Debat, bertengkar, dan menjelekkan satu sama lain sudah menjadi hal biasa di hubungan Rendy dan Oliv.
Dari awal, teman-temannya sudah berkata kalau mereka tidak akan cocok jika menjalin suatu hubungan. Hal itu karena mereka punya banyak sekali persa...
"Sorry banget, Liv. Tapi gue ada meeting dadakan sekarang. Lo nggak nungguin gue dari tadi kan?"
"Hah? Ya nggak lah! Ini gue udah sampai apart kok, nelpon lo cuma buat ngasih tau aja kalau lo nggak perlu jemput gue di kampus."
"Hm, syukur deh. Sekali lagi maaf ya---Iya tunggu sebentar. Tuh, gue udah disuruh ke ruang meeting. Dah dulu ya, Liv."
Lalu, sambungan telpon itu diputus lebih dulu oleh si penerima.
Oliv menghela napas berat. Layar ponselnya yang menyala menampakkan foto dirinya bersama Rendy yang ia jadikan lockscreen, kemudian mati. Gadis itu mematikan ponselnya, meletakkannya ke atas meja, lalu menyandarkan punggungnya pada kursi yang ia duduki.
Ruang dosen sudah nyaris tak ada penghuninya lagi selain dirinya, sebab satu persatu rekannya sudah lebih dulu pulang sejak tadi. Benar, yang tadi itu Oliv berbohong pada Rendy. Ia hanya tidak ingin membuat Rendy merasa bersalah karena sudah membuatnya menunggu lama, Oliv juga tidak mau mengacaukan konsentrasi Rendy saat bekerja. Selama ini pemuda itu sudah bekerja keras, bahkan hingga jam enam sore pun dia masih ada agenda meeting.
Sekarang mereka berdua sudah sama-sama dewasa, 27 tahun umur mereka tentu bukan anak kecil lagi bukan?
Mereka memang sudah saling mengenal sejak berada di sekolah menengah atas, dan oleh karenanya Oliv sadar bahwa sikapnya tidak mungkin disamakan seperti saat mereka masih remaja. Oliv maupun Rendy harus bisa memahami kesibukan masing-masing, tidak boleh egois apalagi bersikap kekanakan seperti dahulu.
Semuanya sudah jauh berbeda, umur mereka juga sudah bertambah tinggi tiap tahunnya. Jika dulu Oliv kerap kali kesal hingga merasa bosan karena melihat Rendy nyaris setiap hari di kampus maupun apartemennya, sekarang justru berbanding terbalik. Jangankan bisa bertemu, masih bisa menyempatkan diri berbalas pesan pun sudah syukur. Kadangkala chat yang masuk siang ini baru dibalas besok pagi, atau chat malam ini baru akan dibaca dua hari kemudian.
Sedih? Tentu saja. Mereka menjalin hubungan sudah hampir sepuluh tahun lamanya, dan selama jangka waktu itu ada banyak sekali yang berubah di antara mereka. Terutama tentang kesibukan masing-masing yang seringkali membuat Oliv uring-uringan. Oliv merindukan Rendy, namun jadwal mereka yang sering bentrok membuat keduanya sulit menyocokkan jadwal untuk bertemu satu sama lain.
"Loh, Bu Oliv baru pulang?" sapaan Pak Cahyo, satpam kampus, itu membuat Oliv menolehkan kepala seraya tersenyum.
"Iya nih, Pak. Nyelesaiin kerjaan dulu tadi."
"Hati-hati di jalan ya, Bu. Jam segini macet parah biasanya. Mana kayaknya hari ini bakalan hujan pula, mendung banget nih."
"Makasih banyak, Pak Cahyo. Bapak juga hati-hati ya pulangnya?"
"Siap, Bu Oliv!"
Gadis itu terkekeh geli sembari membuka pintu mobil merah mengkilapnya itu, maklum saja ia baru membelinya bulan lalu jadi masih mulus. Oliv juga menyempatkan diri untuk menekan klakson pada Pak Cahyo dengan maksud berpamitan, yang kemudian dibalas satpam kampus itu dengan lambaian tangan seiring dengan kepergian mobil merah tersebut dari area kampus.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.