2. Menuju Jalan Kebenaran

28.1K 3.3K 57
                                    

selamat membaca
___________________________

"FREYAAA!"

Freya tersenyum geli saat Ansell tergesa-gesa turun dari kereta kudanya. Lelaki itu berlari menghampiri Freya dengan nafas tersengal.

"Kau sudah menunggu lama ya? Maafkan aku karena tadi ayahku tiba-tiba memberiku tugas dan harus selesai hari ini" jelasnya dengan wajah murung.

"Tidak apa-apa, Sell. Mau istirahat dulu?"

"Tidak usah, kita langsung ke festival saja. Aku sudah tak sabar!!" ucapnya dengan mata berbinar.

Freya menggigit bibirnya. Kenapa mahkluk di depannya ini sangat menggemaskan? Adakah mahkluk selucu Ansell?

"Wajahmu memerah, Frey. Apa kau sakit?"

"Ini karena kau!"

"Aku?" bingung Ansell dengan kepala dimiringkan.

"Kau selalu bertingkah imut, jantungku jadi tidak aman"

Ansell mengerjap. Tak lama dia tersenyum cerah hingga matanya membentuk bulan sabit.

"Kalau begitu, aku akan selalu bertingkah seperti itu supaya Freya berdebar karenaku"

Uh gak kuat!

🍵🍵🍵

Suasana di festival lampion sangatlah ramai. Anak-anak yang berlarian hingga banyaknya  penjual aksesoris dan makanan. Dan dengan tak tau dirinya Freya memborong semua aneka makanan yang selama ini cuma dia bayangkan ketika membaca novel ataupun komik.

'Ansell gak akan jatuh miskin kan cuma karena beliin gue jajan?"

Merasa sudah lelah karena berkeliling sana-sini, Freya mengajak Ansell istirahat disebuah bangku yang disediakan.

"Manakah zang ingin kau makan?" tawar Freya menunjuk jajanan yang tergeletak di sampingnya. Ansell mengamati satu per satu, lalu menggeleng.

"Kau saja"

"Kau tahu, Ansell? Aku bukan tipe orang yang akan menawarkan dua kali"

Ansell terkekeh. "Iya, kau makan saja semuanya.. Jika kurang, bilang saja padaku"

Freya hanya mengangguk. Dia memakan jajanannya sambil menatap sekitar. Fokusnya terhenti ke beberapa orang yang berkumpul sambil membawa lampion yang belum dihidupkan. Hm sepertinya inti dari festival ini akan dimulai.

Kumpulan itu semakin lama semakin banyak. Selang beberapa saat, mereka bersama-sama menyalakan lampionnya.

"TIGA, DUA, SATU. LEPASKAN!"

"Sell, lihatlah ke atas!"

Ansell mendongakkan kepalanya. Dari samping, Freya bisa melihat pantulan lampion dimata Ansell. Sehingga netra abu itu terlihat menyala.

Langit yang berwarna hitam kini bercahaya karena banyaknya lampion yang diterbangkan.

"Indahnya" gumam Ansell dengan mata menatap gadis di sampingnya. Sayangnya, saat itu tatapan Freya sudah beralih menatap langit malam.

"Kalau begitu ayo kita juga mencobanya" Tanpa menunggu jawaban Ansell, Freya menggandeng lengannya menuju penjual lampion.

"Paman, lampionnya satu ya"

Emperor's SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang