35

33.2K 1.7K 24
                                    


Hi! Kita bertemu lagi
Apa kabar semua?
Semoga sehat selalu


Happy reading


🦋🦋🦋



Mungkin kekesalan Alira tak hanya kemarin saja, tapi juga berlanjut pada pagi ini, tepatnya di parkiran sekolah.

Alira dan Sargas baru saja datang. Padahal, mereka berdua juga baru saja melepas helm, tapi kenapa harus datang si Luna kampret?

"Pagi Kak Sargas," Luna mengedipkan matanya genit, rasanya Alira ingin sekali mencongkel mata Luna.

"Besok-besok gue kalau pergi sama Kak Agas, gue bawa celurit aja kalik, ya? Biar kalau ada yang deketin Kak Agas langsung gue bacok." bisik Alira pada Bara karena Bara juga masih ada di parkiran.

"Bawa koper sekalian. Habis lo bacok, lo mutilasi. Terus masukin ke koper, habis itu buang ke jurang."  saran Bara.

"Bangsat! Lo jadi orang kok sesat banget," Alan menyikut perut Bara pelan.

"Eh, btw, jangan langsung buang. Lo ambil aja dulu organ dalamnya, kan untung tuh kalau di jual. Nah, nanti hasilnya bagi dua, ya enggak?" Alan menaik turunkan alisnya meminta pendapat.

"Monyet! Saran lo juga lebih sesat, njir," Bara memukul leher belakang Alan

Di samping Alira, Sargas berdiri tegap dengan tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana.

"Minggir! Gue mau lewat." Sargas menatap tajam Luna yang berdiri tepat di depannya.

"Bentar dulu Kak, aku ke sini mau kasih ini," ternyata Luna memberikan Sargas nasi goreng yang ia taruh di kotak bekal.

"Gak usah! Gue udah sarapan." jawab Sargas ketus.

"Tapi, Kak... aku udah capek-capek bikin, masa Kak Sargas gak mau nerima?" ucap Luna sendu.

"Yakin bikin sendiri? Palingan juga beli di pinggir jalan," celetuk Bara.

"Kak Bara apaan sih, bisa diem enggak?! Gue lagi ngomong sama Kak Sargas. Kak Bara gak usah ikut-ikut." Luna menatap tajam Bara.

"Dihh, anjir, sok banget lo." ucap Bara nyolot.

"Please, Kak, sekali ini aja ambil pemberian aku." Luna terus memaksa Sargas.

"Gak!"

"Tapi, Kak..."

"Kalau enggak mau ya nggak mau. Lo kenapa maksa banget?" sinis Alira. Ia ingin sekali menendang ginjal Luna tapi ia masih berusaha untuk bersabar.

"Apa sih, gue enggak ngomong sama lo. Ganggu banget." sinis Luna pada Alira.

"Wahh, emang ngajak ribut nih, orang. Jelas-jelas lo yang datang terus deketin Kak Agas. Disini itu yang ganggu jelas lo!" geram Alira.

"lihat sendiri kan, Kak, Alira orangnya suka marah-marah, kok Kak Sargas mau sih sama dia? Mendingan aku ke mana-mana. Aku tuh udan cantik, baik, ramah dan pastinya enggak pecicilan." ucap Luna membanggakan dirinya sendiri.

"Mulutnya belum pernah di sodok parang ya, Mba?" sinis Alira. Ia geram sekali dengan perempuan yang berdiri tepat di depan kekasihnya.

"Minggir! "Sargas menatap tajam Luna.

"Enggak!" Luna menggelengkan kepalanya.

"Lo budek hah?! Gue bilang minggir ya minggir!" bentak Sargas keras. Ia lama-lama kesal dengan Luna yang mengganggunya.

ALIGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang