Konsep 'berusaha' yang dimaksud Clara lebih seperti upaya untuk mengganggu Rendy setiap hari, setidaknya itu pendapatnya.
Rendy tidak tau apakah gadis itu juga berpikir demikian. Namun melihat dari tingkah lakunya beberapa hari terakhir ini, sepertinya dia tidak sadar bahwa apa yang dia lakukan sangatlah mengganggu. Alih-alih membuat Rendy jatuh hati, si pemuda malah semakin risih terhadapnya.
Sudah berulang kali Rendy tegaskan kalau dia tidak suka perempuan agresif. Entah dengan kata benci, takut, risih, atau apapun sudah ia coba jelaskan. Namun sikap Clara masih tak berubah juga. Dia masih sama, terus saja mengganggu Rendy nyaris setiap harinya.
Maksud mengganggu bagi Rendy di sini itu seperti menelponnya di malam hari hanya karena alasan gabut, minta ditemani makan karena dia tidak suka makan sendirian, mengirim chat berupa foto selfienya yang dibuat sok imut, menggandeng lengannya saat melewati koridor, mengajaknya bicara tanpa kenal situasi dan kondisi, juga masih banyak lagi. Kalau harus Rendy jabarkan satu persatu, niscaya seribu kata pun tidak akan cukup untuk menjelaskannya.
Intinya sih, Rendy sangat sangat sangat tidak menyukai perempuan bernama Clara tersebut. Maka ia pun berharap semoga saja untuk semester ke depannya, ia tidak perlu lagi menemui Clara di kelas yang sama. Duh, jangan sampai deh. Amit-amit, yang ada Rendy bisa tekanan darah tinggi kalau harus menghadapi gadis itu lebih lama lagi.
"Block aja sih kalau emang risih," komentar Yafi setelah Rendy selesai mengungkapkan keluh kesahnya perihal sikap Clara akhir-akhir ini.
"Udah gue block, tapi tuh cewek malah pakai nomor baru buat ngechatin gue!"
Pemuda berambut blonde tersebut mengeluarkan permen lolipop dari mulutnya, sementara pandangannya terfokus pada layar ponsel yang ia mainkan. Yafi nampak tak terlalu ambil pusing dengan masalah temannya itu, karena ya memang bukan urusannya juga.
"Ganti nomor aja, Ren. Beres."
"Ada cara lain nggak? Masalahnya nomor yang gue pakai aja belum ada 5 bulan masa ganti lagi sih? Bisa-bisa gue diomelin nyokap gara-gara keseringan ganti nomor!"
"Hm, betul juga sih. Terus apa ya solusinya?"
Helaan napas berat keluar dari sela bibir Rendy. Pemuda itu menyandarkan punggungnya ke kursi lobi, menciptakan suara decitan super berisik dari besi berkarat akibat dari kurangnya pelumas tersebut, kedua tangannya pun terlipat ke dada. Rendy kelihatan frustasi tapi juga setengah pasrah karena bingung harus apa.
"Kayaknya dari pada gue pusing nyari cara biar dia nggak nelpon atau ngechatin gue lagi, mending gue fokus nyari cara buat bikin dia berhenti suka sama gue nggak sih?"
Masih dengan pandangan ke layar ponsel, Yafi menyahut pelan. "Caranya?"
"Nah itu, nggak tau. Cewek biasanya berhenti suka sama cowok gara-gara apa sih?"
"Udah capek ngejar doi mungkin."
Gelengan tegas langsung Rendy lakukan. "Kelamaan kalau nunggu dia capek, yang lain?"
"Si cowok udah punya pacar."
"Itu sih dari awal juga Clara udah tau, tapi nyatanya dia malah bersikap nggak peduli tuh."
Kali ini Yafi yang geleng-geleng kepala, tidak habis pikir. Padahal laki-laki di dunia ini ada banyak, yang suka sama Clara juga banyak, tapi kenapa gadis itu malah suka sama Rendy yang jelas-jelas sudah punya pacar? Ini sih namanya nyari penyakit, udah tau bakalan sakit hati tapi tetap saja diterusin.
"Gimana ya?" Kali ini Yafi benar-benar ikutan mikir, ponsel yang semula jadi pusat perhatiannya tak lagi ia pedulikan. "Bikin dia ilfeel coba."
Sekali dengar pun Rendy langsung menggelengkan kepala tak setuju, "Sama aja mempermalukan diri sendiri nggak sih? Masa iya cuma demi Clara gue rela berkorban sampai sebegitunya? Duh, nggak dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovenemy ✓
FanficDebat, bertengkar, dan menjelekkan satu sama lain sudah menjadi hal biasa di hubungan Rendy dan Oliv. Dari awal, teman-temannya sudah berkata kalau mereka tidak akan cocok jika menjalin suatu hubungan. Hal itu karena mereka punya banyak sekali persa...