67. Frenemy

1.5K 115 29
                                        

Harsya baru kembali lagi ke rumah sakit siang menjelang sore hari, dia memilih pergi keluar untuk minum kopi guna menenangkan pikirannya yang tengah kacau.

Jika di pikir-pikir, Harsya datang ke rumah sakit bersamaan dengan Dhea. Namun dia sama sekali belum menemui Dhea, dia tidak tau seperti apa kondisi Dhea saat ini.

Setelah memarkirkan mobilnya Harsya tidak langsung masuk, melainkan dia menyempatkan diri untuk menghabiskan satu batang rokok dulu di parkiran. Sembari mempersiapkan diri dan mentalnya untuk menghadapi orang-orang di dalam sana yang mungkin saja tengah menunggunya untuk klarifikasi.

Harsya bersandar di bagian depan mobilnya sembari menikmati rokok yang baru saja dia bakar. Matanya melirik ke area sekitar secara asal sembari menghabiskan rokoknya agar lebih nikmat.

Tanpa sengaja mata Harsya tertuju ke arah pintu masuk Rumah Sakit, dia melihat satu orang yang dia kenali baru saja turun dari sebuah taksi dan berjalan masuk ke area rumah sakit dengan tergesa-gesa.

Harsya menyipitkan matanya guna memperjelas lagi apakah yang dia lihat itu benar atau tidak.

Setelah yakin kalau yang dia lihat itu memang benar, Harsya pun langsung membuang rokoknya yang masih tersisa setengah batang ke tanah lalu menginjaknya hingga hancur.

Harsya tersenyum miring dengan begitu sinis ketika laki-laki yang dia perhatikan itu sudah hampir sampai di tempatnya.

"Mau kemana buru-buru amat jalannya?" Kata Harsya dengan suara yang keras agar Zanva menyadari kehadirannya disana.

Dan benar saja setelah mendengar suara yang tentu sudah tidak asing lagi di telinga Zanva, laki-laki itu pun menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke sumber suara dengan penasaran.

Harsya dengan santai menghampiri Zanva dengan satu alis terangkat, menatap Zanva seakan 'lo mau ngapain kesini?' gitu.

Zanva menghela nafas berat, dia benar-benar malas sekali menanggapi Harsya. Karena percuma, menanggapi Harsya sama saja dengan dia mempersilahkan Harsya membuat keributan lagi.

"Santai dong... Panik banget kayaknya ya? Sampai jauh-jauh nyusul ke Bandung tiba-tiba gini." Ucap Harsya mulai mencari topik keributan

"Kenapa? Khawatir sama anak Lo ya?" Kata Harsya sembari terkekeh sendiri.

Zanva justru mengerutkan dahinya bingung dengan perkataan Harsya, "Lo kalau mau ribut sama anjing aja sana sama anjing, gue sibuk." Kata Zanva dengan ketus, lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan Harsya.

"Dhea keguguran." Ceplos Harsya dengan suara sedikit lantang, sehingga Zanva pun masih bisa mendengarnya dengan amat sangat jelas.

Laki-laki itu kembali berhenti dan berbalik menatap Harsya dengan tatapan tajam yang menyiratkan semua emosinya di dalam sana.

"Apa Lo bilang?" Zanva maju beberapa langkah sehingga dia dan Harsya bisa berhadapan dengan lebih jelas lagi.

Harsya berdecih pelan, lalu menarik sudut bibirnya dengan sinis.

"Jawab gue! Lo tadi ngomong apa coba ulangin!" Kata Zanva membentak, karena dia mulai terbawa emosi.

"Dhea... Keguguran." Kata Harsya mengulangi dengan intonasi rendah, namun dia menekankan setiap katanya dengan tegas.

"Anak Lo udah gak ada." Lanjut Harsya, di akhiri dengan tawa sinis.

Bug...!

Satu pukulan melayang di pipi kanan Harsya, lagi dan lagi wajahnya menjadi sasaran empuk untuk di pukul.

"Gak salah Lo hh??" Kata Zanva dengan sengit

Zanva menarik kerah baju Harsya dan menatap mata laki-laki itu penuh emosi, "Otak Lo dimana anjing?!" Makinya dengan geram.

HarsyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang