31

32K 2.2K 231
                                    

Nathan menatap haru ke arah Herza dan Marco yang baru saja mengucap janji suci mereka di atas altar. Ia sangat bahagia untuk sahabatnya itu. Lalu, di sampingnya jelas ada Jexar yang hampir tidak pernah melepas tautan tangan mereka di sepanjang acara.

Semua orang di sana bersorak gembira untuk kedua mempelai. Acara pernikahan itu cukup private, hanya dihadiri oleh kerabat dan kolega bisnis saja karena memang atas permintaan Herza, yang tidak ingin banyak mengundang orang. Bukan malu karena hamil di luar nikah, hanya saja Herza tidak ingin terlalu lama berdiri menyalimi tamu yang datang, tidak baik juga untuk kehamilannya yang sudah masuk bulan keempat.

"Sekarang, saatnya kita masuk ke sesi pelemparan bunga ya, kira-kira siapa yang bakal nyusul nih? Silahkan kedua mempelai untuk melempar bunga dalam hitungan ketiga. Satu... Dua... Tiga..."

Herza dan Marco melempar bunga ke arah tamu undangan. Bunga dilempar cukup kuat dan mengarah ke posisi sebelah kanan.

Happp...

Suara tepuk tangan terdengar riuh dan suara MC yang heboh saat seseorang berhasil menangkap bunga itu.

"Sayang, kamu gakpapa?"tanya Jexar dengan tangan yang masih memegang bunga. Tadi, saat bunga itu dilempar dan mengarah tepat ke kepala Nathan, Jexar refleks menangkapnya agar tidak mengenai kepala si manis kesayangannya itu.

"Gakpapa, kak. Nana cuma kaget aja, it's okay."jawab Nathan dengan suara pelan.

"Cieee... Abis ini kak Nana nyusul kak Eja!"pekikan heboh dari Cheilo membuat Nathan tersadar seketika. Pipinya semakin memerah karena malu, apalagi saat melihat wajah jahil Herza di atas altar sana. Sepertinya, Herza dan Marco sengaja melakukan itu. Pikir Nathan.

Acara kembali dilanjutkan pada agenda selanjutnya sampai di bagian akhir, yaitu makan siang bersama. Nathan duduk salah satu meja bersama Jexar, Rainer, Cheilo, Levin, dan Jevas. Suasana meja itu cukup canggung karena Levin yang masih merasa malu pada Rainer yang kini berubah sangat dingin pada laki-laki bongsor itu.

"Kak Nana, kata Koko kak Nana jago fotografi ya? Boleh dong kak, kapan-kapan ajarin Chei?"tanya Cheilo menatap Nathan dengan mata berbinar.

"Boleh banget, nanti kalo senggang pasti kak Nana ajarin. Chei ada waktunya kapan, nanti tinggal hubungin kak Nana aja."jawab Nathan, lalu menerima suapan yang di sodorkan Jexar.

"Koko nanti anterin Chei beli lensa kameranya, ya? Chei mau lensa baru."rengek Cheilo pada Rainer.

"Iya, nanti kalo ulangan kimia kamu dapet 90, Koko beliin lensa sama kamera baru."sahut Rainer yang membuat Cheilo senang.

"Gampang! Ulangan kemarin Chei dapet 95, pasti minggu depan dapet lagi!"

Nathan ikut tersenyum melihat Cheilo dan Rainer. Dua kakak beradik berdarah China itu sangat akur. Ia berterima kasih kepada Rainer yang sudah mengenalnya pada Cheilo karena berkatnya, Nathan bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki adik dan kakak sekaligus, ia juga bersyukur karena selain Rainer dan Cheilo, Nathan juga bisa merasakan kasih sayang seorang kakak dari Sandy dan Hendery walaupun jarang sekali mereka bertemu karena terhalang oleh Jexar yang posesif, padahal si kembar itu murni hanya menganggap Nathan sebagai adik mereka.

"Minum, sayang."Jexar menyodorkan segelas air putih pada Nathan dan si manis itu langsung meminumnya hingga tandas.

"Capek, nggak? Atau ada yang sakit, hm?"tanya Jexar sambil mengelap bibir Nathan dari noda bekas makan dan minum tadi.

"Nggak, Nana baik-baik aja, kak."jawab Nathan sambil tersenyum.

"Kalo capek bilang ya, sayang. Biar langsung pulang dan kamu bisa istirahat."

Entire || Nomin 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang