12 | A Trip to Chongqing

1.2K 177 37
                                    

Hari sudah larut malam, Xiao Zhan masih belum masuk ke kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari sudah larut malam, Xiao Zhan masih belum masuk ke kamarnya. Ia sekarang berada di pekarangan panti, duduk di bangku taman bersama ibu asuhnya.

“Zhan,” panggil ibu asuhnya.

Xiao Zhan menjawab dengan dehaman, tidak ingin menatap wajah ibu asuhnya, ia terlanjur marah sekarang. Pasalnya, ibu asuhnya tidak memberitahukan apa pun kepadanya tentang masalah yang menimpa panti.

“Ibu hanya tidak ingin menyusahkanmu, anakku. Kamu sudah berjuang dengan sangat keras selama ini, simpanlah uang itu untuk masa depan,” ibu asuhnya mengusap lembut rambut Xiao Zhan yang halus, dia tersenyum saat Xiao Zhan masih enggan untuk melihat ke arahnya, “Anakku sudah dewasa sekarang, kelak kamu akan membutuhkan uang itu untuk menikah,” tutur ibu asuhnya lagi.

Perasaan marah menyelimuti diri Xiao Zhan. Ia tidak mengerti, kenapa ibu asuhnya ini sangat keras kepala.

“Bu, aku tidak masalah kalau aku tidak menikah suatu saat nanti! Yang jadi masalahnya sekarang, panti ini akan segera di hancurkan.” Xiao Zhan sedikit mengeraskan suaranya.

Tadi, saat ia akan menidurkan An Na di kamarnya. An Na menceritakan tentang panti ini akan segera dihancurkan oleh seseorang. Jadi, di sinilah ia sekarang. Di pekarangan panti, meminta ibu asuhnya untuk menceritakan segalanya dari titik pertama hingga titik terakhir.

Dan, apa yang ia dapatkan? Ternyata, panti tempatnya bernaung selama ini bukanlah milik yayasan yang dulu bekerja sama dengan beberapa pihak investor penggalang dana, dan panti ini di bangun di tanah orang gila harta. Cucu dari mendiang yang pernah menyerahkan tanah ini meminta kembali tanah yang telah kakeknya berikan kepada pihak gereja untuk dibangun rumah amal, yaitu panti yang sekarang ini berdiri dengan rapuh.

Xiao Zhan tidak menyangka, orang itu berani meminta kembali tanah yang telah kakeknya itu berikan, bahkan ia tidak segan untuk menghancurkan panti ini. Panti yang telah berdiri selama hampir empat puluh tahun ini, kini harus di paksa untuk berhenti beroperasi.

Jika tempat ini di hancurkan, lalu bagaimana dengan anak-anak yang tinggal di sini? Xiao Zhan tidak bisa membayangkan semua itu terjadi pada adik-adiknya. Mereka semua banyak yang masih kecil, mereka tidak tahu bagaimana kerasnya dunia. Xiao Zhan tidak kuat memikirkan mereka semua akan terberai dan hidup keras di luar sana.

“Bu, beritahu aku siapa orang itu dan nomornya. Aku akan berusaha untuk berbicara dengannya,” ujar Xiao Zhan lagi.

Ia akan berusaha untuk berbicara dengan cucu dari kakek yang memberikan tanah ini besok. Untuk jalan-jalannya bersama Wang Yibo, itu bisa ia laksanakan di lain waktu. Sekarang, ia harus menyelesaikan masalah ini dulu.

Temporary Happiness [PDF✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang