Nathan tengah fokus mendengarkan penjelasan dari dosennya. Ia duduk di sebelah Yafie dan Sagara karena ia beda kelas dengan Herza dan Rainer. Sebenarnya, Nathan tidak minat mengambil kuliah jurusan bisnis, namun ia harus mengelola bisnis cafe dan butik milik Baba nya yang awalnya diurus oleh Ibunya Axel untuk diwariskan kepada Nathan saat ia berusia 18 tahun. Maka dari itu, ia terpaksa mengubur cita-citanya menjadi seorang dokter seperti Ayahnya demi menjalankan amanah dari Baba nya. Nathan tidak kecewa, ia malah senang memenuhi permintaan Winata untuk pertama kalinya karena memang hanya itu permintaan dari sang Baba padanya.
"Baiklah, untuk pertemuan minggu ini tidak ada tugas tapi tetap pelajari materi untuk minggu depan di modul yang sudah kalian download dari ruang mahasiswa. Sebelum saya akhiri, ada yang ingin ditanyakan?"tanya dosen yang ada di depan kelas itu.
"Tidak, pak."jawab para mahasiswa di kelas A201 dengan kompak.
"Berarti sudah paham, ya? Kalau begitu materi saya tutup, sampai bertemu minggu depan, selamat siang."
"Siang, pak~"
Nathan membereskan alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas. Ia melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah 2 siang. Perutnya terasa lapar, ia akan makan di kantin sebelum pulang karena Yuda akan menjemputnya setengah jam lagi dan kelasnya sudah berakhir untuk hari ini, sementara Sagara masih ada satu kelas terakhir.
"Nana pulang dijemput Om Yuda, kan? Soalnya habis ini aku mau langsung ke kelas berikutnya."tanya Sagara.
"Iya, Papa nanti jemput jam 2, ini Nana mau makan dulu di kantin."jawab Nathan sambil menyampaikan tasnya di bahu kiri.
"Sama Yafie?"
"Iya sama gue, nanti bareng Rai, Eza, sama Tara juga, mereka nunggu di kantin."sahut Yafie.
"Ya udah, gue titip Nana ya, kalo ada apa-apa kabarin gue!"
"Siap!"
Lalu mereka bertiga keluar dari kelas dan berpisah di koridor, Sagara belok ke kiri menuju kelas selanjutnya, sementara Nathan dan Yafie mengambil arah lurus menuju kantin FEB.
"Sayang!"
Nathan menoleh ketika mendengar suara Jexar memanggilnya. Si manis itu tersenyum saat Jexar berlari ke arahnya.
"Nana mau makan?"tanya Jexar menarik pinggang ramping Nathan dan membubuhkan satu kecupan di puncak kepala si manis kesayangannya itu.
"Iya, Nana laper, masih ada waktu juga sebelum Papa jemput. Kakak udah makan?"sahut Nathan menatap Jexar dengan polos.
"Belum, makan bareng kamu, boleh?"
"Boleh dong, ayo kita makan!"
Nathan menggandeng tangan Yafie yang sedari tadi diam tidak berani bersuara, sementara Jexar mengikuti Nathan dari belakang bersama Levin yang memang satu kelas dengannya.
Mereka duduk di bangku pojok yang sudah dihuni oleh Rainer, Herza, Atara, dan Marco.
"Mau pesen apa? Biar sekalian gue pesenin!"tanya Levin yang inisiatif untuk memesankan makanan.
"Nana nitip mie ayam sama air mineral dingin ya, kak!"sahut Nathan dengan mata berbinar, ia benar-benar ngiler melihat mie ayam milik Herza.
"No! Gak boleh makan mie, yang lain aja, sayang!"sela Jexar yang membuat Nathan cemberut.
Jexar terkekeh pelan sambil mencubit gemas pipi gembil Nathan. Si manis itu sangat menggemaskan, ia harus sabar dan menahan diri agar tidak mencium bibir yang menjadi candunya itu.
"Tapi Nana pengen mie ayam,"rengek Nathan.
"Coba bilang Papa, boleh apa nggak?"
"Iiiihhh kakak! Pasti gak dibolehin, soalnya Nana udah makan mie kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Entire || Nomin 🔞
Teen FictionTentang Jexar si penguasa jalanan yang berkedok putra mahkota pewaris kerajaan bisnis pertambangan terbesar di Asia, Halim Corp. Jexar si pemimpin Warlock dan Jexar si putra mahkota. Apa yang ia inginkan harus ia dapatkan dan ia tidak menerima kekal...