22: Dompet Rendy

158 34 7
                                    

Menjelang tengah hari, Rendy memutuskan untuk pulang setelah sempat diusir oleh sang pacar. Katanya sih Rendy sudah terlalu lama berada di apartemennya, padahal kan Rendy masih rindu ingin bermanjaan dulu.

Namun berhubung dia gengsi blak-blakan begitu, maka dengan terpaksa Rendy menurut saja. Mamanya juga pasti kebingungan mencarinya karena Rendy pergi pagi-pagi sekali saat orang rumah belum ada yang bangun.

Pintu lift di depannya berdenting, disusul oleh pintunya yang terbuka membawa serta orang yang ada di dalamnya. Rendy sempat terdiam, memandang penuh permusuhan pada Sam yang juga menatapnya dari dalam. Saat Sam ingin keluar dari lift tersebut, Rendy justru masuk dan menahan bahunya agar tetap berada di sana.

"Gue perlu bicara sama lo, sebentar."

Sam menyahut ketus, "Gue nggak punya urusan sama lo."

"Tapi gue punya, dan ada hubungannya sama Oliv."

Mendengar nama crush-nya disebut, Sam langsung bisa menduga kemana arah pembicaraan mereka kali ini. Alhasil ia yang awalnya sudah berniat untuk keluar dan kembali ke unitnya, kini kembali masuk ke lift bersama dengan Rendy di sampingnya.

Rendy bukan tipikal orang yang suka basa-basi, terlebih jika dengan orang yang tak ia suka. Jadi sebelum lift yang mereka naiki sampai ke lantai dasar, Rendy memilih untuk mengungkapkan apa yang jadi pikirannya sejak tadi pagi.

"Lo confess ke Oliv kemarin?"

Sudah Sam duga, pasti Oliv bakalan cerita ke Rendy perihal itu. Jadi ia tak merasa kaget lagi saat Rendy bertanya demikian. Pemuda itu justru tersenyum tipis.

"Gue rasa Oliv udah cerita semuanya kan? Lo nggak perlu minta konfirmasi lagi ke gue."

"Jangan suka Oliv." Rendy berucap sinis juga tegas. Tatapan matanya tajam mengarah pada pantulan wajah Sam dari dinding lift di hadapannya sekarang.

Namun Sam tak merasa terintimidasi sedikitpun, "Yang gue suka itu Oliv, bukan lo. Jadi lo nggak berhak melarang gue buat suka sama siapapun termasuk Oliv."

"Gue pacarnya."

"Gue nggak perduli, Rendy." Tatapan mereka bertemu saat Sam menoleh ke sisi kanannya, "Gue siap bersaing sama lo, kalau memang perlu."

"Dari sekian banyak cewek, harus banget Oliv?"

"Dari sekian banyak cewek, cuma Oliv yang menarik di mata gue."

"Bajingan. Udah gue bilang dia pacar gue, harus banget gue perjelas?"

"Udah gue bilang juga kan kalau gue nggak perduli? Kalian baru pacaran, belum nikah. Masih bisa putus kan?"

Rendy sudah hampir melayangkan tinjunya pada Sam seandainya saja pintu lift tidak lebih dulu terbuka. Kepalan tangan Rendy di sisi tubuhnya kian menguat saat Sam justru menertawai reaksinya.

"Kalau lo emang percaya diri, seharusnya lo nggak perlu merasa terancam sama keberadaan gue kan?"

Dengan emosinya yang kian memuncak, Rendy tak merespon ucapan Sam. Khawatir jika ia lakukan itu bisa saja dalam hitungan detik mereka sudah bertengkar di dalam sana. Jadi untuk menghindari hal tersebut, Rendy lebih memilih untuk keluar dengan langkah tergesa sembari mengeluarkan ponselnya dari saku celana.

"Liv, mau nikah sama gue nggak besok?"

Pertanyaan impulsif Rendy mengundang keterkejutan dari sang pacar, Oliv langsung meneriakinya.

"Lo kesambet apaan, Rendy?!"

"Kalau lo mau, gue bisa datang bawa orang tua gue besok ke rumah lo."

Lovenemy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang