48

26.3K 1.5K 22
                                    

Happy reading

🦋🦋🦋

Tanpa sepengetahuan siapapun Sargas pergi menemui Zidan setelah tadi mengantar Alira pulang. Sargas harus memberi peringatan pada Zidan untuk tidak bertindak lebih jauh lagi pada Alira. Sargas tak mau Zidan menjadi ancaman bagi Alira.

Sargas tak mau Zidan mendekati Alira lebih jauh. Zidan cukup berbahaya untuk Alira. Sargas sempat berfikir Zidan akan melukai Alira hanya untuk menyalurkan rasa dendamnya yang ada semenjak mereka masih satu sekolah.

Sargas memberhentikan motornya di sebuah tongkrongan yang biasa Zidan tempati bersama teman-temannya.

Dulu tempat ini juga sering Sargas datangi bersama Zidan saat mereka berdua membolos dari sekolah. Dan sudah lumayan lama Sargas tak ke sini lagi.

Setelah melepas helm nya Sargas masuk ke dalam, terlihat ada beberapa pemuda di sana yang sedang asik berbincang sambil minum kopi dan merokok.

"Sargas, lama enggak kesini," sapa Candra, dia juga salah satu teman Sargas di SMA lama.

"Hmm, mana Zidan?" tanyanya dingin.

"Ada, lagi di kamar mandi." jawab Candra.

"Kalau udah selesai suruh temuin gue di luar."

"Lo enggak mau masuk?" tawar Candra. Ia tidak pernah membenci Sargas. Ia juga tak berpihak kepada Zidan maupun Sargas. Yang ia tahu retaknya hubungan mereka hanya karena sebuah kesalahpahaman.

"Gue tunggu di depan aja." ucapnya dingin.

"Oke, nanti gue bilang ke Zidan."

Sargas mengangguk pelan lalu ia keluar dan menunggu Zidan di kursi depan tempat tongkrongan ini. Sargas mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat ini, tak ada satupun yang berubah dari terakhir kali ia datang ke sini.

Candra hanya menatap Sargas sesaat kemudian ia masuk dan mendapatkan Zidan sudah kembali dari toilet.

"Dan, lo di tunggu Sargas di depan." ucap Candra.

Zidan tak terkejut karena ia sudah yakin saat kejadian beberapa jam lalu pasti Sargas akan menghampirinya. Zidan mengacak rambutnya pelan sebelum akhirnya ia menghampiri Sargas di luar.

Bugh

Baru sampai tepat di depan Sargas, Zidan sudah mendapatkan sebuah pukulan keras di rahangnya. Zidan hanya diam tanpa membalas pukulan Sargas.

"Jangan ganggu Alira! dia punya gue!" ucap Sargas penuh penekanan.

"Ck, gue cuma bercanda." sinis Zidan. Ia memang hanya ingin membuat Sargas kesal karena milikinya di ganggu.

"Bercanda lo bikin dia luka." Sargas mantap Zidan tajam.

"Dianya aja yang ceroboh, jalan enggak lihat-lihat makanya jatuh." Zidan sempat melihat Alira jatuh saat ia hendak mengejarnya.

Bugh

Sargas kembali memukul Zidan membuat sudut bibir Zidan robek mengelus darah segar.

"Sekali lagi lo ganggu punya gue, lo abis di tangan gue."

"Hmm." Zidan hanya berdeham pelan.

"Gue udah pernah bilang, sesuatu yang lo inginkan enggak semua lo bisa miliki. Lo harus terima apa adanya. Kalau lo mau sesuatu itu, lo harus lakuin cara bersih jangan kotor. Menaruh dendam terlalu lama enggak bikin lo bahagia."

Zidan hanya diam ia meresapi setiap kata yang keluar dari bibir Sargas.

"Gue pulang." Sargas menepuk bahu Zidan sekali. Mau bagaimanapun juga dulu mereka berdua pernah susah senang bersama.

ALIGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang