43. Kiss

3.6K 135 5
                                        

Zanva menghentikan motornya di depan gerbang rumah Harsya, Dhea pun lantas turun dan kemudian memberikan kembali Hoodie milik Zanva yang dia pakai untuk menutupi pahanya tadi.

Zanva menerima Hoodie itu dengan kedua mata yang terus menatap wajah Dhea, Zanva hanya ingin memastikan bahwa Dhea dalam kondisi yang baik.

"Makasih ya udah nganterin Dhea."

Zanva mengulum senyum tipis seraya mengangguk kecil.

"Dhe..."

Dhea secara spontan menatap mata Zanva kala itu, tatapan mereka saling terkunci selama beberapa detik.

Zanva tahu ada sesuatu yang mengganjal hati Dhea dari tatapan mata gadis itu, tapi Zanva ragu untuk membahasnya.

"Eh... Dhe?"

Zanva jadi semakin khawatir dan cemas karena melihat mata Dhea mulai berkaca-kaca.

Zanva yang semula tetap duduk di atas motornya langsung turun dengan cepat, di tatapnya kembali Dhea dengan lekat.

Tangan Zanva bergerak naik menyentuh kedua bahu Dhea dan  mengusapnya dengan lembut.

"Hei... kenapa??" Zanva mengulangi pertanyaannya yang belum dijawab oleh Dhea.

"Lo bisa cerita kok sama gue kalau memang Lo ada masalah, siapa tau gue bisa bantu Dhe." Kata Zanva mencoba memancing siapa tau Dhea mau bercerita padanya.

"Kita apa?"

"H-hah??"

Zanva tentu bingung sekaligus kaget mendengar pertanyaan Dhea yang begitu mendadak dan tak terarah.

"ee.. K-kita?? Kita apa ya? ee..." Zanva mencoba memikirkan jawaban yang tepat karena dia tidak mau sampai ceroboh dengan memberikan Dhea jawaban yang konyol.

Jujur mendengar pertanyaan itu saja mampu membuat jantung Zanva berdetak dengan begitu kencang saat ini.

"Ee kita... Temen?"

Zanva mencoba menjawabnya dengan tenang, berbanding terbalik dengan perasaannya yang tak karuan.

"Kita temen kan?" Zanva mengulangi dengan maksud untuk memastikan juga.

"Kenapa Zanva mau temenan sama Dhea?"

Zanva kembali di buat berpikir sesaat untuk menemukan jawaban yang tidak sembrono sebab kenyataan yang terlihat dan apa yang Zanva rasakan sebenarnya sangatlah berbeda.

"Mmm... karena gue ngerasa nyaman, gue ngerasa kita juga match energinya, dan gue happy."

"Gue happy ngobrol sama Lo, gue happy dengan semua hal yang kita lakuin bareng-bareng. Dan semua itu yang bikin gue suka sama Lo." Tukasnya dengan jujur.

"Ah sorry, ee ini maksudnya suka... ee itu suka..."

"S-suka untuk jadi temen Lo gitu, hehe..." Zanva menggigit bibirnya setelah tertawa canggung karena mengucapkan kalimat yang ambigu.

Meski memang kenyataannya Zanva sudah menyadari bahwa dia memang menyukai Dhea, namun dia tidak mau menyatakannya secepat ini apalagi di kondisi seperti ini.

HarsyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang