Pintu terbuka menampilkan sosok Kalina dan seorang pria sedang melakukan hal tidak senonoh tepat di depan pintu, kedua orang itu sontak menatap pria yang masih mematung di ambang pintu.
Kalina panik, ia melepas penyatuannya dengan pria didepannya lalu mengambil pakaiannya yang berserakan. "M-mas–"
Tangan Adit terangkat, menandakan ia tak mau mendengarkan apapun ucapan yang keluar dari mulut wanita itu. Ia mendekat lalu meludah sembarangan. "Bitch" setelah mengucapkan itu, ia melangkah meninggalkan ruangan tersebut, membiarkan apa yang akan wanita itu lakukan kembali.
Pria itu terus berjalan dengan perasaan marah bercampur kecewa, sial. Wanita yang dulu ia idam-idamkan meski karena dijodohkan itu kini benar-benar membuatnya kecewa, tanpa memikirkan putrinya Adit mengendarai mobil meninggalkan pekarangan rumah. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, tak memperdulikan Ara yang tadi sempat memanggilnya bahkan tak memikirkan dirinya sendiri. Mobil sedan terus melaju, membelah jalanan sore Jakarta, pria itu tak tau arah tujunya yang terpenting ia tak melihat wajah wanita yang kini sangat ia benci.
Di dalam mobil Adit menggeram kesal. Ia mencoba menetralkan deru nafasnya, sungguh ia tak pernah mengira sosok Kalina berbuat seperti itu padanya, wanita itu. Arghh. Ia memberhentikan mobilnya di depan club, lebih tepatnya club malam miliknya. Ia turun dan masuk kedalam club yang mulai ramai itu, meski jam masih menunjukkan pukul 5 sore sepertinya pelanggan sudah mulai berdatangan. Dengan kondisi yang sudah tak karuan Adit duduk di sofa ruang VVIP, ia memencet bel panggilan pada pelayanan.
Tak lama pelayanan datang menyambut kehadiran Adit dan bertanya. "Selamat sore, tuan. Anda ingin saya sajikan menu apa?"
"Wine and bir dua botol"
Pelayan yang mendengar itu lumayan kaget, pasalnya seorang Adit sangat jarang mengonsumsi alkohol, namun mau berkomentar pun ia tak segan dan ia memilih mengangguki ucapan tuannya. "Baik tuan, kalau begitu akan saya siapkan, mari" ia pun melangkah meninggalkan ruang VVIP itu.
Tidak lama menunggu, pelayan tadi datang dengan dua minuman yang tau Adit pesan. Ia menaruh pesanan itu di meja depan Adit. "silahkan tuan, selamat menikmati"
"Hm"
Pelayan itu tetap tersenyum sopan meski dicueki seperti itu, ia kembali berucap. "Saya permisi tuan, sekali lagi selamat menikmati"
Sepeninggalan sang pelayan, Adit membuka salah satu botol di depannya, lalu ia menuangkan sedikit demi sedikit minuman itu. Hingga jam menunjukkan pukul 7 malam, dua botol tadi sudah habis bahkan tak segan ia kembali memesannya.
Kepalanya mulai berat, pandangannya kian mengabur, sungguh ini pertama kalinya ia minum hingga 4 botol sekaligus. Tanpa disadari ada seseorang masuk kedalam ruangan itu, dia Zeya. Gadis itu terkejut kala melihat Adit sudah acak-acakan dan botol minuman yang berserakan, baru tadi siang ia bertemu dengan Adit dengan kondisi rapi dan menyenangkan saat ini malah berbanding terbalik.
"Tuan Adit?" Ia mencoba memanggilnya.
Pria itu menoleh, menatap Zeya dalam. Tanpa sadar ia bangkit dan mendekati gadis itu, kaki jenjangnya melangkah hingga punggung kecil Zeya bertabrakan dengan dinding. "T–tuan?"
Adit kembali mendekat dan berbisik. "Maaf, Cilla. Aku salah memilih penggantimu"
Mendengar bisikan Adit yang seperti itu, Zeya kalang kabut. Ia bingung harus berbuat apa, ditambah pria didepannya mulai memainkan tangan kekarnya di wajahnya. Ia tau pengaruh alkohol yang Adit konsumsi sangat tinggi, terlihat dari mata pria itu yang memerah. Sial, ini hal yang sangat ia takuti.
Tangan kekar pria itu mencoba membuka kancing kemejanya, namun ditahan oleh Zeya. Gadis itu tak mau hal yang tidak diinginkan terjadi. Ia menggeleng. "Jangan" katanya lirih.
Namun Adit sama sekali tak menghiraukannya, ia justru malah membuka satu kancing kemeja yang Zeya kenakan. Gadis itu menolak keras, sialnya tenaga yang ia miliki sangat kalah dengan tenaga pria itu.
Hingga insiden panas nan panjang menyelimuti malam keduanya.
•🦋•
Zeya terisak, pagi harinya sungguh hancur saat mengingat kejadian tak senonoh yang semalam terjadi. Sungguh ia berani bersumpah ia tak menginginkan malam itu, namun dengan tak sopannya Adit mengambil sesuatu yang sudah ia jaga mati-matian selama 18 tahun ini. Ia takut, taku orang-orang kecewa padanya, terlebih orangtuanya.
"Maafin Zeya, Ayah, Bunda" ucapnya dalam hati, walaupun orangtuanya sudah bercerai ia yakini mereka berdua akan tetap kecewa jika tau anak semata wayangnya sudah tak perawan lagi.
Air matanya terus meluruh, ia tak tau mau berbuat apa. Bahkan pria yang melakukan 'itu dengannya masih terbaring di sampingnya. Ia bingung, pikirannya kosong. Sungguh, ini hal terburuk yang pernah ia alami seumur hidupnya.
"Zeya" suara serak menyapu pendengaran Zeya. Ia menoleh dimana Adit menatapnya sayu, tangannya langsung reflek mengusap matanya yang basah dan sembab.
Pria itu bangkit dan duduk di samping Zeya, tatapannya berubah memancarkan aura rasa bersalah. Ia tau ia salah, sungguh semalam ia dibawah kendali alkohol dan itu pertama kalinya.
"M–maaf saya–"
"Gapapa, semalem salah saya karna ngga nolak" potong Zeya sebelum Adit menyelesaikan ucapannya, tak lupa ia tersenyum walau hatinya sungguh sakit dalam pengucapannya.
Tanpa ba-bi-bu, Adit menarik Zeya kedalam pelukannya. Pria itu mendekapnya erat. "Maaf Zeya, maaf, saya sungguh–"
"Gapapa, tuan" gadis itu kembali memotong ucapan tuannya. Ia diam tak membalas pelukan Adit, ia tau tak seharusnya ia diam dan lebih baik melawan namun hatinya seakan menolak jika ia melawan.
Tangan kekar Adit bergerak mengusap perut rata gadis didekapannya. "Kalau ada dia disini, kamu bilang sama saya ya, saya janji bakal tanggung jawab" ucapnya lirih, sebab semalam ia 'bermain tanpa pengaman, takut-takut hal yang tak seharusnya terjadi itu tetap terjadi.
Zeya menggeleng kuat, ia meyakinkan dirinya bahwa sesuatu itu tak akan terjadi. "Engga tuan-!! Ngga akan terjadi-!!"
Pria itu terus mengusap rambut Zeya dengan satu tangannya. Terus membisikkan kata maaf, sungguh ia menyesali perbuatannya sendiri, ia menyesali kecerobohannya. Namun waktu tak bisa diulang kembali, semua yang terjadi sudah terjadi dan perbuatannya tak bisa dihindari. Ia menyesal, dan itu pasti. Tak hanya Zeya, ia juga takut semua orang kecewa padanya, apalagi Ayara, putrinya.
"Sekali lagi saya minta maaf, Zey–"
"Udah yang ke 97 kali tuan bilang maaf, dan saya tetep ngga bakal maafin, karna ngga sepenuhnya ini salah tuan"
"Saya mau mandi tuan, lepas" tanpa menunggu jawaban dari Adit, gadis itu melepas pelukannya lalu beranjak dari tempat tidur yang memang ada di ruang VVIP club, ia pun memungut pakaian dan berjalan menuju luar ruangan guna membersihkan dirinya.
Sepeninggalan Zeya, Adit menunduk dalam. Kembali menyesali perbuatannya. Namun nasi sudah menjadi bubur, waktu sudah berlalu dan semuanya tak bisa diulang. Apapun itu ia mencoba memahami permainan Tuhan, cukup berdoa dan kembali jalani semua.
•••
Mumpung mumpung lagi happy jadi aku tambahin partnya
So thanks for reading 😸
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD YOUNG MOTHER [ End✓ ]
Teen Fiction𝐊𝐀𝐌𝐔 𝐁𝐈𝐉𝐀𝐊 𝐃𝐄𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐓𝐈𝐃𝐀𝐊 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐓¡! Zeyana, Gadis berusia 18 tahun yang harus kehilangan masa remajanya demi merawat anak kecil yang dibuang oleh ibu tirinya, dan ayah kandungnya sendiri tidak tau soal itu. Ini berat bagi Ze...