Happy reading
🦋🦋🦋
Guntur memberhentikan mobilnya tepat di samping Alira tergeletak di aspal dengan kepala masih di dekap oleh Bagas. Guntur segera keluar dari mobilnya untuk membantu Alira.
"Kenapa Alira bisa sampai seperti ini?" tanya Guntur pada Bagas.
"Alira ketabrak mobil, om. Tolong bantu bawa Alira ke rumah sakit, om." ucap Bagas memohon kepada Guntur. Ia sudah tak asing lagi pada Guntur, ia beberapa kali sering melihat Guntur lari pagi di sekitar rumah.
"Ayo bantu saya masukkan Alira ke dalam mobil," tubuh lemas Alira di angkat Guntur dengan bantuan Bagas. Setelah Alira sudah masuk ke dalam mobil dan berbaring dengan aman, Guntur kembali keluar dari mobil. Ia menghampiri Qila yang masih tetap berdiri mematung sembari memeluk Miko.
"Qila, ayo ikut om ke rumah sakit, kita obati luka kamu ke dokter, ya." ucap Guntur lembut.
Tak ada respon dari Qila, dia masih dalam keadaan syok. Guntur langsung menggendong Qila begitu saja dan membawanya masuk ke mobil. Guntur mendudukkan Qila di depan.
"Buruan om! Darah Alira makin banyak," ucap Bagas panik.
"Iya Gas, sabar. Saya belum nyalain mobil," setelah memasang seatbelt pada Qila, Guntur menyalakan mobilnya dan berbalik arah untuk menuju rumah sakit.
Karena Qila penasaran dengan keadaan Kakak nya ia akhirnya sedikit mengintip kebelakang. Alira masih pingsan dengan kepala berada di pangkuan Bagas. Karena tak sanggup melihat kondisi Kakaknya, Qila memutuskan kembali menatap jalanan di depan. Rasa sakit di lututnya seketika hilang tergantikan dengan rasa khawatir yang amat dalam pada Kakaknya.
"Alira, lo jangan bikin gue panik," Bagas menyingkirkan rambut Alira yang menutupi wajahnya.
"Kenapa bisa ketabrak mobil, Gas? Emangnya kalian main kejar-kejaran di jalan?" tanya Guntur.
"Enggak om. Aku sama Alira tadi lagi nyari Qila, tapi Alira malah enggak sengaja ketabrak mobil. Dan orang yang nabrak malah kabur." jelas Bagas.
"Kamu inget enggak yang nabrak Alira mobil warna apa?"
"Aduh, om enggak usah banyak tanya dulu! Mending om cepetan bawa mobilnya. Mobil mahal kok jalannya lambat."
"Iya, bawel banget kamu." Guntur kembali fokus dalam meyetir. Di dalam mobilnya sedang ada nyawa yang harus segera di tolong. Jadi, sebisa mungkin ia melajukan mobilnya dengan cepat.
Tak lama, Guntur sampai di rumah sakit terdekat dari rumah mereka. Guntur melepaskan seatbeltnya dan juga milik Qila. Ia keluar untuk memanggil petugas agar bisa membantunya membawa Alira masuk ke ruang IGD.
"Bagas, kamu telpon salah satu orang tua Alira. Pasti mereka belum tahu keadaan anak-anaknya," suruhnya pada Bagas.
"Iya om, ini saya baru aja mau telpon tante Jasmin,"
"Yasudah, kamu tunggu Alira di sini, Saya mau menemani Qila. Dia juga butuh di obati." Guntur menatap teduh Qila yang ada di gendongannya.
"Iya om," Bagas mengangguk sopan.
Kemudian Guntur pergi menemani Qila untuk segera di obati. Luka di lutut Qila juga harus segera di tangani. Jika tidak, nanti bisa infeksi.
Bagas duduk di kursi tunggu, ia menyenderkan kepalanya di tembok rumah sakit. Ia lebih dulu menormalkan keterkejutannya sebelum menelpon Jasmin. Ia juga harus tenang untuk menelpon Jasmine. Jika dengan keadaan panik, kemungkinan Jasmin juga akan sangat panik dan terkejut.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALIGAS [END]
Ficção AdolescenteCowok cuek itu berubah bucin setelah kehidupan barunya dicampuri seorang gadis cantik dengan semua tingkah random nya. > Alira Adhisty Binara > Sargas Angkara Brawijaya ⚠️ . Kalau lihat cerita ini langsung tambah ke perpus ya! . ceritanya seru . Kon...