21 | HIDE pt.1

911 96 11
                                    

Ceklek!

Pintu dibuka dari luar dan setelahnya seorang wanita masuk ke dalam ruangan. Dia berjalan ke arah Jianying yang sedang duduk di sofa dengan memunggunginya.

Matanya memandang ke arah luar jendela. Melihat seekor anjing pudel memojok ketakutan, ketika seekor kucing liar datang untuk mencakarnya.

“Madam, Anda memanggilku?”

Tanpa menoleh, Jianying berujar, “Annchi, aku telah membesarkanmu seperti anakku sendiri. Tidak pernah membedakanmu dengan Lingqi, anak kandungku.” Annchi menunduk, dia membiarkan Jianying untuk terus berbicara, “Aku membiarkanmu bermain dan tumbuh bersama putriku. Memberikanmu pendidikan tinggi secara cuma-cuma, bahkan memberikanmu sebuah posisi tinggi di perusahaanku. Apa yang kurang dari kasih sayangku padamu?”

Annchi segera menjawab, “Tidak ada. Madam telah memberikan yang terbaik untukku. Tanpa bantuan dan kasih sayang Madam, mungkin aku akan tetap menjadi ....” Annchi menghentikan perkataannya, tidak sanggup mengatakan bahwa dirinya adalah anak seorang pelayan.

Jianying menoleh ke arah meja kecil di dekat sofa, kemudian ia meraih sebuah pigura di atasnya. Di dalam pigura itu terdapat potret diri Lingqi dan Annchi, mereka berdua tersenyum sambil memeluk pinggang satu sama lain. Jianying tersenyum saat mengusap gambar keduanya.

“Lingqi begitu menyayangimu, dia akan menjadi orang pertama yang membelamu ketika kamu mendapatkan masalah. Benar bukan?”

Annchi mengangguk sebelum menjawab, “Ya, Madam.”

“Bagus jika kau masih mengingatnya.” Pigura itu kembali diletakkan di tempatnya. Setelah memastikan letak pigura itu berada di posisinya, dia kemudian menoleh ke arah Annchi. “Apa ada kabar dari Lingqi?” tanya Jianying.

Annchi menjawab, “Tidak ada, Madam.”

“Angkat kepalamu ketika berbicara.”

Buru-buru Annchi mendongakkan kepalanya. “Tidak ada, Madam. Sungguh. Aparat kepolisian masih berusaha mencari keberadaan Lingqi. Aku juga menyewa beberapa tim detektif handal, tapi tetap saja masih belum membuahkan hasil.”

Jianying menatap mata Annchi lekat, menilai apakah ada kebohongan atau tidaknya yang tersembunyi di dalam mata kelam itu.

“Kamu sudah bekerja sangat keras. Kembalilah ke kamarmu,” suruhnya.

“Baik, Madam. Terima kasih.”

Setelah kata itu, Annchi benar-benar langsung masuk ke kamarnya. Mengunci pintu, dan setelahnya ia bersandar pada pintu kamar.

Dering ponsel terdengar. Annchi meraih ponselnya yang berada di saku celana, ia lalu segera melihat siapa yang telah menghubunginya malam-malam begini.


[Private number.]


Annchi lekas saja mengangkatnya.

“Nona Annchi,” panggil seseorang dari seberang sana dengan suara berbisik pelan.

“Ada apa?”

“Kemarilah,” suaranya terputus sesaat. Annchi mengeratkan pegangannya pada ponsel, matanya melirik ke kanan dan ke kiri memastikan tak ada yang melihat ataupun mendengarnya. “Nona Lingqi tidak mau makan barang sesuap. Matanya sangat kosong, saya takut Nona—”

Temporary Happiness [PDF✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang