghampiri brangkar dimana Zeya sudah terduduk dan Adit disampingnya. Ia menatap tajam Zeya. "Siapa kamu?"

Dengan santai Zeya menjawab. "Zeyana"

"Tidak sopan" cibir Adit pada wanita itu. Membuat wanita itu kini mendekati Adit. "Mas, Lina kangen" ucapnya lalu memeluk tubuh tegap Adit, namun pria itu tak menggubris sama sekali bahkan malah melepas pelukannya dengan kasar. "Saya tidak sudi di pegang oleh wanita ular seperti kamu"

"Maksud mas apa? Lina it–"

"Jangan kamu pikir saya tidak tau bahwa kamu yang membuang putri saya, dan jangan harap kamu bebas berkeliaran diluar sana, Kalina" potong Adit, tak menghiraukan ucapan Kalina.

"Mas. Aku tuh masih istri sah kamu, ngga mungkin dong aku buang Ayara, aku sayang banget sama Ayara, sekarang dia dimana?! Dimana mas?!"

Adit menyeringai. "Masalah status, kita tunggu sidang dan untuk kebohongan kamu kita tunggu polisi menindak lanjuti"

"Bahas apasi, gajelas" cibir Zeya yang sejak tadi diam memperhatikan. Bosan sekali mendengar perdebatan rumah tangga yang tidak seharusnya ia dengar.

"Aku ngga buang Ayara sama sekali mas-!!" Tegas Kalina, tak mengidahkan ucapan Zeya barusan. Ia tetap berdebat dengan calon mantan suaminya. Adit.

"Benar Zeya?" Adit meminta jawaban pada Zeya soal pernyataan Kalina. Namun Zeya menggeleng, sedikit tidak paham tapi ia memberi tau ucapan Ara tiga bulan lalu. "Kata Ara sama mama tirinya"

"JANGAN BOHONG -!!" sentak Kalina membuat Zeya terperanjat.

"Diam Kalina -!! Keluar dari ruangan ini sendiri atau saya panggilkan petugas keamanan?"

"Mas–"

"Keluar-!!" Usir Adit lagi.

"Oke aku keluar. Aku tunggu mas dirumah, kita selesein ini" ia pun melangkah meninggalkan ruangan itu. Membuat Adit bernafas panjang, lelah menghadapi sifat kekanakan calon mantan istrinya itu.

Kini pria itu beralih menatap Zeya yang juga sedang menatapnya. "Maaf mengganggu istirahat kamu"

"Gapapa, Tuan. Tuan kenapa bisa disini?"

Belum sempat Adit menjawab pertanyaan Zeya, suara Ara mengalihkan perhatian mereka, bocah itu berlari dan langsung naik ke brangkar Zeya lalu memeluknya. "BUNDAAAA"

"Heyy, Ara lari lari tuh" kedatangan Sirene disusul Arlan dibelakangnya.

Adit menatap putrinya yang tersenyum padanya. "Ara..."

"Maaf, Ayah. Tadi Ara buru-buru mau ketemu bunda"

Zeya yang kini memangku Ara, ia menyelipkan anak rambut bocah itu. "Kenapa buru-buru? Kan bunda ngga kemana mana"

"Takut bunda pulang"

"Pulang juga sama papa, Ra" sahut Arlan di sudut sana. Lalu pria itu beralih berbicara dengan Zeya. "Sadar kapan?"

"Baru aja, tadi ada orang soalnya"

Ara manggut-manggut lalu ia berucap. "Tadi Ara ketemu Mama Lina"

"Serius?" Tanya Adit. Yang dijawab oleh Arlan. "Iyaa tuan, tadi saat kami baru saja keluar dari kantin ada wanita yang langsung menangis memeluk Ara bilang kalau dia mamanya"

"Dia juga ngajak Ara pergi" sambung Sirene. Membuat tatapan Adit berubah marah, ia pun menggendong tubuh putrinya dari pangkuan Zeya. "kita pulang sekarang" ucap pria itu tiba-tiba.

"Lohh, kok pulang? Kenapa Tuan?" Protes Zeya tak terima, padahal ia baru saja bertemu Ara, kenapa pria itu sudah akan membawanya pergi.

"Maaf saya akan menyelesaikan masalah sala dengan istri saya dulu, setelahnya kami akan bertemu dengan kalian lagi" jelas Adit lalu tanpa ba-bi-bu ia keluar dengan Ara digendongnya yang tetap memberontak.

Zeya kembali lesu lalu Sirene mendekatinya. "ciee yang abis berduaan" godanya membuat Zeya yang tadinya lesu langsung menatap wanita hamil itu. "engga. Siapa yang berduaan?"

"Alahh pandai tipu-tipu Lo, tau gw tadi Lo berduaan kan" sahut Arlan.

"Ya kan emang berdua, ngga mungkin bertigaan-!" Ucap Zeya sedikit sewot.

"Dihh, kok sewot? Kaya abis keciduk aja Lo"

"Ya–yaa ngga tau ah" gadis itu melengoskan wajahnya, tak mau menatap Arlan dan Sirene yang kini menertawainya.

"Haduhhh Yana Yanaaa, lelah mba tuhh"

"Mba si pake ketawa, ngeselin"

"Dihh Lo aja sensian" ucap Arlan membela istrinya.

"Apa Lo? Mau gelut? Sini" tantang Zeya dengan dirinya yang sudah siap meninju wajah menyebalkan Arlan. Pria itu kini menjulurkan lidahnya mengejek Zeya. "wleee, ngga percaya gw Lo abis sakit"

"Sok tau Lo, bangkotan"

"Heh-! Heh-! Jangan berantem, udah udahhh, stop." Lerai Sirene menengahi keduanya. Ia kini menatap tajam suaminya lalu menjewer telinganya. "Emmm ngeselin"

"Aww yang sakit yang stopp" pria itu mencoba melepas tangan istrinya namun malah semakin sakit dan Zeya tertawa lebih kencang. "HAHAHA rasain Lo, terus aja mba terus"

•🦋•

"KALINA-!!" Adit terus berteriak memanggil nama Kalina, ia sudah mengitari rumah namun sialnya tidak menemukan sosok istri durhakanya itu, sungguh ia murka karna tau wanita ular itu hendak membawa putrinya lagi tadi. Kini Ara sudah aman ditangan asisten rumah tangganya, bi Wati.

Pria itu kini berjalan menuju kamar belakang, tempat dimana dulu ia sering menghabiskan waktunya Cilla, mendiang bundanya Ara. Sosok wanita yang sangat ia cintai sebelum kejadian mengenaskan itu merenggut nyawa wanita itu, yang membuat orangtuanya menjodohkan dirinya dengan Kalina. Sosok yang dulu ia kenal baik nan lembut kini sangat ia benci.

Setelah sampai di pintu kamar itu ia mencoba membukanya, namun nihil, pintunya terkunci dari dalam. Ia menggeram. "Arghh, shit"

Adit mengambil ancang-ancang, ia akan mendobrak pintu itu, ia yakini ada seseorang didalam sana dan..

BRAK-!

•••

ANNYEONG BESTII

BUBU KOMBEK KIWW KIWW

GMNA PART INI???

KALAU KURANG PUAS HARAP DI KRITIK, JNGN TAKUT AKU NGGA GIGIT KOKKK

SO HAPPY NEXT PART

GOOD YOUNG MOTHER [ End✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang