44. Emosi

3.3K 131 8
                                    

Bug ..

"Aww..." Dhea meringis saat wajahnya di lempar bantal sofa oleh Harsya begitu dia masuk ke dalam rumah.

Dhea bahkan baru menginjakkan kakinya satu langkah ke dalam rumah ini, dan ini sambutan yang dia dapat?

Dhea menatap Zanva yang berdiri dari jarak 5 meter di depannya, laki-laki itu berdiri dengan tatapan tajam dan nafas tak beraturan lantaran emosi.

"Kan bisa ngomong baik-baik kenapa Harsya harus lempar bant-akhh...!!" Belum sempat Dhea menyelesaikan kalimatnya, Harsya keburu menghampiri Dhea dan mencekik lehernya dengan keras sampai Dhea kesulitan bernafas.

Ponsel Dhea sampai terjatuh ke lantai lantaran kedua tangan Dhea fokus untuk mencoba melepaskan cekikan tangan Harsya di lehernya, namun amat sulit.

Berkali-kali kepala Dhea terbentur pintu karena Harsya yang terus menekannya.

"Aa-akhh!!"

"S-sakh-ithh, akhhh...!" Dhea mencoba berbicara namun sangat sulit, di tambah kepalanya mulai sakit karena minimnya oksigen yang masuk ke tubuhnya.

Wajah Dhea pun sudah memerah dengan urat-urat yang terlihat menonjol di area wajahnya. Dhea benar-benar kesakitan pada lehernya, dan tubuhnya yang kualahan karena tak mendapat oksigen.

"H-har akhh sya akhh..." Dhea sampai menangis pasrah tak mampu melepaskan diri.

Harsya tertawa melihat wajah Dhea yang terlihat sangat kesakitan, "Lo bener-bener gak bisa di kasih tau pakai bahasa manusia ya emang."

"Anjing anjing... Mati aja Lo taik!" Umpatnya dengan kesal tanpa melepaskan cekikan tangannya di leher Dhea.

Nafasnya semakin tercekat, Dhea bahkan merasakan kedua kakinya mulai lemas untuk tetap menapak lantai.

Brakk...!

Harsya melempar Dhea dengan cukup keras sampai gadis itu terbanting ke lantai dan nyaris saja kepalanya terbentur meja ruang tamu yang terbuat dari kaca.

Dhea menangis sesenggukan seraya memegangi lehernya yang kaku dan sakit, dia berusaha menarik nafas sebanyak-banyaknya untuk mengalirkan oksigen ke jantungnya.

Belum sempat Dhea rileks, Harsya mendatanginya dan menarik kerah jaket yang dipakai Dhea dengan kasar sampai Dhea di paksa berdiri dan Harsya mendorong tubuh Dhea jatuh ke atas sofa.

"Ahkk...! Uhukk..uhukk..."

Dhea merasakan kepalanya pusing bukan main karena terguncang sana-sini, belum lagi jantungnya juga masih berproses berusaha memompa darah dengan teratur di dalam tubuhnya.

"H-harsya... stop, j-jangan..."

"Kita ngomong baik-baik ya, p-pelan-pelan..."

Dengan terbata karena perasaan takut Dhea memaksakan dirinya untuk bicara guna mencoba untuk menenangkan emosi Harsya.

"Akhh aaa..!!" Dhea kembali menjerit dengan nafas tercekat karena Harsya kembali mencekik lehernya.

Dhea sampai mendongak menatap langit-langit rumah dengan kedua mata yang tak pernah berhenti mengeluarkan air mata.

Harsya duduk di atas pangkuan Dhea seraya mencekik leher Dhea dengan kedua tangannya, tatapan laki-laki itu sudah sangat kalut dengan emosi.

Harsya (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang