15 | treat you better

1K 120 11
                                    

"Ji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ji..."

Taeyong tak menyerah, walaupun sedari tadi berdiri di depan kamar Jisoo sembari mengetuk pintu berwarna putih itu tanpa ada jawaban dari dalam. Bukan tanpa alasan, Taeyong khawatir setelah mendengar cerita Dara—ibunda Jisoo yang mengatakan bahwa anak gadisnya mengurung diri di kamar sejak semalam.

"Lo gak takut nangis sendirian di kamar? Buka pintunya, biar gue temenin."

Taeyong bersuara lagi, disusul suara keras dari dalam sana yang Taeyong yakini akibat kelakukan Jisoo. Gadis itu pasti melempar barang ke arah pintu.

"Kiara, buka pintunya. Setelah itu, lo bisa cerita semuanya ke gue. Jangan simpen masalah lo sendiri." Suaranya melembut, Taeyong bahkan rela meruntuhkan egonya hanya untuk Jisoo.

Masih tidak ada jawaban. Taeyong mengerti Jisoo membutuhkan waktu untuk memutuskan akan membiarkannya masuk atau tidak. Mungkin jika kali ini jawabannya masih sama seperti tadi, Taeyong akan menyerah. Ia akan memberikan Jisoo waktu lebih banyak untuk sendiri dan mengistirahatkan pikiran.

Sampai beberapa menit kemudian suara decitan pintu yang terdengar berhasil membuat Taeyong menoleh, wajahnya tak menampilkan ekspresi apapun setelah melihat Jisoo yang hanya menunduk berusaha bersembunyi dibalik pintu.

Hanya sekali melihat pun, orang akan tau gadis itu sudah menghabiskan banyak waktu untuk menangis. Wajahnya sembab, matanya bengkak, rambutnya berantakan walaupun Taeyong yakin Jisoo sudah berusaha membenahi penampilannya sebelum membuka pintu.

Menghela napas, Taeyong berjalan mendekat sembari memasang senyuman tipis. Tangannya bergerak mengusap puncak kepala Jisoo pelan.

"Air matanya udah habis? Gak bisa nangis lagi?" Taeyong terkekeh, bergerak menghindar saat Jisoo hendak memukulnya. "Siapa sih yang berani bikin cewek kayak lo nangis sampe bengkak gini, hm?"

"Dika... Gue... Putus..."

Taeyong dibuat terdiam mendengarnya. Walaupun tubuhnya merespon cepat saat Jisoo menghamburkan tubuh padanya. Ia mengelus kepala Jisoo, berusaha menenangkan karena kembali mendengar suara tangis gadis itu.

Selama beberapa menit, Taeyong membiarkan Jisoo menjadikan dadanya sebagai tempat penampungan air mata. Gadis itu memeluk Taeyong erat, menyembunyikan wajah pada dada Taeyong. Bahkan Taeyong bisa merasakan bajunya sudah basah. Namun bukannya marah atau menyuruh Jisoo untuk menjauh, Taeyong justru mengelus kepala Jisoo dan sesekali memberikan kecupan, tangannya yang lain mengelus punggung Jisoo. Menenangkan gadis itu.

Setelah merasa lebih tenang, Taeyong mengajak Jisoo untuk duduk di lantai dekat ranjang dengan punggung bersandar pada tepi ranjang, melihat langit malam melalui jendela yang memang tak tertutupi gorden.

Jisoo menekuk lutut, air matanya masih saja menetes membuat Taeyong geram sendiri melihatnya.

"Cowok lo itu, bahkan sekarang lagi seneng-seneng sama cewek lain tanpa mikirin keadaan dan perasaan lo gimana. Kenapa lo masih aja nangisin dia?"

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang