Jam sebelas pagi, Rendy menyandarkan punggungnya dengan malas ke sandaran kursi. Tangannya sibuk mencatat materi pada monitor LCD yang ada di depan kelas.
Sejujurnya file materi yang ada di sana juga bakal dikirim lewat grup kelas, tapi Rendy lebih suka mencatat poin-poin pentingnya dulu dalam sebuah buku agar lebih mudah dibaca di lain waktu.
Bu Agatha, dosen Sosiologi berumur tiga puluhan itu tampak sibuk mengabsen satu demi satu nama mahasiswa yang hadir pada perkuliahannya hari ini. Refleks membuat salah seorang mahasiswa yang tertidur di kursi bagian paling belakang buru-buru mengangkat kepalanya, bersiap menunggu namanya dipanggil.
Selesai mengabsen tiga puluh lima mahasiswa yang ada di kelas, dosen tersebut meninggalkan ruangan setelah mengintruksikan agar mahasiswanya membagi kelompok tugas minimal tiga orang dengan materi yang telah di share sebelumnya. Rendy menghela napas berat karena lagi-lagi ia mendapat tugas baru hari ini.
"Ren, Ren!" Yafizhan Arkatama, teman sekelasnya yang tadi sempat ketiduran di belakang menepuk bahunya dengan wajah yang masih terlihat mengantuk. "Jangan ke kantin duluan ya, tungguin gue bentar."
Dengan tangan yang sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas, Rendy menjawab. "Emang lo mau kemana?"
Temannya itu menunjukkan sebuah buku di depan wajahnya sambil cengengesan. "Perpus, ngembaliin buku."
"Yang kata lo hilang itu?"
"Ternyata nggak hilang, Ren. Cuma keselip di bawah kasur, nggak tau deh kenapa bisa ada di sana."
"Buset dah, itu udah dua bulan yang lalu!" Rendy meringis sambil geleng-geleng kepala. "Denda berapa puluh ribu lo ntar gara-gara telat ngembaliin buku?"
Yafi mengedikkan bahunya dengan bibir tertarik ke bawah, sudah pasrah. Ini saja dia sampai bongkar tabungan yang tak seberapa isinya itu buat bayar denda. Pemuda berambut blonde itu memang kadang suka ceroboh kalau menaruh barang, makanya Rendy malas meminjamkannya sesuatu.
"Lumayan sih ini. Ya udah deh, tungguin ya jangan pergi dulu!" peringat Yafi sekali lagi sebelum kemudian berlari ke luar kelas menuju perpustakaan fakultas yang letaknya ada di lantai empat, satu lantai di atas kelas mereka berada sekarang.
"Rendy, Rendy!"
Pemuda itu memejamkan matanya sambil menghembuskan napas lelah saat sadar suara siapa yang memanggilnya barusan, saking seringnya mendengar Rendy sampai hapal. Tak memperdulikan orang yang memanggilnya dari arah belakang itu, Rendy menyampirkan tas ranselnya di bahu kanan sambil terus berjalan ke arah pintu. Tapi sebelum kakinya sampai ke sana, tangan Clara sudah lebih dulu melingkar manja pada lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovenemy ✓
FanfictionDebat, bertengkar, dan menjelekkan satu sama lain sudah menjadi hal biasa di hubungan Rendy dan Oliv. Dari awal, teman-temannya sudah berkata kalau mereka tidak akan cocok jika menjalin suatu hubungan. Hal itu karena mereka punya banyak sekali persa...