Di kamar Oliv, alunan lagu dari The 1975 berjudul Its Not Living itu masih terputar di playlist spotify-nya. Sementara dua anak Adam berbeda jenis kelamin tersebut sibuk dengan kertas dan pulpen di tangan masing-masing. Samar-samar masih terdengar suara hujan dari luar, meski intensitasnya sudah tak sederas beberapa menit yang lalu sejak kedatangan Rendy ke apartemen.
Karena Oliv menolak ajakannya untuk cuddle sementara si pemuda menolak untuk langsung pulang, pada akhirnya Oliv mengajukan opsi lain untuk kegiatan pacaran mereka malam ini. Jawabannya adalah tanya jawab. Jadi masing-masing dari mereka harus menulis 10 pertanyaan yang sangat ingin mereka ketahui dari pasangan, dan pasangan harus menjawabnya dengan jujur.
Hal ini juga sengaja Oliv lakukan agar mereka bisa saling mengenal satu sama lain. Bukan berarti selama empat bulan ini mereka tidak cukup mengenal, hanya saja ia rasa masih ada banyak hal yang tidak ia ketahui tentang Rendy. Begitu pula sebaliknya. Maka dari itu kesempatan ini mereka gunakan dengan sebaik-baiknya, ya sekalian seru-seruan juga sih. Kedua belah pihak masih boleh skip menjawab kalau dirasa pertanyaannya keterlaluan atau terlalu pribadi, yang jelas tidak ada paksaan di sini. Maka dari itu baik Oliv maupun Rendy sengaja memilah pertanyaan yang dirasa baik dan tidak menyinggung lawan agar semua pertanyaan dan rasa penasaran mereka bisa terjawab.
"Lo udah belum?" Rendy bertanya sembari menoleh ke belakang karena keduanya memang duduk saling membelakangi di lantai kamar Oliv.
"Bentar, Ren, dikit lagi. Tinggal satu pertanyaan."
"Buset dah, lama bener!"
"Sabar, elaah!"
"Gue kasih waktu lima menit."
Oliv tidak membalas, namun dalam hati mengiyakan ucapan pacarnya tersebut. Sebenarnya di otaknya ada banyak sekali pertanyaan yang ingin ia ajukan, tapi lagi-lagi ia hanya bisa memilih sepuluh dari sekian banyak pertanyaan. Maka begitu selesai semua, ia langsung membalik badan hingga berhadapan dengan Rendy yang bersandar di sisi ranjang.
"Udah?" tanya si pemuda dengan wajah bosan.
Si gadis mengangguk, senyum di wajahnya pun terlihat jahil. Lalu tanpa aba-aba dia langsung berseru 'Gunting, batu, kertas!', yang kontan saja membuat Rendy kelabakan. Karena dia memang belum sepenuhnya siap, maka yang menang tentu saja Oliv. Gadis itu langsung berseru senang sementara Rendy mendengus kesal.
"Curang!"
Namun Oliv tidak perduli, dia mulai sibuk membaca satu demi satu pertanyaan yang ada di kertas lalu mulai mengajukan salah satunya pada Rendy.
"First impression lo ke gue gimana, Ren?"
Si pemuda menegakkan punggungnya saat pertanyaan pertama dimulai. "Ini mau gue jawab jujur?"
"Iya, jawab aja. Gue yakin pasti bukan hal yang bagus sih, jadi gue udah menyiapkan diri dari awal."
Jawaban Oliv sontak membuat Rendy tertawa. "Iya sih, bener."
"Tuh kan!"
"Lo ingat nggak sih, Liv, sewaktu upacara bendera hari senin pertama sejak kita resmi jadi anak SMA, lo pernah cepuin gue yang nggak bawa topi?"
"Hah?" Oliv mikir bentar, ingatannya kadang tak begitu baik memang. Apalagi itu sudah tiga tahun berlalu. "Masa iya sih?"
"Iya. Jadi waktu itu kan karena buru-buru berangkat sekolah, gue sampai lupa bawa atribut lengkap. Padahal kita masih murid baru waktu itu, tapi gue malah nggak ingat bawa topi pas upacara senin. Begitu anak-anak yang nggak pakai atribut lengkap disuruh maju ke depan buat dihukum, gue seberusaha mungkin ngumpet di barisan belakang biar nggak ketahuan. Eh, lo nya malah sengaja banget teriak ke guru 'Pak, ini ada satu yang nggak pakai topi!' yang kemudian bikin semua guru langsung noleh ke barisan kelas kita. Lo tau nggak sih waktu itu rasanya gue mau ngeremes muka lo saking kesalnya, padahal kita belum ada kenalan loh, tapi lonya udah bikin gue kesel duluan. Anjir lah, kemusuhan banget gue sama lo waktu itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovenemy ✓
FanficDebat, bertengkar, dan menjelekkan satu sama lain sudah menjadi hal biasa di hubungan Rendy dan Oliv. Dari awal, teman-temannya sudah berkata kalau mereka tidak akan cocok jika menjalin suatu hubungan. Hal itu karena mereka punya banyak sekali persa...