Eps.63

1.8K 279 9
                                    

Beri vote and komenya yaa bestie(*'∀'*)

Menghela nafas panjang "Apapun itu, memang akulah yang memulainya. Dan jawaban dari semua ini adalah aku juga yang harus mengakhirinya." Bisiknya bersamaan dengan hembusan angin kencang yang menerbangkan beberapa helai surai hitam legamnya yang indah.

Kini ia mendongak menatap lagit biru dari ujung tebing. "Alterio Eleftherios.....bukan, Lord Vladimir Alterio Eleftherios. Tunangan......mate.......dan orang yang ku cintai...... sepertinya kita akan saling membunuh sebagai musuh. Apa kau tau? Sungguh berat bagiku melawan pria yang ku cintai dan mencintai ku. Akan tetapi, aku pun tak cukup bodoh membiarkan Sang Kegelapan berbuat onar dengan tubuh mu. Seperti yang dulu pernah ku katakan......Aku......memilih menjadi Deutragonis." Batinya menatap lekat langit itu.

"Nona Nava." Panggil Eos yang menyusulnya.

Ela menunduk sejenak dan kini ia menatap dingin tepat ke mata heterochromia pria yang memanggilnya.

"Sang Kegelapan telah berhasil mengambil alih tubuh Lord Vladimir. Kau tau bukan apa yang harus dilakukan?" Ujar Eos dengan wajah tenang.

Mengagguk "Ya, aku tau."

Mendengar jawaban Ela, pria itu tersenyum tulus. Eos mendekatinya dan memeluknya hangat. "Lakukan yang terbaik Nava, ingatlah harga yang harus kau bayar."

Ela tak menjawab maupun membalas pelukan hangat itu, ia hanya diam mendengarkan. Lalu, Eos melepaskan pelukan mereka dan mencium kening gadis itu lama. "Semoga keselamatan selalu menyertai mu." do'a yang tulus Eos ucapkan untuk sang gadis tersayang?

Ela tak menjawab apapun dan mengangguk. Ia mulai berjalan menjauhi Eos yang terlihat berdiri di tempat yang sebelumnya ia pijak. Lalu, suara pria itu kembali terdengar.

"Setelah keluar dari barrier sihir ini, kau akan langsung berhadapan dengan para monster yang mengganas. Apapun yang terjadi, target utama mu adalah melenyapkan Lord Vladimir.....sumber dari segala kekacauan yang terjadi. Jika kau bisa meleyapkanya, maka para monster akan ikut lenyap." Ujar Eos masih menatap pemandangan hamparan hutan dari seberang jurang curam itu.

Meski mereka berdua saling memunggungi, Ela tau jika kalimat Eos memiliki dua arti di dalamnya. Ia meminta agar Ela segera melenyapkan Alterio dan ia juga memberikan peringatan kepadanya untuk berhati-hati.

"Terimakasih, atas kekhawatiranya." Setelah mengatakan hal tersebut Ela langsung pergi meninggalkan tempat yang telah dikelilingi barrier sihir itu.

"Ya, semoga berhasil. Jangan mengecewakan kami, Nona Nava." Gumang Eos pelan.

.
.
.
.
.

Ketinggian.....tempat yang cocok untuk pemantauan. Di balik awan kelabu yang pekat itu, terlihat seorang pria bersurai baby blue dengan rambutnya yang mulai menghitam secara perlahan. Ia menatap congkak pemandangan di bawah sana. Ia cukup geram melihat para manusia yang lemah itu sebagian besar berhasil membunuh para monster miliknya.

Sejujurnya ia ingin langsung membumi hanguskan tempat itu beserta para manusia di dalamnya. Namun, tak menyenangkan bukan jika mereka mati dengan mudah? Oleh karenanya ia membiarkan para manusia tersebut melakukan apa yang mereka bisa.

Seusai pemantauan itu, ia mengabaikan semua yang ia lihat dan kini wajah tampan pria itu kian menggelap. Bagaimana tidak, sejak tadi ia sengaja mengawasi para mahluk menjijikan itu untuk menemukan reinkarnasi Sheza, namun meski telah menggunakan mata dan sihirnya, jejak Azela yang Ivander bilang sebagai reinkarnasi Sheza tak dapat ia temukan bagai lenyap di telah bumi.

Tak berselang lama kemudian, dari arah Tenggara ia bisa merasakan mana familiar yang sejak tadi ia cari. Ya, mana itu.......Ia masih sangat mengingatnya dengan jelas. Mana unik berelemen Petir yang hanya bisa dimiliki oleh manusia istimewa. Dan yang jelas manusia istimewa itu adalah musuh yang sangat ingin ia bunuh. Tidak, lebih tepatnya mahluk yang ingin ia lenyapkan hingga jiwanya tak akan pernah lagi bisa bereinkarnasi kembali.

The Secret Tactics of FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang