22 | Hide pt.2

755 89 20
                                    


Berjalan mengendap-endap. Annchi berhasil lolos dari rumah utama yang dibangun ulang 28 tahun yang lalu. Setelah berhasil lolos, Annchi berjalan ke gudang ternak yang tidak pernah di pakai lagi oleh pemiliknya.

Dia masuk ke dalam dan keluar kembali dengan membawa sebuah mobil hitam. Sesekali Annchi akan menoleh ke belakang, memastikan tidak ada yang mengikutinya.

Seolah-olah berada di arena sirkuit, ia memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Semakin lama, jalanan rata yang tadinya penuh aspal kini berganti menjadi tanah berlubang.

Jalanan itu membawanya menuju pemukiman dalam, namun ia tidak berhenti sampai di sana. Semakin lama, penerangan lampu pemukiman semakin gelap, dia telah berada jauh dari pemukiman.

Setelah terlihat kanan dan kirinya terdapat pohon-pohon besar menjulang tinggi. Annchi kemudian mematikan mesin mobilnya ketika sudah sampai disebuah rumah tua di dalam hutan.

Dia kemudian masuk ke dalam rumah itu tanpa mengetuk, namun begitu dia masuk. Seorang wanita muda langsung saja berdiri untuk menyambutnya.

“Selamat datang, Nona Annchi.”

“Di mana Lingqi?” tanya Annchi pada intinya.

“Nona ada di ruang tamu.”

Annchi segera berjalan meninggalkan pelayan itu ke ruang tamu. Dapat ia lihat Lingqi sedang duduk termenung di sofa, menonton layar semut yang tidak menampilkan satu pun film atau drama.

“Lingqi ....” panggilnya. Namun, yang di panggil tidak menyahut.

Annchi bersimpuh di depan Lingqi. Kedua tangannya membawa tangan Lingqi untuk ia genggam.

Benar saja, tatapan mata Lingqi begitu kosong. Nyaris tidak ada lagi kehidupan yang menyinarinya. Sudah beberapa tahun terakhir sejak ia menemukan Lingqi di jalanan, wanita itu sudah seperti ini. Pandangannya benar-benar kosong, dan ia tidak bisa melihat itu dari Lingqi.

Annchi menghela napasnya sesaat. “Ayo, kita makan malam seperti dulu. Aku akan membuatkanmu makanan. Kamu mau, kan, Lingqi?” tanyanya lembut.

Annchi dengan sabar menunggu respons dari wanita di depannya. Satu menit telah berlalu, akhirnya, Lingqi menatap ke arahnya. Seulas senyum bahagia hadir di wajah Annchi ketika melihat Lingqi merespons dirinya.

Walau Lingqi hanya menatapnya tanpa membalas perkataannya, tetap saja itu merupakan sebuah kemajuan.

“Baiklah, tunggu di sini.”

Setelah mengatakan itu, Annchi meninggalkan Lingqi ke dapur. Dia membuatkan makanan untuk teman masa kecilnya. Lingqi akhirnya mau makan dengan bantuan suapan dari Annchi. Setengah jam kemudian Lingqi pun tertidur setelah makan malam.

Annchi masih berada di sana, dia setengah berjongkok di hadapan Lingqi yang tertidur. Tangan Annchi bergerak menelusuri wajah Lingqi. Walau wajah Lingqi terdapat sedikit kerutan samar. Di mata Annchi, Lingqi masihlah wanita yang paling cantik.

Dia menunduk, mencium kening wanita itu dengan hati-hati, takut membuat Lingqi terbangun dan melihatnya yang sedang mencium keningnya.

Hanya sesaat, Annchi kemudian melepaskan kecupan ringan itu. Dia kembali memandang wajah Lingqi yang tidur dengan damai.

“Aku menyayangimu, Lingqi,” bisik Annchi pelan. Dia lalu membenarkan letak selimut Lingqi sebelum pergi ke rumah utama.

Namun, sebelum ia pergi. Annchi menyempatkan dirinya untuk memerintah pelayan muda yang dia pekerjakan di rumah ini.

“Venelope.”

“Ya, Nona?”

“Jaga Lingqi sampai saya kembali lagi. Jangan sampai ada orang yang melihatmu ataupun Lingqi,” perintahnya pada Venelope.

“Di mengerti, Nona.”

—tbc—

Temporary Happiness [PDF✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang