Happy reading
Tandai kalau ada typo
🦋🦋🦋
Setelah pulang sekolah Alira mengajak Qila membeli telur gulung Mang Jojo yang biasa mangkal di samping rumah Pak RT. Alira mengajak Qila membeli dengan berjalan kaki, tidak menggunakan motor. Hitung-hitung olahraga sore.Alira juga harus berhemat bensin karena Bundanya itu sedang pelit. Jasmin tak mau memberi lebih uang jajannya, jadi ia harus menghemat. Namun jika tentang telur gulung Mang Jojo ia tak mengenal kata hemat. Karena telur gulung Mang Jojo itu adalah penyemangat hidupnya yang amat pahit, karena yang manis itu cuma senyum Sargas.
"Dek, kamu di kasih uang saku berapa sama Bunda?" tanya Alira.
"Aku di kasih uang sama Bunda yang warna biru itu." ucapnya pamer karena ia tahu Kakaknya ini sedang dalam mode kere.
"Ish, enak banget kamu. Kakak kok cuma di kasih yang warna ijo. Wah, Bunda bener-bener," Alira menggerutu kesal.
"Gak bisa di biarin, nih! Padahal kan kebutuhan orang dewasa lebih banyak. Masa Bunda malah kasih uang banyak ke bocil." ucapnya dongkol.
"Kakak harus bersyukur di kasih uang segitu. Alhamdulillah, masih ada yang kasih daripada enggak sama sekali." tutur Qila.
"Ya gak bisa gitu dong! Masa Kakak cuma dikasih dua puluh ribu, sedangkan kamu lima puluh ribu, gak adil banget."
Qila menatap Kakak nya dengan pandangan kasihan,"Kakak sih, bandel. Uang jajan jadi di potong terus sama Bunda. Makanya jangan banyak tingkah! Biar uang jajan ngalir terus." nasehat si bocil Qila.
"Kakak enggak banyak tingkah, tuh," ujar Alira.
"Bohong banget. Kemarin aja Kakak nyenggol tv, untung aja gak jadi jatuh. Coba kalau beneran jatuh Kakak auto di coret dari KK." ujar Qila.
"Asal kamu tau Dek, Kakak itu amat berharga di dalam keluarga kita. Jadi enggak mungkin banget kalau Bunda coret nama Kakak dari KK." ucapnya sombong.
"Apaan, orang kemarin Bunda bilang kalau Kakak itu cuma beban," gumam Qila pelan.
Alira yang mendengarnya mendengus kesal. Dengan tangan kiri yang senantiasa menggandeng tangan sang Adek, ia terus melanjutkan jalannya sampai tempat biasa Mang Jojo mangkal.
"Oyy, Gas..." Alira menyapa Bagas yang sedang mencuci motornya di depan rumah. Bagas ini adalah Adek kelas Alira. Alira sudah berteman akrab sedari kecil. Meskipun umur Alira lebih tua, namun Bagas selalu menganggap Alira itu Adeknya.
Bagas yang merasa di panggil langsung memberhentikan aktifitasnya sejenak. Dilihatnya Alira yang menggandeng sang Adek serta memakai sandal swalo beda sebelah. Sepertinya Alira salah mengambil karena yang satu warna biru dan yang satunya lagi warna merah. Sepertinya sandalnya tertukar dengan milik sang Bunda.
"Mau kemana Al?" tanya Bagas.
"Mau beli telur gulung. Nitip enggak?" tawar Alira.
"Enggak dulu deh, lain kali aja." tolaknya.
"Oh, yaudah," kemudian Alira melanjutkan jalannya. Biasanya ia juga membeli telur gulung bersama Bagas. Kadang juga ia yang meminta Bagas untuk membelikannya saat ia benar-benar tak diberi uang jajan oleh Bundanya.
Sepanjang jalan Alira bersenandung ria, sesekali juga bersiul. Ia menggoyangkan tangannya ke depan dan ke belakang sampai-sampai tangan Qila yang ia genggam ikut bergoyang. Dan Qila hanya bisa pasrah dengan tangannya yang bergerak tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIGAS [END]
Teen FictionCowok cuek itu berubah bucin setelah kehidupan barunya dicampuri seorang gadis cantik dengan semua tingkah random nya. > Alira Adhisty Binara > Sargas Angkara Brawijaya ⚠️ . Kalau lihat cerita ini langsung tambah ke perpus ya! . ceritanya seru . Kon...