"Rey... Katanya mau mandi? Dari tadi gak gerak-gerak masih disitu aja. Kapan mandinya?!" Pekik Syila dengan kesal mengomeli Reynan yang tak kunjung pergi mandi.
Reynan mengangkat tangannya setengah keatas, "Iya nanti, sebentar lagi. Ini lagi ada telepon dari Nio." Tukasnya sembari menunjuk telepon miliknya yang menempel di telinganya.
Syila menghela nafas panjang, "Jangan lama-lama teleponan nya, itu makanannya udah dateng. Nanti keburu dingin...!" Ujarnya mengingatkan
"Iya sayang..." Rey kembali menyahut.
Syila pun lantas pergi meninggalkan Rey yang masih mempertahankan teleponnya di dekat telinga.
"Halo, No Lo masih dengar gue kan?"
"Iya lah masih, orang belum mati teleponnya. Gimana sih Lo..." nio menjawab dengan sedikit ketus.
"Sorry nih Syila ganggu, terus tadi gimana kelanjutannya si Gama?" Reynan kembali membahas topik pembicaraan mereka yang sempat terputus gara-gara kedatangan Syila.
"Yang pasti gue gak akan biarin dia lolos kali ini, yang dia lakuin kali ini udah keterlaluan banget sih Rey soalnya."
"Masalahnya orang-orang yang gak bersalah jadi korban dia, ini udah gak benar sih."
"Iya lah, jangan Lo lepasin No. Orang gila memang dia itu." Reynan turut kesal juga setelah mendengar cerita Nio terkait kasus Gama.
"Terus, Lo udah lapor polisi?" Tanya Rey memastikan
"Terkait kasus kebakaran Resto sih gue udah buat laporan ke polisi, mereka juga lagi proses cari Gama untuk di tangkap karena udah ada bukti dari cctv juga."
"Tapi sebenarnya Gama ada sama gue sekarang, bukan sama polisi."
"Hah? Lo serius?" Rey benar-benar terkejut kali ini.
"Jadi Lo udah berhasil nangkep dia No?"
"Ya... Udah."
"Ada beberapa hal yang harus gue selesaiin sama dia secara langsung, dan harus sekarang. Gue gak akan pernah kasih kesempatan dia untuk bebas keliaran lagi setelah kejadian ini."
"Gue mau dia di penjara seumur hidup, kalau perlu biarin aja dia di hukum mati!"
"Terserah orang mau ngatain gue gila atau gak punya hati karena berharap dia di hukum mati, masalahnya dia udah benar-benar jadi orang jahat seumur hidupnya Rey."
"Dan gue gak mau itu terus berlanjut, gue pengen hidup tenang. Gue udah benar-benar capek ngadepin kegilaan dia selama ini..."
"Iya, gue ngerti banget kok perasaan Lo No. Lo bisa lakuin apapun yang Lo mau ke dia, tapi ingat ya No..."
"Jangan sampai nanti yang ada Lo dapat masalah baru karena ini. Gue gak mau dengar kabar buruk tentang Lo ya setelah ini No..." Rey mengingatkan dengan sedikit ancaman kecil agar Nio tetap sadar posisinya.
"Iya gue ngerti, gue gak akan bunuh dia kok."
POV Nio
Nio menatap tajam pintu besar yang menjulang tinggi di hadapannya, pintu itu terbuka dan memperlihatkan lima orang berperawakan besar dengan pakaian serba hitam membawa satu orang yang sudah dia tunggu sejak tadi.
"Gue matiin dulu Rey, nanti gue kabarin lagi.." ujar Nio kemudian mengakhiri panggilannya dengan Rey tanpa menunggu jawaban Rey terlebih dahulu.
Dua orang yang membawa tubuh Gama dalam kondisi kaki dan tangan terikat itu dengan pasti melangkah maju sembari menyeret Gama ke hadapan Nio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harsya (TAHAP REVISI)
Teen Fiction// FOLLOW DULU SEBELUM BACA// Menceritakan kehidupan anak remaja, yang labil, gampang tantrum, dan sedikit tidak waras. Dalam cerita ini banyak menggunakan kata-kata kasar dalam dialognya. Harsya adalah seorang remaja yang ingin kehidupan remajanya...