11

38.3K 3K 150
                                    

Axel membawa Nathan ke rumah sakit. Sesampainya di sana ia langsung disambut oleh beberapa tim medis yang dengan cepat menangani Nathan.

"Axel? Benar Nana kambuh?"tanya Yuda yang berlari bersama Dimas.

"Iya, Om. Nanti aku jelasin, sekarang Om fokus tananin Nana dulu."

Yuda mengangguk dan masuk ke ruang UGD bersama Dimas.

"Dokter, detak jantungnya sangat lemah."ucap salah satu suster yang menangani Nathan.

Yuda dan Dimas langsung bergerak memberikan penanganan terbaik. Namun, alat pendeteksi detak jantung itu semakin menunjukkan grafik yang terus menurun.

"Suster, siapkan defribrilliator!"tegas Dimas yang langsung dilaksanan oleh seorang suster.

"Ini, dok!"

"100 joule, shot!"

Dimas menempelkan alat kejut jantung itu ke dada Nathan, namun detak jantungnya masih sama.

"150 joule, shot!"

Lagi-lagi detak jantung Nathan tidak kembali normal dan malah semakin menurun.

"200 joule, shot!"

Nihil. Hasilnya tetap sama. Hal itu membuat Yuda semakin panik hingga tanpa sadar ia sudah mengeluarkan air matanya dengan deras.

"Ini gak akan berhasil, Yud."

Tiiiiiiiiitttt...

Yuda yang mendengar itu langsung naik ke atas ranjang yang ditempati Nathan, ia menekan dada Nathan dengan kedua tangannya berulangkali sambil menangis.

"Nana bertahan, sayang. Jagoan Papa harus bertahan..."lirih Yuda sambil terus mencoba mengembalikan detak jantung Nathan.

"Winata... Tolong jangan bawa Nana, aku masih butuh dia... Hiks... Jangan sekarang, aku mohon bawa Nana kembali ke aku Win..."

"Yuda udah Yud, ikhlasin Nana."

"Nggak, Dim. Gue gak akan biarin Nana pergi."bantah Yuda yang masih terus menekan dada anaknya itu. "Nana ayo berjuang sedikit, jagoan. Papa disini... Papa masih butuh Nana... Hiks... NANA!!!"

Yuda menangis dan meraung keras di rumah sakit untuk yang ke dua kalinya. Benarkah ia sudah kehilangan orang yang ia sayangi lagi?

Tit... Tit... Tit...

"Detak jantungnya kembali, dok."

Yuda dan Dimas menghela nafas lega, namun mereka belum sepenuhnya bisa tenang karena mereka belum memeriksa ulang kondisi Nathan.

Dimas bergerak memeriksa Nathan secara keseluruhan. Detak jantungnya sangat lemah, nafasnya pendek, dan tingkat kesadarannya sangat rendah dengan kata lain... Nathaniel dinyatakan koma.

"Yuda, lo harus kuat. Nathan masih punya kemungkinan buat sadar, Yud."

Yuda menangis memeluk Nathan dengan erat. Ia tidak sanggup membayangkan jika suatu hari Nathan pergi dari hidupnya.

"Turun, Yud. Peluk gue, Nana harus dirapihin dulu buat nanti dipindahin ke ruang ICU."

Yuda pun turun dari ranjang Nathan dan langsung memeluk Dimas, menumpahkan tangisannya itu di pelukan sahabatnya.

"Nana akan baik-baik aja, dia cuma capek, sekarang kita kasih waktu buat dia istirahat. Lo harus yakin kalo Nana bakal bangun lagi, dia gak akan ninggalin lo, Yuda."

Yuda mengangguk lemah. Ia terus memeluk Dimas sampai suster dan dokter lain selesai mengurus Nathan yang siap dipindahkan ke ruang ICU.

"Loh? Om... Nana baik-baik aja, kan?"tanya Axel saat tim medis keluar sambil mendorong blankar Nathan menuju ruang ICU.

Entire || Nomin 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang