Keesokan harinya, Nathan kembali ke kampus untuk melaksanakan ospek hari kedua sebelum akhirnya ia benar-benar menjadi mahasiswa Neo University. Ia duduk di lapangan tepat di depan Sagara sambil mendengarkan arahan dari panitia yang tengah berbicara di depan sana.
"Panas, ya?"tanya Sagara pada Nathan.
"Sedikit, tapi Nana gakpapa."jawab Nathan sambil menoleh sekilas ke belakang.
Pagi ini semua mahasiswa baru tidak diperkenankan untuk memakai jas almamater, mereka hanya memakai kemeja putih dan bawahan berwarna hitam dengan name tag jurusan masing-masing.
Cuaca semakin terik, mereka sudah agak rusuh kelimpungan menahan panas, bahkan Sagara sudah merapatkan tubuhnya dengan Nathan untuk menghalau sinar matahari agar tidak terlalu menyorot pada si manis, tapi terap saja nihil karena matahari yang semakin naik. Sampai tiba-tiba sebuah jas almamater berwarna cream dengan badge khas ketua BEM FEB mendarat halus di atas kepala Nathan.
"Pake, sayang."ucap Jexar yang seketika membuat suasana menjadi hening.
"Eh, ngga us—"ucapan Nathan terpotong karena tiba-tiba Jexar melangkah menuju podium tempat panitia memberikan arahan. Jexar mengambil alih mic dari tangan salah satu anggota BEM.
"Semua agenda bakal di share di grup angkatan, acara akan dimulai 15 menit lagi dan silahkan membubarkan diri!"ucap Jexar dengan tegas, lalu turun dari podium menghampiri Nathan yang kini sudah berdiri bersama Sagara.
"Gue boleh pinjem Nana?"tanya Jexar pada Sagara.
"Gak boleh!"jawab Sagara dengan tegas.
"Gue cuma mau meluruskan semuanya, gue butuh bicara sama dia, berdua."
"Gak bisa, Nana gak diizinin ngomong sama lo!"
Jexar menatap Nathan dengan sendu yang membuat hati si manis itu terasa sakit. Katakanlah Nathan bodoh karena nyatanya ia tidak bisa membenci Jexar, perasaannya pada laki-laki itu tidak berkurang malah semakin bertambah besar dari hari ke hari, tapi Nathan juga tidak mau mengecewakan Papanya.
"Lo boleh pukul gue sepuas lo dan gue gak akan ngelawan tapi izinin gue ngomong sama Nana, just 10 minutes."
"Gue boleh mukulin lo sampe sekarat?"tanya Sagara yang membuat Nathan mendelik.
"Aga!"
"Apa, Nana? Dia nawarin diri dan ini kesempatan aku buat balikin rasa sakit kamu ke dia!"
Nathan menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Gak boleh! Nana gak suka Aga kayak gitu. Aga... Boleh ya, Nana ngobrol sama kak Jexar sebentar, Nana juga pengen tau alasannya apa? Nana capek sama pikiran Nana sendiri, Nana cuma butuh penjelasan. Nana mohon Aga, izinin Nana ya... Sebentar aja..."
"Oke, fine!"pasrah Sagara karena tidak tahan melihat wajah Nathan yang memelas.
"Nanti istirahat lo boleh ngomong sama Nana! Nih jas lo, gak usah sok jadi pahlawan!"ucap Sagara yang menyerahkan jas almamater tadi pada Jexar. Lalu, ia menarik tangan Nathan menjauh dari hadapan Jexar.
Jexar menghela nafas, setidaknya ia punya kesempatan untuk berbicara pada Nathan dan memperbaiki semuanya. Sebenarnya ia tidak mau merendahkan dirinya, tapi demi Nathan ia akan melakukan segalanya.
"Perlahan Nana, perlahan kamu bakal jadi milik aku lagi, kamu akan bahagia sama aku."batin Jexar.
****
Acara pertama sudah selesai, Jexar mengajak Nathan menuju ruang ketua yayasan yang memang sengaja di kosongkan karena sebelumnya Jexar sudah meminta ruangan itu dikosongkan hari ini. Siapa yang bisa menolak permintaan anak tunggal pemilik yayasan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Entire || Nomin 🔞
Teen FictionTentang Jexar si penguasa jalanan yang berkedok putra mahkota pewaris kerajaan bisnis pertambangan terbesar di Asia, Halim Corp. Jexar si pemimpin Warlock dan Jexar si putra mahkota. Apa yang ia inginkan harus ia dapatkan dan ia tidak menerima kekal...