ANNYEONG
Mau ngucapin makasi buat kalian yang nyempetin waktu untuk baca gym, seneng banget udah 600++ yang baca, walau belum sampe 1k gapapa luvv luvv buat kaliannn lope lope pokoknya 😭💙💙•••
Ara duduk di pangkuan Zeya sejak 1 jam yang lalu, bocah itu terus saja mengucapkan kata rindu untuk bundanya itu, walau bosan dengan ikhlas pun akan tetap Zeya ladeni. Gadis itu manggut manggut.
"Bunda"
"Hm?"
"Ara kangen banget" bukan, bukan Ara yang bicara, melainkan Adit yang duduk didepan mereka, sungguh pria itu bosan dengan perkataan anaknya yang tak ganti ganti.
"Ayah, apasi kita musuhan"
"Dihh, yaudah, besok kita jalan jalan ya Bund? Ngga ajak Ara ya?, Iyaaa"
Aneh, Adit memang aneh, ia bicara sendiri dan akan dijawab sendiri. Ah, sudah seperti orang bodoh saja. Namun, ia tak menghiraukannya, mau berpuluh puluh ribu kata yang ia ucapkan dan kembali dijawab sendiri pun tak masalah jika lawan bicaranya adalah Zeya. Eh, Ara maksudnya.
"Jangan berantem dong, mending diabisin makannya" ucap Zeya yang sejak tadi menyimak perdebatan antara ayah dan anak itu, ia melerai keduanya.
Kini, Ara yang tadinya duduk di pangkuan Zeya memutuskan untuk duduk disamping gadis itu, mereka bertiga memang memutuskan untuk sarapan bersama di kediaman Stevanus ini, dan itupun dalam paksaan Adit sebelumnya.
"Kamu juga makan Ze" ingat Adit, Zeya hanya mengangguk untuk menanggapi.
Setelah acara sarapan kembali diselimuti keheningan.
•🦋•
Adit terus mendorong troli belanja sembari berjalan dibelakang Zeya dan Ara, memang sehabis sarapan tadi pria itu mengajak Zeya dan putrinya untuk berbelanja bulanan, untuk mengobati rasa rindu alibinya. Padahal dirinya lah yang ingin berlama lama dengan Zeya, memang kali ini ia merasa nyaman dan senang jika berada di dekat gadis itu, tidak seperti sebelumnya saat bersama Kalina.
Kalina?
Iyaa, gadis itu sekarang tidak tau kemana, sejak malam itu ia dan Adit sudah tidak berkomunikasi, lebih tepatnya Adit yang tidak mau berkomunikasi, surat cerai pun hanya tinggal sidang.
"Ayah" panggil Ara menyadarkan Adit yang sempat melamun.
Pria itu mengerjap lalu menatap putrinya yang berada di gendongan Zeya. "Iyaa nak, kenapa?"
"Ayah kenapa bengong? Mikirin apa hayoooo" tuding Ara, sudah seperti seorang ibu yang memergoki anaknya di sudut rumah saja.
"Mikirin bunda"
"Bunda siapa?" Tanya Ara lagi, kali ini bocah itu penasaran, pasalnya ada tiga bunda di dalam keluarganya. Bunda Cilla selaku ibu kandungnya, bunda besar selaku nenek dari ayahnya sendiri, dan yang utama bunda Zeyana selaku ibunya yang saat ini dan seterusnya, semoga.
"Bunda siapa yaa? Siapa coba? Ara tebak"
"Bunda Zeya" tebak bocah itu tanpa ragu, dan benar saja Adit mengangguk langsung. "Iyappp seratus buat Ara, nanti ayah beliin es krim"
"Hah?" Zeya menatap bingung pria itu, bukannya Ara hanya main main? Lalu apakah jawaban pria itu juga mengarang? Sial, ia sedikit berharap perkara namanya dibawa bawa.
"Apa?" Tanya Adit tak paham dengan raut Zeya.
"Isshhh, jawaban Ara bener? Tuan mikirin saya?"
"Mau banget saya pikirin"
Dengan gemas dan spontan Zeya menginjak kaki Adit dengan sneakers nya, pria itu sempat meringis, ah, ini tidak selembut apa yang dia bayangkan.
"Jangan ngeselin"
Ntah Kenapa jiwa canggung pada diri Zeya seolah memudar ketika ada Ara, namun jika tidak ada bocah itu pasti suasana keduanya akan sangat sangat hening, ah, tidak terbayang.
"Saya salah apa Ze?" Tanya Adit memelas, sungguh kakinya terasa sakit sekarang. Bukan main-main injakan dari Zeya itu.
"Ra liat deh, balon itu lucu yaa, beli yuk kesana" pergi, Zeya membawa Ara pergi menjauh tanpa menghiraukan ucapan Adit, rasa malas berbicaranya kembali hadir sekarang. Oh ayolah, kenapa mood nya mudah kali berubah.
Adit yang ditinggal menjauh pun bernafas gusar, sesalah apakah dirinya hingga di keluarga tirikan oleh kedua manusia itu? Batin mungilnya tersakiti.
"Harus sabar demi ayang" gumamnya lalu ia kembali mendorong trolinya mendekati kedua manusia yang ia cintai dan ia banggakan itu.
•🦋•
"Bunda mau pulang ya, Ra?" Pamit Zeya, memang sudah tiga hari ini ia menginap di kediaman Stevanus, membuat kembali canggung dengan pria bernama Adit itu.
"Masa pulang si bundaaaa, tinggal sini aja, ngga bakal diomelin sama ayah kok, ayah kan sayang bunda"
Huftt, sudah. Jika Adit sudah berbicara maka Ara manusia pertama yang akan percaya, memang dasar pria menyebalkan itu, pasti sudah bicara yang tidak tidak dengan Ara. Membuat bocah itu enggan melepas Zeya walau hanya sekedar pulang dan mengganti pakaiannya.
"Sebentar aja Ra, janji deh bunda pulang cuma ambil baju aja, abis itu nginep sini lagi"
Mendengar perkataan itu membuat Ara sedikit berfikir, ada benarnya juga jika ia mengizinkan, pasti bundanya tidak akan berani membodohi nya kan. Ia pun mengangguk. "Yaudah, tapi dianterin ayah yaa"
Belum lima detik Zeya tersenyum sumringah, raut wajahnya langsung kembali datar saat bocah didepannya mengucapkan nama 'adit.
"A-"
"AYAHHHH, ANTERIN BUNDA, ARA ADA LES SAMA BIBI-!!" Teriak Ara cepat memotong protes dari Zeya, tanpa berlama lama muncullah Adit dari arah tangga, ia sudah siap dengan kunci mobil di tangannya lalu tangannya terulur hendak menuntun Zeya dari arah sofa.
"Mari tuan putri"
Untuk menghibur Ara, Zeya mengambil uluran tangan Adit. Ia pun bangkit dan tersenyum lebar. "Iyaa, terimakasih, mabu"
"Mabu?" Tanya Adit dan Ara bersamaan, keduanya tak paham dengan ucapan Zeya barusan.
"My babu, ngahahaha"
•••
Pippppp dua part di malam ini, kayaknya hampir aku tamatin deh wgwgwg
Btw ayo vote nya dong🙏🏻🙏🏿🙏🏻🙏🏿
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD YOUNG MOTHER [ End✓ ]
Teen Fiction𝐊𝐀𝐌𝐔 𝐁𝐈𝐉𝐀𝐊 𝐃𝐄𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐓𝐈𝐃𝐀𝐊 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐓¡! Zeyana, Gadis berusia 18 tahun yang harus kehilangan masa remajanya demi merawat anak kecil yang dibuang oleh ibu tirinya, dan ayah kandungnya sendiri tidak tau soal itu. Ini berat bagi Ze...