wiww... wiww... wiww... (Sirine ambulance)
Aqeela pergi ke lantai dua untuk menghampiri Harsya yang saat ini tengah berada di balkon, menatap mobil ambulance yang baru saja masuk ke kediaman rumah Dhea.
"Ayo turun, mau sampai kapan disini terus?" Kata Aqeela sembari menepuk bahu Harsya yang terus melamun.
Pandangan Harsya terus menatap ke arah ambulance itu, dia melihat ramainya orang di rumah itu yang berpakaian serba hitam.
Dia juga bisa melihat jauh di depan sana, terpasang bendera kuning di depan rumah ini.
Harsya melihat pintu belakang mobil Ambulance yang datang itu terbuka, Hasan dan Mita keluar paling awal dari dalam sana dengan wajah pucat dan lemas.
Tak lama beberapa orang datang untuk membantu membawa keranda berisi jenazah almarhumah Dhea untuk dibawa masuk ke dalam rumah.
"Sya..." Aqeela kembali memanggil karena tak ada respon dari Harsya.
"Qeel... Kenapa harus berakhir begini?" Tanya Harsya dengan lirih, sembari menatap mata Aqeela dengan penuh harap.
"Sya, semua ini udah takdir Tuhan. Kita gak bisa rubah apapun, semuanya kuasa yang di atas. Kita harus bisa terima, belajar ikhlas Sya..."
"Gue belum minta maaf qeel, gue udah tau apa aja kesalahan gue ke Dhea selama ini. Gue berniat minta maaf ke dia setelah dia sadar, gue mau memperbaiki semuanya..." Kata Harsya
"Gue mau akui kesalahan gue... Tapi kenapa kegini qeel???"
"Kenapa harus secepat ini??"
"Gue malu qeel..."
"Gue malu sama keluarganya Dhea, gue malu untuk turun ke bawah dan liat Dhea walaupun untuk yang terakhir kalinya. Gue malu..."
"Gue nyesel karena hari itu... Hari dimana terkahir kalinya gue bisa ngobrol sama Dhea sebelum dia kecelakaan, bukannya nyelesain masalah gue malah justru memperumit keadaan Dhea."
"Gue bajingan, gue pengecut karena gak berani akuin diri gue sendiri brengsek."
"Gue udah jahat sama dia, sama anak gue juga hh..." Harsya tertawa miris dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti.
"Harsya..."
"Gue malu qeel... Gue malu ketemu Dhea." Tukas Harsya memohon dengan wajah frustasi.
"Ini satu-satunya kesempatan terakhir buat Lo bisa ketemu sama Dhea, setelah ini gak akan ada kesempatan lagi Sya." Ujar Aqeela berusaha tenang, meskipun dia sebenarnya menahan tangisnya.
"Bukan cuma Lo, ini kesempatan terakhir buat kita semua bisa liat Dhea."
"Kalau Lo memang merasa bersalah, lo harus turun sekarang dan temui Dhea. Ungkapin semua perasaan Lo ke dia, penyesalan Lo... Semuanya."
Harsya masih terdiam menunduk sembari menangis tanpa suara, Aqeela mendongak menatap ke atas langit-langit karena air mata yang terbendung di bawah kelopak matanya hampir jatuh.
"Harsya dengar... Dhea udah meninggal."
Harsya langsung menoleh menatap Aqeela dengan perasaan tidak terima, namun dia akhirnya sadar bahwa semua itu fakta.
Semua itu benar...
......
1 bulan berlalu...
Harsya kini berdiri di depan kamar yang dulu di tempati oleh Dhea.
Pintu kamar itu bahkan tidak pernah terbuka lagi semenjak Dhea keluar dari rumah ini waktu itu.
Dengan perasaan berat dalam hatinya, Harsya membuka pintu kamar itu dengan perlahan. Dengan langkah berat, Harsya memaksakan dirinya untuk masuk ke sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Harsya
Fiksi Remaja// FOLLOW DULU SEBELUM BACA// Menceritakan kehidupan anak remaja, yang labil, gampang tantrum, dan sedikit tidak waras. Dalam cerita ini banyak menggunakan kata-kata kasar dalam dialognya. Harsya adalah seorang remaja yang ingin kehidupan remajanya...