37

29.7K 1.8K 23
                                    


Happy reading

Koreksi kalau ada typo!



🦋🦋🦋



Sargas masih setia mengelus perut Alira dari luar baju, ia juga tak kuat jika terlalu lama memegang perut Alira secara langsung. Dirinya membolos pelajaran untuk menemani Alira yang sedang sakit perut. Ia tak tega meninggalkan Alira sendirian di uks.

Sargas sebenarnya juga belum puas memarahi Alira. Ia ingin memarahi Alira lebih lama lagi agar Alira jera, tapi ia harus menghilangkan rasa marah itu. Ia tak tega melihat Alira yang ketakutan dan terus menangis. Hatinya teriris saat melihat buliran air mata Alira berjatuhan.

Dalam dekapan Sargas, Alira masih sesenggukan kecil tak seperti tadi yang menangis kencang.

Alira mendongak untuk melihat Sargas yang juga tengah menatapnya begitu lekat, dan itu membuat jantungnya tidak aman.

Alira sempat terdiam saat melihat wajah rupawan Sargas. Di lihat dari sisi bawah Sargas sangat tampan sekali. Rahang yang tegas serta jakun yang naik turun membuatnya gagal fokus.

Sargas menahan tawanya saat Alira terus menatap lekat wajahnya, ekspresi Alira terlihat sangat lucu sekali.

"Hey, jangan ngelamun!" Sargas mengusap wajah Alira menggunakan telapak tangannya yang besar.

"Eh, eng-enggak ngelamun kok!" Alira gelagapan sendiri.

"Buktinya kamu ngelihat aku terus. Kenapa hm? Mau pegang?" Sargas mengarahkan tangan mungil Alira dan menaruhnya di rahang tegasnya.

Alira tentu saja terkejut dengan tindakan Sargas. Ia ingin menarik tangannya tapi hatinya berkata untuk tidak melepaskannya. Dan entah dorongan darimana ia berani mengelus rahang Sargas.

"Ganteng banget," ucap Alira tanpa sadar.

"Makasih cantik," Sargas mengedipkan matanya jahil.

"Ih! Apaan, sih!" Alira memalingkan wajahnya saat tersadar dengan ucapannya yang memuji Sargas. Saat ini ia sangat malu.

Rasanya Sargas ingin sekali mengarungi Alira. Ia sangat gemas dengan tigkah Alira yang sedang malu-malu.

"Lucu banget kalau lagi malu," Sargas menaruh kepala Alira untuk kembali bersandar di dada bidangnya.

"Kak Agas enggak ke kelas?" Alira bertanya dengan pipinya yang terlihat sedikit memerah.

"Aku jagain kamu sayang," Sargas menaruh dagunya di puncuk kepala Alira dan menggesekannya pelan.

"Nanti Kak Agas ketinggalan pelajaran loh, aku di sini sendiri enggak papa kok. Perut aku juga udah enakan."

"Yakin aku tinggalin? Emang berani sendirian di sini? Hm?" Sargas tersenyum samar.

Alira menyenggir lebar dan tak lama ia tertawa pelan. "Hehe... enggak berani,"

"Lagian kalau aku ketinggalan pelajaran juga enggak apa-apa, kan aku pinter."

"Dih, sombong." Alira mencubit pinggang Sargas.

"Arghh... sakit sayang!!" Sargas langsung merubah mimik wajahnya seperti menahan sakit agar Alira percaya. Padahal baginya cubitan Alira tak ada apa-apanya.

"Eh, sakit ya, Kak? Maaf..." Alira mengelus pinggang Sargas yang barusan ia cubit.

Sargas tersenyum senang saat melihat Alira panik. "Enggak di maafin!" jawab Sargas ketus.

ALIGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang