part 19

1.9K 97 0
                                    

PIPIPPPPP

BUBULLL IT'S COMING

MAKASI SUDAH MENYEMPATKAN WAKTU UNTUK BACA GYM

LUVV LUVV🖤🖤

•🦋•

Zeya duduk anteng di kursi penumpang depan didalam mobil milik Adit, kini keduanya memang sedang dalam perjalanan pulang menuju kostan milik Zeya. Diam, diam, dan hening. Suasana malam gelap yang dingin semakin terasa sebab keheningan ini.

Mulailah sudah rasa canggung Zeya dikarenakan tidak ada Ara, memang sepertinya hanya Ara lah penangkal kecanggungan ini.

"Ze"

Lagi, Adit yang memulai percakapan.

Reflek Zeya menoleh dan mendongak. "Iyaa?"

"Ini kamu hanya sekedar ngambil baju atau mau pulang?"

"Emm..." Ucapannya tertahan, memikirkan keinginan Ara tadi membuat niat awalnya pulang terurungkan. Ia menatap pria disampingnya. "Saya ambil baju aja, gapapa kan?"

Adit terkekeh, bagaimana mungkin ia akan tidak senang jika salah satu orang tersayangnya berada dekat dengannya. Ia pun mengangguk. "Mau kamu tinggal dirumah saya sampe taun depan atau bahkan 10 tahun yang akan datang juga ngga bakal saya larang"

"Asal kita sah" lanjut pria itu, membuahkan pukulan di bagian pahanya, siapa lagi pelakunya jika bukan Zeya. Gadis yang tadinya hanya berniat bertanya itu kelewat kesal.

"Hahaha... Saya ngga lagi becanda Ze, saya serius"

"Serius tapi ketawa" ketusnya menjawab ucapan Adit yang lemah lembut alus bagai kain sutra.

"Ketawa itu salah satu tanda kebahagiaan, makanya saya ketawa"

Zeya hanya memutar bola matanya malas, sungguh sosok Adit yang dulunya ia kira cool, berwibawa, tegas, dan datar itu sangat berbanding terbalik dengan sosok Adit yang sekarang, pria menyebalkan dengan seribu kebercandaannya.

Pria yang ia temui sekitar 5 bulan yang lalu, menatap matanya pertama kali di antara gelap malam club, lalu berlanjut dengan pengembalian Ara, hingga kini ia bertambah dekat, juga karna Ara. Ayara Stevani.

Mobil berhenti tepat di bawah lampu lalu lintas, Zeya menatap sekeliling toko yang masih buka di jam segini. Lalu sorot matanya menatap seorang laki-laki yang sedang jalan sempoyongan di emperan toko, ia menjelikan matanya, berusaha mengenali siapa sosok itu.

"Arvan?"

Baru saja Zeya hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba ia teringat kalau dirinya sedang di lampu lalu lintas, ah, ia pun mengurungkan niatnya untuk menghampiri Arvan. Ntah kenapa ada rasa kasihan melihat pria itu, padahal saat di SMA ia sering di hakimi oleh Arvan, memang dirinya juga sempat berpacaran dengannya, walau hanya sekedar melampiaskan amarah. Namun, tak dipungkiri Zeya sungguh menyayangi pria itu, dulu.

Adit kembali melajukan mobilnya saat lampu berganti hijau, sesekali ia menoleh ke arah Zeya yang terdiam. Dengan penasaran ia bertanya. "Kamu kenapa?"

Gadis itu sedikit terperanjat. "Ah, gapapa tuan, gapapa"

"Ohh kirain"

•🦋•

Zeya menarik kopernya dari dalam kostan, kali ini demi Ara ia rela pindah tempat tinggal lagi, sedikit berat memang meninggalkan tempat yang sudah ia tinggali bertahun tahun, kostan kecil yang menjadi saksi betapa terpuruknya seorang Zeyana, gadis broken home yang tidak pernah mendapat kasih sayang dari siapapun, di caci maki di sekolah, di hina sana sini. Namun, kali ini juga ia meninggal tempat itu.

"Sudah?" Tanya Adit dari samping mobil, Zeya hanya mengangguk menanggapinya. Kemudian kopernya ia berikan pada Adit untuk diletakkan di bagasi.

Ntahlah mood nya benar-benar kacau.

Adit pun menaruh kopernya di bagasi lalu menyusul Zeya yang sudah berada didalam mobil. Mobil pun mulai melaju meninggalkan area kostan, begitu juga dengan kenangan pahit yang tidak akan lagi Zeya ingat.

Orangtuanya? Ntah, ia juga tak tau, sudah hampir 5 tahun ia tidak berkomunikasi dengan kedua orang itu, Maya dan Joan. Dari dulu semenjak kedua orangtuanya bercerai memang Zeya berusaha untuk tidak memikirkannya, namun perasaan dan naluri hatinya tetap saja memaksa untuk mengenal kedua orang itu.

Lagi, Zeya terdiam sejak tadi. Adit pun hanya mampu memperhatikan, takut takut menganggu pikiran gadis itu kan malah kacau. Pria itu memilih tetap melajukan mobilnya dengan pelan, supaya gadisnya bisa tetap menikmati udara malam yang menyejukkan ini.

Tidak sampai 30 menit, mobil sudah berhenti. Menandakan mereka sudah sampai di depan rumah megah 3 lantai milik keluarga Stevanus. Pertama Adit turun, disusul oleh Zeya yang masih saja diam, lalu Adit berjalan kebagasi untuk mengambil koper milik Zeya dan mereka berjalan menuju dalam rumah.

"Ayoo" ucapnya pada Zeya. Gadis itu hanya mengangguk lalu membuka pintu utama.

Tidak ada Ara yang menyambut mereka, itu artinya gadis kecil itu sudah terlelap, pantaslah ini sudah hampir tengah malam.

"Kamu mau di kamar saya? Atau di kamar lantai paling atas?"

Zeya menoleh. "Kalau di lantai atas saya sendiri?"

"Iyaa lah, cuma satu itu, soalnya ngga ada pembantu yang mau tidur di lantai atas, jadi cuma ada satu kamar"

"K–kalo sama t–tuan, gapapa?" Tanyanya sedikit tidak enak, sudahlah menumpang, eh malah melunjak, jujur jika rumahnya tidak sebesar ini ia juga maunya tidur sendiri.

Adit terkekeh mendengar itu. "ya boleh lah, nanti biar saya tidur di sofa, kamu tidur di kasur, ayok"

Belum sempat Zeya menolak aturannya, pria itu malah sudah meninggalkannya, ah, dasar.

•••
Akan ada sesuatu yang indah setelah kesuraman.

Jangan lupa vote untuk dukungannya.🙏🏻🙏🏻

GOOD YOUNG MOTHER [ End✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang