14 | hell

942 126 12
                                    

Ada dua orang yang paling dimusuhi dan masuk kedalam daftar hitam buku milik BK.

Yang pertama ada Lucas Aditya Purnomo, anak kelas sepuluh. Kerjaannya bolak-balik ruang BK. Kalo kata temen-temennya, ruang BK udah ibarat rumah kedua cowok itu. Tapi nyatanya dia gak sendirian ke ruang BK. Makanya Lucas bilang dia bersyukur karena selalu ada yang nemenin.

Yang kedua ada Anastasya Jisoo Putri, anak kelas sebelas. Selain jadi musuh abadi guru BK, Jisoo juga punya musuh—ralat bukan punya, tapi ada yang emang jadiin Jisoo sebagai musuh. Kakak kelas. Jisoo gak tau apa salahnya dan gak pernah berniat buat mencari tau, selagi mereka cuma ngomongin Jisoo dibelakang dan gak ngajak perang di tengah siswa-siswi lain, Jisoo bakal biasa-biasa aja. Dia juga gak berniat buat menjadikan mereka musuhnya, karena ya selagi bisa memperbanyak teman, kenapa malah milih memperbanyak musuh kan.

"Telat lagi, Kak?" Tanya Lucas, dia baru saja ingin menginjakkan kaki memasuki ruang BK. Namun urung saat melihat Jisoo berjalan kearahnya.

Jisoo mengangguk sekilas, "Lo mau bolos? Ngapain pake ijin?" Jisoo balik bertanya.

"Sejak kapan bolos perlu ijin? Gue baru manjat dinding belakang tadi, eh keburu ketauan Pak Dodi. Terus dicepuin ke Bu Mayang. Sial banget."

Jisoo tertawa geli, menendang betis Lucas membuat cowok itu langsung mengaduh. "Lagian lo-nya, harusnya kalo mau bolos ngajak-ngajak gue. Biar gak kena sial."

"Iya juga, lo kan jimat keberuntungan ya, Kak." Balas Lucas kemudian keduanya tertawa.

"ITU YANG DILUAR MALAH KETAWA-KETAWA, MASUK SEKARANG!"

Teriakan Bu Mayang dari dalam menginterupsi keduanya untuk berhenti tertawa.

"Suaranya makin cempreng, mirip toa rusak."

"JISOO, KAMU KIRA SAYA GAK DENGAR?"

Jisoo mengatupkan bibir.

"Kan udah gue bilang, Kak, pendengarannya Bu Mayang tajem banget. Kayak pisau baru diasah."

Kemudian keduanya masuk kedalam, takut Bu Mayang makin ngomel dan menambah volume teriakan sampai yang ada di lantai paling atas sekolah bisa mendengar.

Begitu masuk, ternyata bukan cuma Lucas dan Jisoo murid yang berada disana. Ada satu orang lagi. Kalau dilihat dari cara berpakaian dan cara bicaranya, ini sudah jelas murid baik-baik dan pintar anak kesayangan para guru. Poin plusnya, sudah jelas, ganteng. Bikin para siswi menaruh perhatian padanya.

"Kalau begitu, saya permisi, Bu."

Bu Tari mengangguk, "Iya, terimakasih loh, Taeyong."

Cowok yang dipanggil Taeyong itu mengangguk sopan, berlalu dari sana setelah berpamitan pada Bu Mayang.

"Harusnya kamu contoh Taeyong, Jisoo. Dia udah pinter, gak banyak ulah, ganteng lagi." Bu Mayang mulai membuka suara. "Saya udah capek ngurusin kalian berdua. Bu Tari aja sampai bilang bosan ketemu kalian setiap hari disini. Kalian gak capek?"

Jisoo melirik Lucas, begitu pula dengan cowok itu. Melalui gerakan mata, keduanya seolah memberi kode siapa yang akan menjawab pertanyaan tak bermutu yang dilontarkan Bu Mayang kali ini.

"Kalo boleh jujur, saya capek sih, Bu. Tapi 'kan Ibu sendiri yang minta kami kemari setiap hari. Dan kami juga gak mungkin buat nolak, itu kesannya gak sopan." Lucas berbicara penuh sopan santun, suaranya pelan penuh dengan kelembutan.

Jisoo mengangguk, setuju. Diam-diam menunjukkan jempolnya pada Lucas yang dibalas senyuman bangga cowok itu.

Bu Mayang menghela napas lelah. "Ya udah lah. Terserah kalian saja, saya udah capek. Lucas, kamu temui Pak Dodi di lapangan, minta hukuman sama beliau. Jisoo, kamu ke ruang OSIS. Saya dengar, kemarin kamu buat masalah sama salah satu anggotanya. Benar?"

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang