"Gimana hubungan kalian bisa lancar dan adem ayem, orang lonya sendiri aja nggak sepercaya itu sama pasangan lo sendiri. Ren, fondasi sebuah hubungan menurut gue tuh nggak cuma komunikasi, tapi juga kepercayaan. Percuma lo menjalin hubungan sama orang yang bahkan lo sendiri nggak bisa percaya sama dia, mending putus aja sekalian kayak kata Echan."
Pertanyaannya sekarang, apakah Oliv bisa dipercaya?
Rendy sukses dibuat overthinking semalaman, hingga nyaris tak bisa tidur. Dia memang tidak punya pengalaman buruk seperti sering dibohongi orang lain hingga berujung trust issue, tapi bukan berarti Rendy tipe orang yang gampang percaya begitu saja.
Mempercayai orang lain bukanlah hal yang mudah bagi Rendy, tapi terus-terusan berpikiran negatif tentangnya juga bukan hal yang baik. Bukan hanya dia, tapi Oliv pun pasti merasa tidak nyaman jika dicurigai terus-terusan. Lagipula umur mereka sudah hampir kepala dua, seharusnya masalah seperti ini tidak perlu dibesar-besarkan bukan?
Lalu sebenarnya tujuan orang pacaran itu apa sih?
Hanya untuk mengisi waktu luang?
Sekedar bersenang-senang?
Memenuhi rasa gengsi kalau dianggap tidak punya pasangan?
Atau hanya sekedar status semata?
Rendy jadi kepikiran. Dari sekian banyak alasan itu, apa alasan paling masuk akal untuknya menjalin hubungan dengan Oliv?
Cinta?
Sayang?
atau ada alasan lainnya?
Bahkan Rendy yang menjalaninya saja bingung harus menjawab apa.
Kini, pemuda itu masih berdiri di tempat yang sama. Di depan pintu unit apartemen Oliv yang masih tertutup rapat kurang lebih dua puluh menit terakhir sejak kedatangannya kemari. Rendy sengaja tidak menerobos masuk, meskipun dia tau apa passwordnya, ia juga sengaja tidak menekan bel maupun menelpon Oliv untuk minta dibukakan pintu.
Karena pikiran Rendy kini masih berkecamuk, otaknya terus dipaksa berpikir tentang bagaimana jika ia bertemu Oliv nantinya. Kira-kira bagaimana reaksi gadis itu saat tau Rendy bertamu sepagi ini, lalu nanti mereka akan membicarakan apa ya, kira-kira Oliv masih marah tidak padanya, dan berbagai pikiran lainnya.
Rendy belum selesai mencari jawaban dari kebingungannya tersebut, pintu di depannya malah sudah lebih dulu terbuka. Pemuda itu terkejut bukan main, begitu juga dengan Oliv yang tak menyangka akan menemukan sang pacar di depan pintu apartemennya di jam enam pagi. Ini bahkan masih terlalu pagi untuk bertamu.
"Ren, lo ngapain?" tanya Oliv setelah berhasil mengontrol dirinya sendiri untuk tidak kelepasan mengumpat saking kagetnya.
Yang ditanya bingung harus menjawab apa, bahkan apa yang sedang ia pikirkan di kepala seketika itu pula menghilang. Rendy tidak punya kisi-kisi untuk jawaban yang satu ini, jadi dia hanya asal-asalan menjawab.
"Mau ketemu sama lo."
"Gue tau ini weekend dan lo nggak punya kesibukan di pagi hari, tapi harus banget bertamunya sepagi ini? Ini masih jam enam pagi, Rendy."
"Ngomelnya bisa nantian aja nggak, Liv? Gue kangen pengen peluk."
Oliv agak shock dengarnya, apalagi kalimat itu keluar begitu saja dari bibir Rendy. Karena ya selama ini Rendy tuh bukan tipe pacar yang suka mendadak minta peluk, atau blak-blakan bilang kangen tanpa embel-embel ngatain.
"Ren---"
Kalimat Oliv kontan terputus saat Rendy memeluk tubuhnya dengan erat. Saking kagetnya si gadis sampai bingung harus berkata apa, yang ia lakukan hanya membalas pelukan hangat Rendy dengan ekspresi kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovenemy ✓
FanfictionDebat, bertengkar, dan menjelekkan satu sama lain sudah menjadi hal biasa di hubungan Rendy dan Oliv. Dari awal, teman-temannya sudah berkata kalau mereka tidak akan cocok jika menjalin suatu hubungan. Hal itu karena mereka punya banyak sekali persa...