tiga puluh

863 69 11
                                    

Sebenarnya yang membuat Minhyung menangis adalah selain perasaan bersalah melingkupi dirinya karena membuat Papanya khawatir, namun juga Ia merasa kecewa pada Jeno yang menyerah akan hubungan keduanya secara tiba-tiba.

Ia termenung sambil mengingat perkataan kakaknya mengenai Ia yang terlalu muda untuk mengenal 'cinta' dan 'berpacaran'. Bahkan menyumpahinya agar segera putus.

"Liat aja ntar juga putus" Ucap Winwin pada saat itu

Kata-kata itu terngiang-ngiang bak kaset kusut yang diputar berulang-ulang. Minhyung kembali menangis mengingatnya juga kejadian dengan Jeno tadi yang memintanya untuk 'break'.

Minhyung berusaha menyingkirkan Jeno dari pikirannya. Ia mengusap air matanya dengan mengusaknya kencang. "Bener kata Win Ge gue masih terlalu muda dan jalan gue masih panjang" Ucap Minhyung bertekad untuk tidak mengingat hubungan singkatnya dengan Jeno tersebut. Namun Jeno masih ada di benaknya dan Minhyung masih memiliki rasa terhadap pria yang lebih dewasa darinya itu.

"BRENGSEK EMANG GUE LAGI SAYANG-SAYANGNYA MALAH DITINGGAL" Ucap Minhyung kesal lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut mencoba untuk terlelap dalam tidur.

Lanjut paginya, Keluarga Seo tengah sarapan pagi seolah kejadian pada malam itu tidak terjadi. "Minhyung selesai" Ujarnya lalu berdiri dari duduknya. "Win Ge anter" Sahut Winwin saat melihat adik nya yang terlihat akan bersiap untuk berangkat sekolah.

"No. Aku mau berangkat bareng Lucas" Ucap Minhyung mencegah Winwin untuk melangkah dari ruang makan tadi.

/ting nong/

"Udah ada tuh ya"
Ujar Minhyung sambil melihat layar ponselnya.

"Gotta go. Bye" Ucap Minhyung pamit berangkat sekolah.

Papa Seo yang tadinya sedang fokus pada tablet nya memeriksa pekerjaannya sontak menghentikan kegiatannya dan melirik pada anak sulungnya itu dan juga anak bungsunya yang telah menyampirkan tasnya dengan wajah yang terlihat lesu.

"Let him be. Nanti juga reda lagi marahnya" Ucap Papa Seo pada Winwin yang terlihat khawatir.

Karena hujan semalam, hari itu menjadi sejuk meskipun awan terlihat mendung, Jeno melanjutkan kayuhan sepedanya dengan cepat. Jeno berusaha mengenyahkan pikirannya akan Minhyung yang sejak semalam membuat dirinya resah. Ia berkeliling Seoul tanpa arah mencoba untuk menyegarkan pikirannya dan butuh inspirasi untuk menulis tugas akhirnya tahun ini.

Setelah beberapa kilometer Jeno bersepeda dan menyelesaikan acara bersepedanya, Ia mendapati email masuk di ponselnya.

"MWOYA? " Serunya



Berbeda dengan Minhyung, Ia berusaha untuk fokus memahami suatu konsep Mata pelajaran Kimia yang sebelumnya Ia pelajari. Ia memegang keningnya merasa pening melihat deretan tabel dan juga rumus-rumus yang mesti dihafalnya di luar kepala.

Ia memegang ponselnya yang telah dikembalikan kakaknya saat Ia tengah tertidur. Ia menemukan ponselnya telah berada di atas nakas samping lampu tidurnya. Meskipun begitu, Minhyung masih belum ingin berdamai dengan kakaknya, Winwin. Ia bahkan berangkat sekolah dengan Lucas dan tidak ingin diantar oleh kakaknya itu. 'Biar tau rasa' pikir Minhyung.

Minhyung menaruh kembali ponselnya begitu bel bunyi istirahat terdengar di seluruh penjuru kelas. Songsaenim yang mengajar segera menyudahi pembelajaran dan memberi tugas tambahan untuk dikumpulkan minggu depannya. Setelahnya seluruh siswa mengucapkan 'kamsahamnida' dengan serentak begitu pun minhyung.

Sehabis guru keluar dari kelas, beberapa siswa menghambur keluar kelas untuk pergi ke kantin. Namun tidak untuk Minhyung. Ia masih ingin di kelasnya berdiam diri. Minhyung melepas kacamata bulatnya lalu menyandarkan kepalanya di atas lengannya yang dijadikan bantalan untuk bersandar.

Kakak Mahasiswa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang