dua puluh empat

613 65 0
                                    

Semenjak kejadian kemarin di mana Jeno dan Minhyung ketahuan berkencan, mereka sudah bersikap lebih hati-hati lagi. Kemungkinan mereka tidak akan melibatkan siapapun untuk bertemu. Hingga saat ini, mereka belum bertemu juga sejak kejadian tersebut.

Seo Winwin melarangnya keras untuk berpacaran hanya karena Minhyung harus fokus dengan ujian masuk universitas yang akan datang. Minhyung tidak bisa mencari pembelaan karena memang benar Minhyung harus benar-benar fokus belajar demi masuk universitas tiga besar paling terkenal di Seoul.

Sedangkan Jeno mengikuti satu mata kuliah lagi di hari Senin tapi yang Ia dapati hanya lah rasa bosan. Sehingga terkadang Ia tidak terlalu memperhatikan perkuliahan itu dan mengandalkan catatan rapih milik Renjun untuk Ia belajar nanti. Jeno tak urung memikirkan Minhyung pacar imutnya itu tidak bisa Ia temui dengan leluasa.

Perkuliahan telah dimulai, sesekali Jeno mendengar penjelasan dari dosen tersebut sambil membaca buku kuliahnya dan juga mencoret-coret bukunya dengan pulpen. Ia melihat dengan seksama pulpen tersebut. Pulpen yang sama yang akan Ia berikan pada pacarnya itu namun belum juga kesampaian.

"Galau mulu lu anjir. Gue break sama Renjun biasa ae" Bisik Jaemin di telinga Jeno. Jeno meliriknya sekilas dan kembali lagi fokus pada perkuliahannya. Semenjak kata 'break' terlontar dari bibir manis Renjun, Jaemin akhirnya menurutinya karena Ia pun sudah lelah dengan hubungan mereka yang terkadang diselingi ribut-ribut. Jaemin pasrah saja dengan keadaan, Ia menyerah dan ingin berdamai juga ingin fokus pada studinya.

Akan tetapi, tanpa diketahui sikap menyerahnya Jaemin membuat Renjun kelimpungan sendiri karena Ia kira Jaemin akan membujuknya kembali pada saat itu. Hubungan mereka benar-benar kandas di tahun terakhir mereka sebagai mahasiswa.

Hubungan mereka hanya berlangsung setahun dari sejak tingkat 3, semester 5. Saat beredarnya Renjun yang putus dengan Jaemin. Para lelaki di kampus seketika mendekati Renjun yang sudah lama ditunggu mereka untuk berpisah dengan Jaemin.

Meskipun begitu, Renjun tidak terlalu berpengaruh dengan mereka yang mendekatinya. Ia masih ingin bersama Jaemin dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Ajakan-ajakan berkencan selalu ditolak oleh Renjun dengan dalih lelah karena habis bimbingan atau lelah karena kurang tidur.

Di sisi lain, Jeno masih ingin bertahan dengan hubungannya bersama Minhyung yang belum genap sebulan itu. Ia bahkan belum mendengar kabar dari pacarnya itu sejak kemarin. Sepertinya penggunaan ponsel dibatasi sehingga Minhyung belum membalas juga pesannya yang menanyai kabarnya di sana.

Di masa-masa tingkat akhir penderitaan sebagai mahasiswa, Jeno sungguh tersiksa dengan keadaan yang menghambatnya bertemu dengan Minhyung atau sekadar berkomunikasi. Hal itu mempengaruhi studinya juga termasuk penulisan tugas akhir yang sedang digarapnya itu.

Jeno menghela nafas lega saat perkuliahannya telah berakhir. Ia dengan terburu merapihkan alat tulisnya ke dalam tas ranselnya begitu pun dengan Jaemin yang mengikuti. Mereka berjalan keluar dengan cepat saat melewati pintu keluar kelas.

Saat mereka keluar dari kelas, mereka sempat melewati deret bangku yang ditempati oleh Renjun dan Haechan. Renjun melirik ke arah Jaemin dan Jeno yang cuek saja berjalan dengan cepat melewatinya seolah Ia tidak ada di sana. Ia menunduk sedih. Haechan merangkul bahu sempit Renjun dan berkata "udah lah, njun. Dah terjadi kan. Kita fokus sama tugas akhir aja."

Mata Renjun berkaca-kaca hendak menangis namun Ia mencegahnya dengan menarik nafas yang dalam diikuti oleh Haechan yang ikut menarik nafas juga. Ia sebagai teman yang baik, Ia hanya bisa bersikap netral. Namun karena Renjun sendiri saat ini, Haechan dengan suka rela selalu menemani Renjun sejak putusnya hubungan dengan Jaemin.

Berbeda dengan Jeno yang memihak Jaemin yang telah lama berteman di masa pertama memasuki kampus. Meskipun Haechan telah lama mengenal Jeno, Ia tidak sedekat itu seperti Jaemin. Mereka bersama-sama dan dekat satu sama lain sejak mereka duduk di tingkat 3 atau semester 5. Sebelum mereka dekat, Jeno dan Jaemin hanya dekat dengan Yangyang. Semua berubah saat Yangyang memiliki pacar dan hubungan mereka merenggang.

Hampir siang di hari itu, sayup-sayup suara terdengar di sepanjang koridor, beberapa mahasiswa menyapa Jeno dan Jaemin terutama dari kalangan adik tingkat. Jeno yang tidak menampakkan ekspresi apapun sambil melihat ponselnya, masih menunggu balasan chat dari kekasihnya itu. Jaemin sesekali tersenyum menampakkan giginya yang Putih bersih bak kelinci. Beberapa mahasiswa terpesona dengan keduanya.

Ketika mereka akhirnya keluar dari fakultas, Jeno mengeluarkan kunci mobilnya dan berjalan ke parkiran. Begitu pun dengan Jaemin yang sama-sama mengendarai mobil sendiri, Ia mengeluarkan kunci mobilnya juga. Mereka berjalan beriringan menuju pelataran parkir mobil.

Setelah mencapai pelataran parkir, mereka duduk sebentar di dekat pohon rindang, mengobrol sedikit mengenai perkuliahan dan tugas akhir sambil merokok demi melepas stress sebagai mahasiswa tingkat akhir.

"Keburu gak ya kira-kira? " Tanya Jaemin sambil menghembuskan asap rokoknya.

Jeno melirik sekilas, "keburu kali. Gak keburu masih ada tahun depan" Kekeh Jeno.

"Anjing lu aja Jen." Umpat Jaemin.

"Gue pengen buru-buru mengakhiri penderitaan ini cepet lulus bisa gak sih gak pake TA hah? " Keluh Jaemin kesal.

"Buru-buru lu nya santuy, njing" Balas Jeno lalu tertawa.

/bruk/

Suara seseorang terjatuh terdengar di sekitar pelataran parkir. Jeno dan Jaemin saling melirik satu sama lain dan hendak membantu pemuda yang jatuh tadi. "AIGOO RENJUN GWAENCHANNA? " Tanya seseorang menghampiri. Jeno menahan tawanya saat melihat kejadian tersebut. Namun Jaemin tidak menampakkan ekspresi apa pun.

Renjun terlihat dibantu oleh seorang pemuda yang cukup dikenal oleh mereka, Junhui namanya. Seorang asisten dosen sementara di saat dosen senior yang biasa mengajar di Salah satu Mata kuliah jurusan mereka, digantikan oleh Junhui untuk sementara saat dosen senior tersebut sedang sibuk menyelesaikan urusan di luar negeri.

Renjun dipapah oleh Junhui menuju mobilnya. Hal itu tidak luput dari pandangan Jaemin yang belum menampakkan ekspresi apa-apa. Jeno melirik sedikit melalui ekor matanya menilik ekspresi Jaemin yang tidak bisa dibaca olehnya. Setelahnya, mobil yang dikendarai Renjun telah pergi dari pandangannya.

"Jadi, lo nyerah, Jaem? " Tanya Jeno

"Hmm" Gumam Jaemin.

Ia lalu mematikan rokoknya dengan menginjaknya dan memungutnya untuk dilempar ke tempat sampah. "Sampah kalau udah dibuang jangan dipungut lagi" Ucap Jaemin dengan dingin lalu Ia pergi menuju mobilnya yang Ia parkir dekat mobil milik Jeno.

Jeno tersenyum saja melihat sobatnya itu sambil menggeleng pelan "hah dua-duanya gengsi gitu, susah balikan" Ucap Jeno lalu membuang puntung rokoknya yang telah Ia matikan tadi ke tempat sampah.

Mobil Jaemin telah pergi meninggalkan pelataran parkir. Sisa dirinya dan beberapa mahasiswa yang sepertinya baru saja sampai di kampus. Jeno memencet tombol remot kuncinya dan masuk ke dalam mobil.

Seseorang mengetuk kaca mobilnya dengan brutal saat Jeno hendak bersiap keluar dari sana. Ia mengernyitkan dahinya kesal dan membuka kaca jendela mobilnya.

"Apa sih Haechan? " Tanya Jeno galak.

"Jen hape gue ilang njir" Ucap Haechan terlihat panik dan gelisah.

"Beli lagi lah anjir" Balas Jeno malas.

"Bukan gitu ya anjir. Itu soft file gue banyak di sana" Ungkap Haechan sedikit merengek frustasi.

"Anjir lah. Dari mana tadi? Lo ke mana aja? " Tanya Jeno lalu keluar dari mobilnya.

Jeno dan Haechan berjalan dengan cepat keluar dari pelataran parkir mobil demi mencari ponsel Haechan yang hilang tadi.


...


Hai hai gimana kabarnya?

Hope you're all fine, ya.

Masih nunggu fic ini kah?

Maaf kalau buat kalian nunggu wkwk

Maaf jg klo alurnya bosenin 😅

Thanks yg udh vote and comment.

Love you all 💕

Kakak Mahasiswa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang