Sam mengambil alih kardus berisi buku-buku kuliahnya yang ada di tangan Oliv dan meletakkannya di salah satu meja, pemuda itu meringis sambil menyerahkan tisu pada si gadis yang keningnya terlihat berkeringat sehabis membantunya mengangkat beberapa barang pindahannya.
"Maaf ya. Lo jadi ikutan repot gini," katanya tak enak hati.
"Eh, nggak apa-apa. Santai aja." Oliv nyengir, mengusap keningnya dengan tisu yang Sam beri. "Ini tuh karena akhir-akhir ini gue jarang olahraga aja, makanya keliatan gampang capek. Padahal barang lo nggak berat-berat amat kok."
Sebenarnya bukan salah Sam juga sih, karena dari awal Oliv sendiri yang menawarkan diri untuk membantu. Itupun Oliv hanya diperbolehkan mengangkat barang-barang yang terhitung ringan karena bagian beratnya sudah dibawa duluan oleh petugas yang disewa oleh Sam.
"Ya udah duduk dulu, Liv. Gue ambilin minum ya?"
Si gadis mengangguk, lalu membiarkan Sam pergi ke bagian dapur untuk mengambil minuman. Oliv mengangkat beberapa kardus yang sengaja diletakkan di atas sofa dan memindahkannya ke lantai agar ia bisa duduk. Matanya mengedar ke penjuru ruangan, keadaannya masih sangat berantakan karena belum tertata dengan baik, apalagi Sam membawa banyak sekali barang. Untung saja barang-barang berat seperti televisi, kulkas, sofa, lemari, dan meja sudah ditaruh pada tempatnya. Jadi Sam hanya perlu mengatur detail kecilnya saja.
"Gue cuma punya minuman kaleng tadi beli di minimarket, udah nggak dingin lagi sih tapi. Nggak apa-apa kan?" tanya Sam sambil menyerahkan kopi kalengan yang langsung diterima Oliv dengan senang hati.
"Iya, nggak apa-apa kok." Gadis itu tersenyum, lalu meminum kopinya dengan santai sebelum kemudian bertanya. "Lo bisa beresin semua barang-barang ini, Sam? Kalau nggak biar gue bantuin."
"Nggak usah, Liv, takut ngerepotin. Gue bisa beresin sendiri kok, lagipula nggak enak tau kita baru kenal tapi lo udah bantu gue ini itu."
"Jangan nggak enakan gitu, ah." Oliv terkekeh sambil menyampirkan helai rambut basahnya ke belakang, hal itu sukses menarik perhatian Sam dalam sejenak. "Gue senang tau punya tetangga baru. Sejak gue pindah beberapa bulan lalu, gue sama sekali nggak punya teman di sini, penghuninya pada sibuk masing-masing. Padahal punya satu aja teman yang akrab pasti seru deh."
Sam mengangguk setuju. Pemuda itu ikut duduk di sofa bersebelahan dengan Oliv yang kembali meminum kopinya, kali ini sampai habis hingga ke tetesan terakhir. Sepertinya Oliv benar-benar kehausan, Sam tertawa saat melihatnya.
"Mau minuman lagi, Liv?"
"Eh, boleh. Kalau ada air mineral aja ya, gue kalau habis minum kopi suka ngerasa haus."
Sam tertawa lagi, manis sekali. Kebetulan dia memang tipe orang yang gampang tertawa hanya karena hal-hal kecil, hari ini saja entah sudah berapa kali ia dibuat tertawa karena ulah Oliv.
"Oke. Gue ambilin dulu," katanya, sebelum kemudian beranjak dari sofa dan pergi lagi ke dapur untuk mengambil minuman.
"Umur lo berapa sih, Sam? Eh, maaf ya ini kalau gue kepo," tanya Oliv sambil memandangi punggung Sam yang berdiri menghadap dispenser.
Untungnya Sam sendiri tidak merasa terganggu ditanya-tanya seperti ini, dia menjawab, "19 tahun, kalau lo?"
"Sama, gue juga. Kalau boleh tau lo ini kerja apa kuliah?"
"Kuliah, di N University. Gue ambil Manajemen."
"Loh, gue juga kuliah di sana. Tapi ambil HI sih."
Sam kembali tersenyum, sebelum kemudian menghampiri Oliv untuk memberikan segelas air putih. "Ternyata selain satu lantai, kita juga satu kampus ya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/292039156-288-k270757.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovenemy ✓
FanficDebat, bertengkar, dan menjelekkan satu sama lain sudah menjadi hal biasa di hubungan Rendy dan Oliv. Dari awal, teman-temannya sudah berkata kalau mereka tidak akan cocok jika menjalin suatu hubungan. Hal itu karena mereka punya banyak sekali persa...