Hampir saja Alvin meloloskan piyama tidur milik sang istri jika saja ponselnya tidak berdering nyaring. Mereka berpandangan dengan raut yang berbeda. Alvin wajah lesu sementara Melati dengan senyuman menenangkannya.
"Hpnya bunyi, siapa tau penting Mas. Angkat dulu ya," kata Melati.
Alvin mengecup kening Melati setelah mengangguk dan bangun dari posisinya untuk meraih ponsel dari atas meja.
Dahi Melati mengernyit melihat Alvin terdiam dengan tatapan pada ponsel yang terus berdering. Perlahan wanita cantik itu bangun ikut bangun dan memperbaiki piyamanya. Mendekat pada Alvin dan sedikit mengintip pada ponsel sang suami.
Gea.
"Kenapa nggak langsung diangkat aja Mas?" tanya Melati.
Ia hanya bertanya tidak menganjurkan pada Alvin.
Alvin menggeleng dan menyerahkan ponselnya pada Melati."Kenapa?"
"Yang nelpon adalah wanita yang pernah menjadi teman di masa laluku, sekarang aku udah punya kamu untuk masa depan jadi nggak bijak rasanya kalau aku harus respon lagi panggilan dari belakang," kata Alvin.
Melati meraih ponsel Alvin sebelum ibu jari Alvin akan menggeser layar untuk menolak panggilan tersebut.
"Boleh aku yang angkat nggak? Biar nanti Mbak Gea nggak nelpon lagi," pinta Melati.
Anggukan kepala dari Alvin membuat Melati tersenyum. Ia mendekatkan ponsel pada telinga kanannya dan sebelah tangannya digenggam oleh Alvin dengan sesekali dikecup oleh sang suami.
"Alvin, maaf ya aku ganggu pasti kamu lagi kerja ya? Aku bisa minta waktu kamu nggak hari ini? Nggak sopan rasanya kalau bilang makasih lewat telepon kayak gini...,"
Melati melirik Alvin yang hanya diam dengan kegiatan berulang yang ia lakukan pada jemari lentik Melati. Berulang kali Alvin mengecup dan mengelus jemari itu.
"Maaf ya Mbak. Suami saya sedang tidak ada waktu luang hari ini. Untuk yang tadi malam sepertinya suami saya ikhlas menolong sebagai sesama manusia. Jadi, Mbak nggak usah merasa berhutang karena Mas Alvin kasian pada putri. Ya sudah saya tutup telponnya ya. Saya harap Mbak Gea mengerti akan kesibukan Mas Alvin sebagai suami dan ayah bagi saya dan anak saya jadi tolong untuk tidak lancang menelpon seperti ini ke nomor hp suami saya," kata Melati.
Setelah ponsel mati, Melati mendapat pelukan dadakan dari Alvin.
"Jangan ada yang lain lagi ya Mas. Aku nggak mau anak kita punya ibu tiri," kata Melati dengan lirih.
Alvin mengangguk. Ubun-ubun Melati ia kecup dengan sayang dan penuh kelembutan.
"Nggak Sayang. Cuma ada kamu dan hanya kamu," kata Alvin.
"Hari ini aku bawa hp kamu aja ya. Kita tukeran kalau nanti ada yang telpon aku kasih nomor hp kamu aja," kata Alvin.
Melati menangkup wajah Alvin dan menggeleng pelan.
"Nggak usah Mas. Aku percaya kok dan aku yakin Mas Alvin pasti bisa jaga kepercayaanku itu."
Melati mengecup pipi kanan Alvin.
"Ya udah aku mau mandi dulu."
Usai mandi Melati menghampiri walk in closet dan tersenyum melihat pakaian yang disediakan Alvin. Warna pakaian yang dipilih Alvin senada dengan warna kemeja sang suami yang akan dipakai pria itu untuk ke kantor hari ini.
"So sweetnya Mas Alvin. Nggak nyangka bakal dipilih baju sama suami."
Dengan senyum penuh bahagia Melati memakai pakaian yang disiapkan Alvin. Ini adalah pertama kalinya Alvin menyiapkan pakaian untuk Melati.
Setelah Melati, giliran Alvin yang ganti baju karena juga sudah selesai mandi. Mandinya Alvin tidak selama mandinya Melati.
"Sayang...," panggil Alvin saat Melati tengah memasang dasi bercorak garis-garis bercorak pada Alvin.
Tangan Alvin tentu saja sudah bertengker pada pinggang sang istri.
Melati mengalungkan tangannya pada leher Alvin sebagai jawaban. Wajah tanpa suaminya tampak berseri pagi ini."Badan kamu makin berisi ya. Ini juga pipinya udah makin gembul," kata Alvin.
Melati menghela kasar lalu mengerucutkan bibir tanda kurang suka pada ucapan Alvin.
"Tambah jelek ya? Jangan bilang kalau Mas Alvin udah nggak suka kalau aku makin berisi badannya dan sebentar lagi akan melar. Mas mau lirik perempuan lain di luar sana? Ih jahat banget sih Mas. Mau enaknya aja," cerocos Melati dengan wajah yang ia palingkan dari Alvin.
Alvin sampai memejamkan mata mendengar gerutuan sang istri. Ia elus pipi Melati sambil mengarahkan wajah cantik itu agar tepat menatap padanya.
"Muach, kok langsung bisa ngumpulin begitu sih? Aku nggak maksud kayak gitu lho," kata Alvin lembut.
"Ya itu tadi Mas bilang aku gembul dan berisi. Tau deh aku maksudkan Mas mau ngomong kalau aku udah nggak cantik lagi. Iya kan?"
Melati mengusap kasar bibirnya yang tadi disambar tiba-tiba oleh sang suami.
Alvin menggeleng dan berganti mengecup kening Melati dengan sayang. Degupan jantung mereka berdua sama cepatnya."Apa deh kamu ngomong yang aneh-aneh. Kamu berisi karena lagi hamil dan aku rasa makin seksi dan enak dipeluk terus bagian tertentu dari benda favorit aku juga makin padat juga besar. Udah pokoknya aku makin suka," kata Alvin.
Melati tersenyum tipis dan hampir tidak terlihat karena sengaja ia tahan.
"Lagian yang buat kamu hamil kan aku, masak aku jadi nggak suka lihat tubuh kamu sih. Makin gemas sama si kembar apalagi kalau nggak pakai pengaman," lanjut Alvin.
Melati menepuk pelan dada Alvin mendengarnya. Wajahnya merona tanda malu dan Alvin yang tahu itu semakin menggoda ini sang istri disertai kecupan bertubi pada seluruh bagian dari wajah Melati meski ujung-ujungnya berakhir di bibir pink alami sang istri.
"Ke dapur yuk Mas. Adek udah laper banget ini," kata Melati menghalau rasa malunya.
"Adeknya nggak mau dijenguk sama ayah dulu? Ayah kangen loh,"
Siapa sih yang tidak mengerti maksud Alvin. Sudah bisa dipastikan jika pembaca langsung traveling otaknya. Hayo ngaku aja. Haha
"Mas ... Ihhh mesum banget sih," kesal Melati.
Alvin terkekeh dan mengusap dahi cantik Melati yang mengerut karena wajahnya cemberut. Ia kecup tangan sang istri penuh cinta.
"Ya udah maaf Sayang. Yuk kita makan dulu. Bunda harus banyak makan yang bergizi biar Adeknya sehat dan bundanya kuat untuk nanti malam ayah ajak begadang."
Lagi... Alvin memang sudah menahan nafsu saat bersama Melati. Ketagihan yang tiada berdosa. Apalagi beberapa malam ini Alvin memang libur menjenguk calon anak mereka karena Melati yang sering tidur di awal waktu.
"Nggak mau!"
"Yakin?"
Melati mengangguk mantap.
"Awas nanti kalau Bunda godain ayah ya. Nggak akan ada ampunan untuk istriku tercinta," kata Alvin.
Sebelum keluar dari kamar, Alvin malah semakin mendekatkan tubuh sang istri dan memeluknya erat. Bahu terbuka Melati ia kecup dengan lembut.
"Enggh Mas, Hilya pasti udah nunggu di bawah."
Part selanjutnya ada di Karyakarsa ya. Yang penasaran silahkan berkunjung ke sana.
Link ada di Bio Umi Mentari.
❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Anak satu
RomanceBanyak uwuanya. Ringan konflik dan seru bingitz. Jangan lupa follow cerita dan akun Umi Mentari!!!