Bonus+++

3.9K 299 6
                                    

Selamat Membaca. Ini ada adegan Devan-Hanabi sama kayak Bonus (4) Tapi agak beda. Alurnya tetep, gak mundur.

Sekian.

~°•°~

Hanabi menatap layar televisi di kamarnya dengan tatapan campur aduk. Ada greget, kesal dan ngeri tentu saja. Tubuhnya di dapat bergerak karena Devan mengikat kedua tangannya menggunakan kain dan mengikatnya lagi ke ranjang.

Bisa di bilang, Hanabi terjebak dengan kegilaan Devan kembali. Bagaimana mungkin Devan menyuruhmya untuk menonton film psikopat sedangkan Hanabi tidak dapat menonton film seperti itu.

Judul filmnya itu The Texas Chain Saw Massacre, tahun 1974 kalau tidak salah. Hanabi tidak peduli, dia hanya ingin ikatan tangannya terlepas dan pergi keluar kamar sekarang juga.

Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Devan yang sudah berpakaian lengkap. Pria itu tersenyum, dia berjalan mendekat ke arah istrinya. Bibir tipisnga langsung menyapa bibir Hanabi. Menciumnya lembut dan penuh perasaan.

Hanabi mencengkram kain yang mengikat tangannya. Tubuhnya menegang, bulir keringat muncul di kening dan lehernya. Wanita itu menatap Devan penuh permohonan.

"Tidak tidak. Ini sebagai hukuman untuk Hana karena sudah berani pergi tanpa izin apalagi perginya ketemu sama cowok lain." Devan mendudukkan tubuhnya, dia menatap kaos yang Hanabi kenakan.

Decakan kesal terdengar. Devan membuka laci mejanya, mengambil pisau lipatnya. Kaos putih Hanabi, dia robek menggunakan pisaunya. Hanabi meringis saat ujung pisau itu mengenai kuliy dada atasnya. Hanabi yakin, pasti akan ada luka.

"Hana, Hana. Aku punya mainan baru. Hana mau coba gak?" tanya Devan, dia menatap kulit Hanabi yang tadi terkena goresan ujung pisaunya. Memerah dan sedikit mengeluarkan darah.

Mendengar hal itu, Hanabi tentu saja menggeleng. Mainan yang Devan maksudkan itu tidak pernah benar. Selalu ada kekerasan.

"Kok gak mau? Biasanya juga mau, 'kan?" tanya Devan, wajahnya terlihat sedih. "Kalo Hana mau, nanti aku bolehin Hana beli seblak deh."

Hanabi menatapnya. Devan memang tidak pernah memperbolehkannya membeli seblak, katanya gak sehat. Daffin juga melarangnya. Alhasil Hanabi tidak pernah memakannya walaupun dia ingin.

"Beneran?" tanya Hanabi memastikan. Devan ini selalu membuktikan ucapannya.

"Iya beneran. Tapi Hana harus ikut main dan menang."

"Kalau kalah?"

"Seblaknya gak jadi."

"Kok gitu?!"

Devan terkekeh, dia mengusap perut datar Hanabi menggunakan pisaunya. Sesekali memggoresnya sampai membuat Hanabi meringis sakit.

"Kalo kalah, Hana boleh minta barang apapun." jawab Devan sambil tersenyum, dia menatap perur Hanabi yang penuh luka goresan baru.

"Apapun?"

"Iya apapun."

Oke ini menarik.

"Jangan berbohong."

"Tidak akan."

~°•°~

Penyesalan memang datang di akhir. Seharusnya Hanabi tidak perlu menyetujui permainan aneh Devan. Permainannya gila semua. Terakhir waktu itu petak umpet di rumah, dan sekarang dia berada di sebuah labirin.

Tangannya memegang sebuah kertas berisi hal-hal yang harus Hanabi cari. Kalau satu saja Hanabi tidak menemukannya, Hanabi di anggap kalah.

Contohnya nih, Hanabi harus menemukan barang favorite Devan. Hanabi tentu tau barang favorite suaminya. Pisau lipat yang ia beli di Jerman waktu itu. Tapi sayangnya, pisau itu sangat kecil. Devan biasa menggunakannya untuk mencongkel mata korbannya.

Married with Psychopath [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang