part 20

2K 108 0
                                    

~Happy reading~

Zeya merebahkan tubuhnya di kasur king size milik Adit, dirinya baru saja mandi tadi dan sekarang berniat tidur. Sebelum memejamkan matanya ia menyempatkan untuk menatap sofa besar di sudut kamar ini, tidak ada Adit disana, dimana pria itu? Bukannya tadi ia berniat tidur disana?

Belum selesai dengan kebingungannya, tiba-tiba Zeya merasakan mual yang tiba-tiba menghampirinya, ia pun segera berlari ke arah kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya, namun nihil, hanya cairan bening yang keluar.

"Hoekk... Hoekk"

Ia terkurai lemas sekarang, ini bukan pertama kalinya ia mual dan lemas seperti ini, Minggu lalu juga ia merasakannya. Zeya terduduk bersandar di dinding kamar mandi samping wastafel, tenaganya tiba-tiba habis.

"Aduhhh pala gw" ia meringis memegangi kepalanya yang mulai pening, ah, sungguh ia bisa drop jika lama lama begini.

Masih dengan posisinya yang terduduk lemas, tiba-tiba pintu kamar mandi di ketuk dari luar.

"Ze? Kamu didalam?" Tanya seseorang dari luar, bisa ditebak itu Adit. Zeya mengangkat kepalanya dan hendak berdiri, namun

Dugh.

Ia terjatuh saking lemasnya, kepalanya membentur dinding wastafel. "Arghh sakitt"

Ringisan yang terdengar sampai luar kamar mandi itu membuat Adit yang khawatir ditambah panik, ia pun segera mendobrak paksa pintu kamar mandi, tak perduli itu akan rusak nantinya yang terpenting sekarang ia bisa masuk.

Pemandangan pertama yang pria itu lihat adalah Zeya, gadis itu meringkuk di pojok kamar mandi dengan kening yang mengeluarkan darah, mungkin sebab dari terbentur dinding.

"Zeya! Astaga kamu kenapa?!!" Adit panik? Pasti, bahkan sangat. Pria itu segera membopong tubuh gadisnya dan membawanya ke dalam kamar, tanpa menunggu persetujuan sang empu ia langsung merebahkannya di atas kasur.

Mata Zeya tertutup seperti menahan sakit, Adit pun berusaha melihat lukanya meski selalu ditahan.

"Heyy heyy, liat saya, saya obatin lukanya ya? Kamu tenang, sebent–"

"Sini aja" ucapnya lirih pada Adit, ia menahan pergelangan tangan pria itu. Membuat Adit terheran, apa sesakit itu terbentur dinding?

Adit menatap Zeya dalam. Ia mengusap kepalanya. "Sebentar aja ya? Kalau tidak diobati tidak akan sembuh"

Tetap, Zeya menggeleng menolak. Wajahnya sudah pucat pasi sekarang, terlihat sorot sendu dimatanya yang membuat Adit tak tega. Ia pun mengangguk, menyetujui keinginan Zeya untuk menetap disampingnya.

"Yasudah, saya disini"

Mendengar itu Zeya tersenyum tipis, tidak ada kata-kata lagi yang akan ia ucapkan pada Adit, ditemani seperti ini saja rasanya sudah sangat senang, ntah, Zeya juga tidak tau apa yang terjadi pada tubuhnya. Padahal sudah beberapa Minggu ini ia tidak bekerja, namun sara lemas dan cepat lelah itu terus saja hadir ditubuhnya. Aneh.

"Kamu mau makan? Belum makan kan dari tadi"

"Udah jam 1, ngga baik makan tengah malem" sahutnya masih dengan suara yang lirih.

GOOD YOUNG MOTHER [ End✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang