Pagi ini, Nathan tengah berada di bandara bersama Yuda, Dimas, dan Jexar tentunya. Ia menatap sendu ke arah Papanya itu karena Yuda akan pergi ke Amerika untuk melakukan riset besar selama 3 bulan bersama para dokter dari negara lain bersama Dimas. Sebenarnya Yuda ingin mengajak Nathan tapi berhubung libur semester si manis itu tinggal 2 bulan lagi dan harus mengurus cafe, jadi Nathan tidak bisa ikut, terpaksa Yuda menitipkannya pada Tio dan Jeffrey karena Sagara juga pulang ke Kanada.
"Papa..."panggil Nathan dengan lirih.
Yuda tersenyum, ia merentangkan tangannya mengkode pada Nathan untuk memeluknya. Tanpa basa-basi, Nathan langsung memeluk Yuda dengan erat.
"Jangan sedih, Papa pasti pulang. Nana jangan nakal ya di sini, nurut sama Bubu sama Daddy Jeff. Papa juga pasti bakal selalu kabarin Nana, jangan khawatir."
"Papa juga jangan nakal, jangan telat makan, jangan begadang, Papa harus cepet pulang."
"Iya, Papa janji."
Nathan melepaskan pelukannya dan berganti memeluk Dimas. "Om, jagain Papa ya, kalo Papa nakal sentil aja tapi jangan keras-keras, nanti Papa kesakitan."
Dimas tertawa pelan mendengar ucapan polos dari Nathan. "Pasti. Nana jangan khawatir ya, Nana baik-baik di sini."
Nathan mengangguk dan melepaskan pelukannya, lalu ia berdiri di sebelah Jexar yang langsung merangkul pinggang rampingnya dengan posesif.
"Papa masuk dulu ya, inget pesan Papa."ucap Yuda yang diangguki oleh Nathan. "Jexar, tolong jaga Nana."
"Iya, Om. Saya pasti jagain Nana, Om gak usah khawatir, fokus aja sama kerjaannya."jawab Jexar seramah mungkin.
"Ya sudah, kami pamit, ya."Yuda mengecup kening dan kedua pipi Nathan sebelum akhirnya melakukan check-in bersama Dimas dan para dokter yang lain yang juga ikut serta dalam riset kali ini.
Setelah Yuda dan Dimas menghilang dari pandangan mereka. Jexar membawa Nathan ke dalam pelukannya karena ia melihat mata kekasih manisnya itu mulai berkaca-kaca.
"Sayang, it's okay. Jangan sedih, ada aku, Papa kamu kan ke sana buat kerja."
"Tapi ini terlalu mendadak, kak."
Jexar hanya bisa mengelus punggung Nathan dengan lembut untuk menenangkannya. Namun, dalam hati ia tersenyum penuh kemenangan.
Yap, kepergian Yuda adalah ulah Jexar. Saat ia mengetahui adanya riset besar-besaran di lembaga kesehatan yang ada di Amerika, ia langsung menghubungi ayah Marco dan menanyakan apakah nama Yuda tercantum dalam daftar peserta atau tidak, dan ternyata jawabannya adalah tidak. Maka dari itu, Jexar meminta ayah Marco untuk memasukkan nama Yuda ke dalam daftar peserta yang dengan mudahnya disetujui oleh ayah Marco karena Jexar adalah keponakan kesayangannya.
"Seenggaknya, selama 3 bulan kedepan gue bisa bebas sama Nana."batin Jexar bersorak.
"Kak!"
Panggilan dari Nathan membuat Jexar tersadar dari euforianya.
"Ya, sayang?"sahut Jexar dengan nada lembut.
"Kenapa ngelamun?"
"Gakpapa. Kesayangan aku mau apa, hm?"
"Ayo pulang! Kakak harus ke kantor, Nana juga mau ke rumah Eja buat bantu-bantu di sana, 2 hari lagi Eja nikah, lho."
"Kamu sama aku aja, hari ini cuma ada 2 meeting, nanti kita ke sana kalo meeting aku udah selesai."
"Nana nggak mau, Nana udah janji sama Eja sama Rai, lagian di sana juga ada Bubu."
Jexar hanya diam sambil menatap Nathan lekat-lekat. Ia tidak rela berjauhan dengan Nathan, apalagi pasti di sana ramai, banyak orang, bagaimana jika ada yang berani mendekati Nathan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Entire || Nomin 🔞
Teen FictionTentang Jexar si penguasa jalanan yang berkedok putra mahkota pewaris kerajaan bisnis pertambangan terbesar di Asia, Halim Corp. Jexar si pemimpin Warlock dan Jexar si putra mahkota. Apa yang ia inginkan harus ia dapatkan dan ia tidak menerima kekal...