20: Confess?

175 34 0
                                    

Sudah setengah jam lamanya mereka mengitari pusat perbelanjaan. Oliv menatap satu demi satu toko dari luar guna mencari ide kado apa yang harus dibelikan Sam untuk adik perempuannya nanti.

Oliv tidak sesering itu sebenarnya datang ke tempat-tempat seperti ini, malah sejauh ini bisa dihitung pakai jari. Gadis itu lebih suka membeli makanan di minimarket daripada menggunakan uangnya untuk belanja barang-barang lucu di mall. Oleh karena itu ia mengajak Sam untuk melihat-lihat dulu, observasi gitu lah istilahnya. Namun bukannya dapat inspirasi, Oliv justru dibuat pegal kaki. Meskipun begitu ia mencoba untuk menahannya, sebab tak ingin membuat Sam khawatir atau merasa direpoti.

"Kalau boleh tau adek lo tipe yang kayak gimana, Sam? Maksud gue yang rada tomboy, atau yang feminim kalem gitu?"

Sam menggaruk ujung hidungnya yang terasa gatal sembari menjawab, "Dia nggak masuk kategori kalem sih, Liv. Tapi dibanding tomboy, dia lebih ke arah feminim deh."

"Kalau gitu lo bisa beli barang-barang khas cewek aja, misal kayak Ghea tuh dia suka banget sama barang-barang lucu. Kayak jepit rambut warna-warni, bando, dompet kecil, atau mungkin gantungan kunci. Itu kalau yang harganya agak murah. Tapi kalau lo punya budget lebih bisa beliin dia parfum, sling bag, kalung, gelang, dan semacamnya."

Saran dari Oliv ada benarnya. Dari sekian banyak barang yang dia sebutkan, beberapa memang ada kesukaan adiknya. Memang tidak ada ruginya mengajak Oliv ke sini. Selain dia bisa mendapatkan ide hadiah yang akan ia berikan pada sang adik, Sam juga bisa menghabiskan waktunya selama beberapa jam dengan gadis itu. Ya modus-modus dikit lah.

"Beliin gelang aja kali ya? Soalnya kalung dia udah punya, dikasih sama pacarnya tahun lalu."

Usulan Sam diangguki Oliv. Dia sih memang bagian iya-iya saja karena yang punya uang kan Sam, jadi terserah dia ingin membelikan adiknya apa. Sembari berjalan menuju toko perhiasaan tujuan Sam, Oliv kembali membuka obrolan.

"Ngomong-ngomong adek lo umur berapa sih? Udah gede ya?"

Sam terkekeh pelan menanggapinya. "Iya, tahun ini dia udah 17 tahun. Gue sebenarnya bukan tipe yang suka ngasih hadiah gitu sih, paling-paling cuma beliin dia kue pas ulang tahun aja. Tapi karena ini sweet seventeen-nya dia, jadi gue kepengen aja gitu ngasih sesuatu yang spesial."

"Woah. lo benar-benar kakak yang baik ya?" puji Oliv yang mana sesaat kemudian mengundang senyum malu-malu dari Sam. "Ulang tahunnya kapan, Sam?"

"Masih tiga hari lagi sih."

"Tiga hari dari ini?" Sam mengangguk mengiyakan pertanyaan Oliv. "Kebetulan banget besoknya Rendy yang ultah."

"Oh ya? Lo udah kepikiran mau ngasih kado apa buat dia, mumpung kita ada di sini sekarang."

"Nggak, belum, nggak tau juga."

Jawaban berbelit Oliv mengundang tanda tanya besar di kepala Sam. Terlebih lagi saat melihat ekspresi Oliv yang ogah-ogahan membuat Sam jadi berasumsi yang tidak-tidak.

"Lo lagi marahan ya sama pacar lo itu?" Sam bertanya murni karena penasaran saja. Sebab setaunya, biasanya cewek tuh suka excited menjelang ulang tahun si cowok. Mempersiapkan ini dan itu, dari hadiah ulang tahun sampai pada pesta kejutan. Setidaknya itu yang ia ketahui dari adik perempuannya. Atau mungkin Oliv saja yang agak beda dari perempuan lain.

"Eh, itu tokonya. Yuk, masuk."

Guna menghindari pertanyaan Sam lebih jauh lagi, Oliv sengaja mengalihkan fokus pemuda itu dan menariknya masuk ke toko perhiasan. Itu toko yang sempat Sam bicarakan yang katanya Mamanya langganan di sana, maka toko itulah yang jadi pilihan Sam hari ini. Karena Oliv berhasil menariknya masuk ke toko, Sam jadi tidak punya pilihan lain selain menelan rasa penasarannya untuk sementara waktu.

Lovenemy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang